Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sebelum Pernikahan

Sebelum Pernikahan

Novelin

5.0
Komentar
29
Penayangan
1
Bab

Pertengkaran dan ujian pra nikah adalah hal yang wajar. Namun, bagaimana jika pertengkaran itu menjadi jalan masuknya orang ketiga sampai hadirnya buah cinta tanpa disengaja? Geyasha dan Viana adalah sepasang kekasih yang hendak melangsungkan pernikahan, pertengkaran hebat terjadi malam itu. Emosi Geyasha memuncak saat Viana kepergok menemui mantannya. Geyasha yang frustasi lantas mabuk dan tanpa disadari melakukan perbuatan terlarang dengan seorang gadis polos yang ia temui. Hadirnya seorang anak dari kejadian malam itu menjadi awal konflik, saat pernikahan Geyasha dan Viana tak kunjung diberikan keturunan, sementara salah satu syarat untuk menjadi pewaris perusahaan sang ayah adalah memiliki keturunan. Sementara itu, gadis polos bernama Zevania yang putus asa memutuskan untuk mengasingkan diri demi mempertahankan anak di kandungannya dan enggan merusak rumah tangga orang lain. Suatu hari, tanpa diduga-duga Geyasha bertemu dengan anak kandungnya. Bagaimana nasib Zevania dan sang anak? Bagaimana nasib pernikahan Geyasha dan Viana?

Bab 1 Gadis Penjaga Toko Kue

Jalanan kota di malam hari masih ramai dengan kendaraan-kendaraan yang saling berdempet. Saling sapa menyapa satu sama lain demi memecah sunyinya malam. Di sebuah mobil putih, nampak dua sejoli tengah asyik bercengkerama. Tak peduli dengan keramaian di sekeliling mereka. Mereka tetap sibuk dengan dunia mereka sendiri. Dunia yang penuh warna, bermacam rasa, cerah cuaca, dan luas tiada tara.

Mobil itu terlihat memisahkan diri dari barisan kawan-kawannya yang terus melaju. Berbelok ke sebuah toko tak begitu besar pun tak terlalu kecil. Aroma wangi khas sudah tercium sejak mereka keluar dari pintu mobil. Keduanya nampak tersenyum dan bergandeng tangan.

"Selamat datang di toko kue Vania, kami menyediakan berbagai macam kue, bisa pesan antar atau beli langsung, dijamin baru, desain beraneka ragam, dan enak tentunya," sapa seorang gadis bertubuh mungil dengan pakaian sederhana dan rambut kuncir kuda.

"Saya Zeva pemilik toko, ada yang bisa dibantu?" tambahnya.

Dua sejoli yang masih awet bergandeng tangan pun saling bertatapan dan tersenyum, seolah saling memberikan kode untuk menukar kebahagiaan, menukar pertanyaan, atau apapun, hanya mereka yang tahu.

"Saya Viana, ini Geyasha calon suami saya!" sapa perempuan berwajah tegas itu.

"Eum, kami ingin memesan kue untuk pernikahan kami, kira-kira dua bulan mendatang. Saya mau desain yang sederhana saja tapi elegan, tidak terlalu besar, namun..." sahut Yasha dengan penuh wibawa.

"Heh, kuenya harus mewah dan besar dong sayang. Sesuai konsep pernikahan kita yang glamour!" potong Viana.

Lelaki itu tampak diam sejenak dan membuang muka. Pernikahan super mewah dengan budget milyaran yang akan mereka gelar tampaknya tak begitu disetujui lelaki ini. Bukan karena tak mampu, mengingat keduanya adalah putra-putri keluarga terpandang dengan bisnis suksesnya. Hanya saja, Yasha ingin konsep pernikahannya tampak sederhana dan elegan, bukan seperti kemauan Viana yang mengonsepkan semuanya super mewah, glamour bak keluarga kerajaan.

"Jadi kami mau lihat rekomendasi kue-kue yang mewah, gede, tinggi, dan termahal!" ucap Viana kemudian.

Yasha tampak menghela napas panjang dan kembali memalingkan muka, ia terlihat tak senang dengan tingkah calon istrinya yang begitu menguasai segalanya tentang pernikahan mereka.

Sementara itu, Zeva yang menyaksikan perdebatan dua sejoli ini merasa sedikit terganggu, sehingga ia segera memberikan desain kue yang diminta Viana.

"Silakan, ini rekomendasi dari kami. Apabila mbak dan mas ingin desain lain dari internet atau rekomendasi lain, bisa diberikan pada saya!" ucap Zeva sembari memberikan katalog kuenya.

Viana terlihat antusias memilih desain kue yang ia inginkan, sesekali ia bertanya tentang pendapat calon suaminya, namun lelaki itu tampak acuh tak peduli.

Beberapa menit ia habiskan untuk memilih desain kue yang ia inginkan, namun tak kunjung ia memutuskan, hingga akhirnya ia teringat sesuatu. Segera ia mengambil ponsel di tas mewahnya dan menggulir-gulir layarnya sampai menemukan desain kue super mewaah dan besar ala negeri dongeng kerajaan. Ia segera memberikan kue itu pada Zeva dengan penuh antusias.

"Ini desainnya, bikin semirip mungkin ya!," ungkap Viana dengan senyum kecilnya.

"Menurut kamu gimana sayang? Bagus kan?" tanya Viana pada calon suaminya.

