Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Luka Pernikahan

Luka Pernikahan

mayangnoura

4.9
Komentar
5.3K
Penayangan
30
Bab

Menjadi istri yang berbakti adalah kebahagiaan buat Risma. Akan tetap baktinya justru disepelekan oleh sang suami. Kendra, suaminya menikah lagi dengan wanita lain tanpa izinnya. Risma baru tahu suaminya telah berpoligami setelah kandungan Eva, istri muda Kendra berusia 5 bulan, saat dibawa pulang ke rumah. Alasan Kendra menikah lagi karena Risma belum memberikan keturunan untuknya. Padahal bagi Risma, 2 tahun pernikahan bukanlah patokan dirinya mandul. Lalu apakah Risma bisa menerima dirinya dipoligami atau dia memberontak?

Bab 1 HATI YANG HANCUR LEBUR

Sepasang suami istri yang baru menikah enam bulan lalu, terlihat menikmati perjalanan dengan bahagia. Tangan kiri Kendra sang suami yang terlihat kokoh, memegang tangan Eva, istrinya. Sementara satu tangannya yang lain tetap mengendalikan kemudi. Meskipun sepanjang perjalanan mereka sering melempar senyum dan melakukan gerakan romantis, Kendra masih fokus dengan jalanan di depannya.

Eva yang merasa beruntung bersuamikan Kendra, mengelus perutnya yang sedang hamil 5 bulan. "Mas, apa iya istri pertama mas bisa menerima aku sebagai madunya? Bagaimana kalau dia marah? Tidak ada lho wanita yang mau di duakan oleh suaminya di dunia ini."

Kendra menoleh pada Eva sekilas. "Awal-awal mungkin dia akan ngambek sedikit. Tapi nanti jika sudah dirayu, pasti akan menerima juga. Selama ini Risma itu adalah istri yang penurut dan tidak banyak protes sama aku. Jadi bisa dipastikan dia juga tidak akan bisa protes ketika aku memperkenalkan kamu sebagai istri keduaku."

"Mas yakin Risma seperti itu? Aku sangsi lho mas. Istri yang penurut sekali pun bisa jadi tidak mau dimadu. Mungkin hanya ada satu dari seribu istri yang bersedia berbagi suami."

"Iya, mas yakin. Mas 'kan sudah bilang, kalau awal-awal bisa saja dia menolak. Tapi itu tidak akan lama. Hidup dia itu bergantung kepadaku. Kalau dia tidak menurut padaku, dia bisa apa. Jadi kamu tidak usah khawatir." Kendra mengusap perut Eva yang buncit. "Lagian, dia itu 'kan belum bisa kasih aku anak. Dia pasti nantinya mikir, pria mana yang mau menikahi wanita mandul selain aku."

"Memangnya dia beneran mandul, mas? Baru dua tahun lho kalian menikah?" tanya Eva ragu. Selama ini Kendra memang kerap menggembar-gemborkan perihal Kemandulan Risma kepadanya, sehingga kedua orangtuanya pun setuju dirinya menikah dengan pria beristri. Dari pertama kali bersua, Kendra jujur dengan statusnya. Eva sendiri tidak memperdulikan status. baginya yang penting adalah pria mapan.

"Kalau tidak mandul terus apa?" Kendra menanggapi keraguan Eva. "Dua tahun itu bukan waktu yang singkat. Itu lama. Dan kedua orangtuaku sudah tidak sabar ingin punya cucu. Aku ini anak tunggal. Jadi kami sudah gelisah kalau aku belum ada keturunan. Siapa kelak yang akan mewarisi harta kami? Mumpung masih muda, mumpung aku masih bisa memilih. Dan yang terpenting adalah mumpung kedua orangtuaku masih hidup."

Eva tersenyum penuh arti. Mendengar kata harta, pikirannya sudah melambung jauh. Mempunyai rumah mewah, kendaraan sendiri, dan tempat usaha yang besar adalah impiannya. Itu sebabnya dia mau menikah dengan Kendra. Pria yang telah menikahinya secara siri ini bisa dijadikan jembatan untuknya mencapai keinginannya itu.

"Aku rasa mas memang benar. Untuk apa mas harus menunggu lebih lama buat memiliki anak? Mas itu mampu secara ekonomi. Jadi mas berhak menikahi lebih dari satu wanita bukan?"

"Nah, pola pikir kamu yang seperti ini yang mas suka. Mas memang tidak salah pilih istri. Mas berharap Risma bisa menerima kamu sebagai istri keduaku seperti kamu menerimanya sebagai istri pertamaku."

"Iya dong, mas. Jadi istri itu harus seperti itu. Selama mas bisa memenuhi kebutuhan istri-istri mas, kenapa tidak berpoligami? Aku bersyukur sekali bisa menjadi istri mas."

Kendra tersenyum lebar, puas dengan jawaban Eva. Dia lalu mengusap kepala istri mudanya itu dengan penuh kasih sayang.

*

Risma menata meja makan dengan sangat apik. Sebentar lagi suaminya tercinta akan kembali dari luar kota. Suaminya itu memang kerap bolak-balik ke luar kota karena memiliki cabang bisnis. Dan beginilah, setiap suaminya pulang, maka Risma akan menghidangkan makannya di atas meja.

Sup tulang, sambal ikan nila, capcay, dan tempe goreng tepung adalah menu yang dimasak Risma hari ini. Risma masak semuanya sendiri. Meskipun suaminya mampu membayar ART, Risma meminta izin pada suaminya yang tak lain adalah Kendra untuk masak dan mengurus rumah sendiri. Karena selain Risma memang menyukai pekerjaan rumah, Risma juga ingin menjadi istri yang berbakti kepada suaminya. Dia merasa bahagia dengan apa yang dikerjakannya.

Risma menatap makanan yang terhidang di atas meja makan sekali lagi dengan mata indahnya yang berbinar. Hm, perfect! Gumamnya dalam hati. Wanita 21 tahun itu lalu melirik jam yang tergantung di dinding, sudah hampir jam 1. Itu artinya sebentar lagi suaminya akan tiba. Kendra memang selalu tiba di jam segitu jika kembali dari luar kota.

Ting-tong!

Ting-tong!

Risma terhenyak mendengar suara bel itu. Wajahnya langsung berubah berseri-seri. Dia yakin yang memencet bel barusan adalah Kendra. Selama ini suaminya itu tidak pernah datang terlambat dari luar kota.

Risma segera merapikan rambut dan pakaiannya. Dia selalu ingin tampil cantik, rapi, dan harum di depan sang suami. Itu sebabnya, Kendra tidak pernah komplain dengan penampilannya. Meskipun ibu rumah tangga, dia harus selalu tampak menyenangkan di depan sang suami.

Tak hanya berusaha untuk cantik, rapi, dan harum saja, seminggu sekali Risma pergi ke klinik kecantikan untuk melakukan perawatan wajah dan tubuh. Uang belanja yang diberikan Kendra selalu berlebih. Dia menggunakan kelebihan uang itu untuk merawat diri dan menabung.

Dengan menyiapkan senyum terindahnya, Risma beranjak meninggalkan meja makan menuju ruang tamu. Dengan senyum yang masih merekah itu, dia membuka pintu. Tapi senyumnya seketika langsung memudar begitu mendapati wanita cantik yang berdiri di samping Kendra. Wanita cantik itu perutnya buncit dan dengan santainya menggandeng tangan Kendra mesra.

Kendra menyunggingkan senyum pada Risma seolah keterkejutan wanita itu tidak berpengaruh apa-apa padanya. Untuk sejenak dia melepaskan genggaman Eva demi meraih kening Risma buat dikecup.

"Mas pulang kok wajahnya begitu?" ucap Kendra setengah berbisik. "Salim dong!" Kendra memberikan tangannya.

Dengan pandangan yang terus tertuju pada Eva, Risma menyalami tangan Kendra.

"Mas, wanita ini siapa?" tanya Risma usai melepaskan tangan Kendra.

Kendra menoleh pada Eva dengan senyum romantis. "Oh, dia. Namanya Eva. Eva ini adalah istri kedua mas. Sekarang Eva sedang hamil lima bulan. Bagaimana? Eva cantik bukan?"

JEGGARR!!!

Bagai petir di siang hari Risma mendengar itu. Saat itu juga dia merasa ada ribuan panah yang menancap di hatinya. Terkejut dan sakit bersamaan. Bahkan, Risma merasa dunia menggelap dan yang tampak adalah wajah Kendra dan Eva saja.

"I-istri ke-dua?" tanya Risma terbata dan sangat lirih, nyaris tidak terdengar. Hati yang tercabik-cabik membuatnya kehilangan daya untuk bersuara. Akan tetapi dia butuh kejelasan. Mungkin saja dia salah mendengar.

"Iya. Ini stri keduaku. Mas sudah menikahinya sejak enam bulan yang lalu," jawab Kendra tegas.

Yang membuat dunia terasa runtuh seketika bagi Risma adalah Kendra mengatakan itu dengan nada bangga. Tidakkah Kendra tahu perasaannya saat ini seperti apa?

"Kenapa mas tidak menceritakan ini kepadaku sebelumnya dan baru memberitahunya sekarang? Harusnya mas bertanya apakah aku setuju atau tidak mas menikah lagi." Risma komplain dengan suara yang gemetar.

"Lho, kenapa aku harus bertanya kepadamu? Aku ini suami, aku bisa menikah tanpa memberitahu istri. Lagian izin kamu itu tidak penting buat mas. Kamu itu hidup dengan menumpang pada mas. Kamu tidak akan jadi cantik dan hidup bergelimang uang jika tanpa mas. Jadi, mas bebas melakukan apapun tanpa persetujuan kamu."

Deg.

Ucapan Kendra seolah melempar jiwanya ke dunia antah berantah. Jadi seperti ini Kendra memandangnya selama ini? Tidak ada harganya dan tidak penting.

"Oh, jadi aku tidak ada harganya di mata mas selama ini?" Entah darimana Risma memiliki keberanian untuk bertanya seperti itu.

"Bukan tidak ada harganya. Kamu jangan salah paham. Aku hanya merasa punya hak untuk menikah lagi tanpa persetujuan istri. Lagian, bukan tanpa sebab aku menikah lagi. Aku menikah karena aku menginginkan seorang anak."

Hati Risma kian terasa semakin tercabik-cabik. Sudah remuk tak berbentuk hatinya saat ini. "Jadi mas mengira aku ini mandul?"

"Ya jelas saja. Kalau tidak punya anak berarti ya mandul."

"Tapi aku belum tentu mandul mas. Kita ini baru dua tahun menikah."

"Dua tahun itu waktu yang lama," sahut Kendra langsung. "Aku tidak mau menunggu lebih lama lagi. Sudahlah, jangan kamu perpanjang. Meskipun aku sudah menikah lagi, aku akan tetap memperlakukan kamu sebagai istriku. Uang belanja kamu tidak akan berkurang. Sekarang, kamu sapa madumu ini." Kendra mendorong pelan tubuh Eva sehingga lebih dekat pada Risma.

Eva mengulurkan tangannya. "Kenalkan aku Eva," ucap Eva dengan senyum penuh arti.

Bukannya menyambut uluran tangan Eva, Risma justru menatap Eva lekat. Wanita di depannya ini memang cantik dan memiliki tubuh yang lebih berisi dirinya. Tidak sanggup lagi berdiri lama di antara suami dan istri baru suaminya. Risma berlari keluar rumah. Dia masuk ke rumah Rani, tetangganya yang berasa saudara.

Di sana, Risma menangis sejadi-jadinya dengan menangkupkan diri di sofa. Dia menangis dengan bahu yang mengguncang.

Hancur lebur hatinya hingga tak berbentuk menyadari apa yang baru saja terjadi dengan hidupnya. Ternyata suami yang selama ini sangat dihormatinya, telah menduakannya.

BERSAMBUNG

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh mayangnoura

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku