"Bayi kita butuh ASI dari ibunya. Aku mohon." Ryan menggendong bayi perempuan mereka dalam buaian. Untuk ke sekian kali ia meminta. Nisa masih terbaring di atas brankar. Ketika Ryan menaruh bayi itu di sampingnya, Nisa memalingkan wajah ke dinding. Rasanya tidak sudi melihat bayi mungil itu. Dia tidak pernah menginginkan bayi itu lahir. Bahkan jika bisa, dia ingin bayi itu tiada sejak dalam kandungan. Namun segala upaya yang dilakukan, tak ada yang berhasil. Janin itu malah tumbuh subur di rahimnya. "Nis, kamu ibunya. Tolong, berikan dia ASI," bujuk Ryan sembari mengelus pipi bayi perempuan yang cantik itu. "Sekali aku bilang enggak. Itu berarti enggak," tolak Nisa. "Dia butuh kamu, ibunya." "Tapi aku enggak butuh dia. Aku enggak pernah ingin dia hadir di hidupku." "Kamu boleh membenciku, tapi tidak dengan Zohrah."
Bab.1 Pupus Sebelum
Mekar
"Bayi kita butuh ASI dari ibunya. Aku mohon." Ryan menggendong bayi perempuan mereka
dalam buaian. Untuk ke sekian kali ia meminta.
Nisa masih terbaring di atas brankar. Ketika Ryan menaruh bayi itu di sampingnya, Nisa
memalingkan wajah ke dinding. Rasanya tidak sudi melihat bayi mungil itu.
Dia tidak pernah menginginkan bayi itu lahir. Bahkan jika bisa, dia ingin bayi itu tiada sejak dalam kandungan. Namun segala upaya yang dilakukan, tak ada yang berhasil. Janin itu malah tumbuh subur di rahimnya.
"Nis, kamu ibunya. Tolong, berikan dia ASI," bujuk Ryan sembari mengelus pipi bayi perempuan yang cantik itu.
"Sekali aku bilang enggak. Itu berarti enggak," tolak Nisa.
"Dia butuh kamu, ibunya."
"Tapi aku enggak butuh dia. Aku enggak pernah ingin dia hadir di hidupku."
"Kamu boleh membenciku, tapi tidak dengan Zohrah."
Nisa menoleh. Sudut bibirnya terangkat. Bahkan nama bayinya saja, dia baru tahu detik itu. Delapan belas jam sudah bayi perempuan itu lahir di dunia. Hadir di tengah-tengah pernikahan yang tak pernah diinginkan sebelumnya.
"Kenapa? Kamu lupa siapa nama bayi kita?" Ryan bertanya setengah mengejek.
"Kapan kamu kasih tahu nama bayi ini sama aku?" Nisa bangun. Duduk di samping bayi
itu.
Ryan mengepalkan tangan. Sejak awal kelahiran bayi itu, dia sudah memberi tahu pada Nisa. Benar, mungkin rasa benci telah menutupi hati istrinya. Hingga mudah bagi wanita berparas cantik itu melupakan nama bayi mereka.
Zohrah Kirana nama yang diberikan Ryan untuk bayi perempuan itu. Cahaya dari Venus begitulah kira-kira artinya. Ryan ingin kelak bayi itu menjadi penerang, pembuka jalan untuk hubungannya dengan Nisa.
Memberi terang kala senja membayang. Memancarkan cahaya kala malam menjemput. Serta menjadi pelita ketika badan tertimbun tanah.
"Zohrah Kirana. Jangan lupa nama itu!" Ryan menatap lekat ke dalam manik mata Nisa.
"Zohrah. Planet Venus. Bintang kejora, kesukaan kamu."
Mata itu berembun. Dengan gerakan cepat, tangan Nisa menghapusnya. Pandangannya
beralih pada sosok tubuh mungil di sampingnya. Mengelus lembut dan penuh perasaan setiap bagian tubuh bayinya.
Bohong, jika dia bilang tidak mencintai bayi itu. Bagaimana pun Zohrah terlahir dalam
keadaan suci. Meskipun kehadirannya karena kekhilafan antara dua insan yang tengah terbuai rayuan dosa.
"Kamu bisa kasih dia susu formula," saran Nisa. Walau bajunya basah karena ASI yang terus keluar, dia tetap tidak ingin memberikan pada Zohrah. Setetes pun tidak.
"Tidak. Susu terbaik untuknya adalah ASI dari kamu, Nis."
Nisa menggeleng cepat. Mereka sudah sepakat akan berpisah setelah Nisa melahirkan.
Lagi pula, pernikahan yang dijalani juga tidak atas dasar cinta. Jika sampai memberikan ASI, mungkin dia akan terikat selamanya dengan bayi itu. Dan dengan Ryan pastinya.
"Aku akan balik ke Jogjakarta dalam waktu dekat." Nisa mengangkat tubuh mungil Zohrah. Menyerahkan lagi pada Ryan.
"Tunggu sampai masa nifas kamu selesai. Bertahanlah sebentar lagi. Demi Zohrah. Mau kan?"
"Enggak." Nisa menolak. "Bilang saja sama anak kamu, ibunya sudah tiada."
"Sebentar saja. Perbaiki hubungan kita. Perbaiki pernikahan kita."
"Dari awal hubungan kita sudah salah. Apa yang harus diperbaiki?"
Sejak masuk fakultas yang sama dan bertemu secara tidak sengaja. Keduanya menjadi dekat. Mereka menasbihkan hubungan yang terjalin dengan nama persahabatan.
"Harusnya kita enggak pergi malam itu," sesal Nisa. Pikirannya terbang pada kejadian ulang tahun Ryan sembilan bulan yang lalu. Mereka merayakan di Puncak bersama teman-teman satu geng.
"Jangan menyesali apa yang sudah terjadi."
Haruskah dia tidak menyesal setelah menyerahkan diri kepada Ryan? Bujuk rayu nan syahdu terlalu memabukkan pada malam dingin itu. Tunduk pada jebakan yang membuatnya tersungkur dalam limbah kenistaan. Ketika iman tak kuasa menahan gejolak yang membuncah,
akhirnya lepas sudah mahkota itu. Yang dijaga sepanjang waktu, untuk suaminya kelak.
"Kamu enggak nyesal membuat hubungan kita jadi begini? Dulu kita dekat, sangat dekat, Ryan. Tapi kamu hancurin persahabatan kita."
"Berapa kali aku harus minta maaf?"
"Enggak perlu. Sudah cukup permintaan maaf kamu. Aku bosan."
"Kamu membenciku?"
"Aku benci dengan keadaan kita. Tujuh bulan kita tinggal satu atap. Tapi kita bagai dua orang asing. Aku benci dengan kehamilan aku. Aku benci dengan bayi kita."
Nisa meniupkan udara kering ke matanya yang berair. Berharap agar genangan itu tak turun membelah pipi. Namun percuma, air mata luruh sudah dan menganak sungai.
Ryan tak kalah menyesal. Selama ini dia menghindar karena merasa bersalah. Sengaja tak mengacuhkan Nisa, agar wanita itu membencinya. Berharap Nisa bisa kembali pada tunangannya yang sedang meraih pendidikan di Singapura.
"Maaf sudah membuat masa depan kamu hancur," sesal Ryan. Dielus lembut puncak kepala Nisa.
"Kamu tahu masa depan aku apa?" Nisa menangkis tangan Ryan.
"Agung. Menikah dengan pria itu adalah impian kamu. Kalian akan punya anak-anak yang lucu. Yang terlahir karena memang diinginkan oleh kedua orang tua mereka." Ryan mencium pipi Zohrah dalam gendongannya. "Maafkan Papa ya, Nak."
"Ya benar! Tepat sekali. Masa depanku adalah Agung. Oleh sebab itu, kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan?" Nisa menunjuk ke arah pintu, "pintu keluar di sana, Yan."
♧♧♧
Bab 1 Pupus Sebelum Mekar
22/11/2023
Bab 2 Dipertemukan Oleh Takdir
22/11/2023
Bab 3 Bayi Perempuan
22/11/2023
Bab 4 Luka dan Duka
22/11/2023
Bab 5 Kalung dari Ryan
22/11/2023
Bab 6 Jangan Pergi
22/11/2023
Bab 7 Pulang ke Rumah
22/11/2023
Bab 8 Perpisahan yang Tertunda
22/11/2023
Bab 9 Bertemu Lisa
22/11/2023
Bab 10 Melawan Restu
22/11/2023
Bab 11 Takut Berpisah
22/11/2023
Bab 12 Mencintai Dalam Diam
22/11/2023
Bab 13 Baru Sepuluh Hari
22/11/2023
Bab 14 Kejutan Dari Agung
22/11/2023
Bab 15 Kangen Zora
22/11/2023
Bab 16 Akan Kukembalikan Jodohmu
22/11/2023
Bab 17 Mundur Selamanya
22/11/2023
Bab 18 Setelah 17 Tahun
22/11/2023
Bab 19 Kamu di Mana, Nisa
22/11/2023
Bab 20 Mendatangi Yusuf
22/11/2023
Bab 21 Keputusan yang Salah
22/11/2023
Bab 22 Mencari Nisa
22/11/2023
Bab 23 Terlambat Menyadari
22/11/2023
Bab 24 Nisa Salsabilla
22/11/2023
Bab 25 Aku Tahu Itu Kamu
22/11/2023
Bab 26 Reyza Mahendra
29/11/2023
Bab 27 Jangan Pupus, Bungaku
30/11/2023
Bab 28 Akhirnya Aku Menemukanmu
01/12/2023
Bab 29 Mencuri Jodoh Orang Lain
02/12/2023
Bab 30 Si Perayu Ulung
05/12/2023
Bab 31 Puncak Tertinggi Mencintai
06/12/2023
Bab 32 Saudara Sepersusuan
08/12/2023
Bab 33 Rindu yang Menyiksa
08/12/2023
Bab 34 Lukisan untuk Nisa
09/12/2023
Bab 35 Bagaimana Kalau Aku Memaksa
09/12/2023
Bab 36 Surat Cinta
10/12/2023
Bab 37 Kejutan Paling
10/12/2023
Bab 38 Bagaimana Kalau Kita Jadi Muhrim Lagi
11/12/2023
Bab 39 I Love You
11/12/2023
Bab 40 Jangan Memupus Harapan Orang Lain
12/12/2023