"Memangnya masih perlu pendapatku?" jawab Yasha ketus.

Viana pun menarik senyumnya dan memutar kedua bola matanya. Ia nampak berusaha mengacuhkan sikap Yasha. Ia segera memberikan desain kue yang ia inginkan pada Zeva.

Zeva segera mencatat pesanan itu beserta tanggal pernikahan pelanggannya. Ia nampak senang dan antusias dengan orderan besar ini. Orderan yang ia nanti-nantikan, sebagai pengasah kemampuannya menciptakan berbagai macam kue sekaligus harga mahal yang akan ia terima nantinya.

Mereka pun berlalu, Yasha masih terlihat menekuk wajahnya dan berjalan mendahului Viana. Viana pun menyusul dan berusaha menggandeng tangan lelakinya yang ia ketahui tengah marah padanya.

"Ayolah sayang, ini cuma perkara kue! Itu udah yang terbaik demi pernikahan besar-besaran kita!" ucap Viana berusaha membujuk.

Yasha masih teguh dengan diamnya, enggan ia mengungkapkan sepatah katapun demi menghindari perdebatan bahkan pertengkaran yang sering sekali terjadi akhir-akhir ini.

"Cuma kue? Dari awal semua konsep pernikahan kita kamu yang tentukan, kamu yang putuskan, aku nggak pernah diberi kesempatan untuk berpendapat, ini pernikahan kita atau pernikahan kamu sih?" ungkap Yasha dengan nada meninggi.

"Y-yaa, pernikahan kita," jawab Viana masih dengan senyumannya.

"Ayolah sayang, jangan membesar-besarkan masalah!" tambah Viana berusaha meredam amarah lelakinya.

Yasha terlihat menatap tajam Viana, dengan kedua telapak tangan berada di saku celananya. Tatapannya tampak serius, ia berdiri tegap tampak jelas ketegasan yang ada dalam diri lelaki itu. Ketegasan yang ia rasa akan terancam sirna dengan tingkah Viana padanya.

Tiba-tiba, ponsel yang digenggam Viana terlihat menyala, menunjukkan riwayat pesan yang ada beserta pesan yang baru masuk padanya. Viana terlihat menyembunyikan kepanikannya dengan segera mematikan layar ponselnya. Sementara Yasha yang curiga langsung meraih ponsel tersebut dari tangan gadisnya.

Matanya yang tajam semakin menusuk setelah menatap layar ponsel berisikan pesan-pesan singkat itu. Senyumnya yang telah hilang langsung berubah datar mengancam. Tangannya yang penuh urat tampak mengepal kuat-kuat dan kaku.

"Ohh, gini?" ungkap Yasha sembari menatap tajam mengancam.

"Enggak, bukan seperti yang kamu pikirkan, aku cuma..." jawab Viana terpotong.

"Cuma apa? Cuma berusaha berkomunikasi baik dengan mantan, siapa tahu bisa balikan?" sambung Yasha dengan nada amarahnya.

Viana langsung menggelengkan kepalanya, menoleh ke kanan kiri dan mendapati pemilik toko kue yang tempat ia memesan tadi masih berdiri menonton drama pertunjukan mereka di belakang sana. Walau gadis polos itu buru-buru memalingkan wajah dan beranjak pergi, tetap saja Viana menyadari dramanya tengah ditonton orang asing. Ia pun segera menarik tangan Yasha ke dalam mobil dengan maksud memberinya pemahaman secara privasi, namun Yasha terlanjur marah dan menghempas tangan Viana.

Lelaki itu tampak bergegas memasuki ruang kemudi mobilnya dan membanting pintu mobilnya, Viana hendak menyusul ke samping, namun pintu itu telah dikunci.

"Sayaang, buka dong, kamu kenapa gini sih?," panggil Viana panik sembari mengetuk-ngetuk jendela mobil itu.

"Yasha kita perlu bicara," ucap Viana lagi.

"Kamu nggak akan ninggalin aku send..." tambahnya yang terpotong dengan suara mobil yang telah bergegas meninggalkannya.

Viana terlihat menahan amarah dengan menekan kepalanya dengan kedua tapak tangannya sembari berteriak kecil.

'Dia seperti bukan dia yang kukenal, dia yang selama beberapa tahun ini selalu bersikap positif, pendukung, pembela, pelindung, penyayang, bahkan ia adalah segala peran yang kubutuhkan dalam hidup. Sampai-sampai aku tak ingin memiliki siapapun lagi kecuali dia! Mungkinkah ini yang dinamakan ujian menjelang pernikahan?' ungkap Viana dalam hati sembari berjalan sendirian menyusuri jalanan yang tak kunjung sepi.

Tiba-tiba, suara klakson mobil dan sorot lampu mobil yang terang mengejutkannya dari belakang. Mobil itu tampak berhenti di belakangnya. Dengan silau lampu yang menghalangi separuh penglihatannya, ia menyadari kehadiran seseorang dari dalam mobil itu dan beranjak menghampirinya.

"Ayo masuk!" ucapnya tegas.

(Bersambung)

"Lelaki membutuhkan penghargaan sementara wanita membutuhkan pengertian. Ketika keduanya sama-sama menuntut tanpa menunai kewajiban, pertengkaranpun tak akan terhindarkan." -Zeva2022

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku