Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
ZORA Pupus Sebelum Mekar

ZORA Pupus Sebelum Mekar

Binar_Kekasih

5.0
Komentar
1.7K
Penayangan
49
Bab

"Bayi kita butuh ASI dari ibunya. Aku mohon." Ryan menggendong bayi perempuan mereka dalam buaian. Untuk ke sekian kali ia meminta. Nisa masih terbaring di atas brankar. Ketika Ryan menaruh bayi itu di sampingnya, Nisa memalingkan wajah ke dinding. Rasanya tidak sudi melihat bayi mungil itu. Dia tidak pernah menginginkan bayi itu lahir. Bahkan jika bisa, dia ingin bayi itu tiada sejak dalam kandungan. Namun segala upaya yang dilakukan, tak ada yang berhasil. Janin itu malah tumbuh subur di rahimnya. "Nis, kamu ibunya. Tolong, berikan dia ASI," bujuk Ryan sembari mengelus pipi bayi perempuan yang cantik itu. "Sekali aku bilang enggak. Itu berarti enggak," tolak Nisa. "Dia butuh kamu, ibunya." "Tapi aku enggak butuh dia. Aku enggak pernah ingin dia hadir di hidupku." "Kamu boleh membenciku, tapi tidak dengan Zohrah."

Bab 1 Pupus Sebelum Mekar

Bab.1 Pupus Sebelum

Mekar

"Bayi kita butuh ASI dari ibunya. Aku mohon." Ryan menggendong bayi perempuan mereka

dalam buaian. Untuk ke sekian kali ia meminta.

Nisa masih terbaring di atas brankar. Ketika Ryan menaruh bayi itu di sampingnya, Nisa

memalingkan wajah ke dinding. Rasanya tidak sudi melihat bayi mungil itu.

Dia tidak pernah menginginkan bayi itu lahir. Bahkan jika bisa, dia ingin bayi itu tiada sejak dalam kandungan. Namun segala upaya yang dilakukan, tak ada yang berhasil. Janin itu malah tumbuh subur di rahimnya.

"Nis, kamu ibunya. Tolong, berikan dia ASI," bujuk Ryan sembari mengelus pipi bayi perempuan yang cantik itu.

"Sekali aku bilang enggak. Itu berarti enggak," tolak Nisa.

"Dia butuh kamu, ibunya."

"Tapi aku enggak butuh dia. Aku enggak pernah ingin dia hadir di hidupku."

"Kamu boleh membenciku, tapi tidak dengan Zohrah."

Nisa menoleh. Sudut bibirnya terangkat. Bahkan nama bayinya saja, dia baru tahu detik itu. Delapan belas jam sudah bayi perempuan itu lahir di dunia. Hadir di tengah-tengah pernikahan yang tak pernah diinginkan sebelumnya.

"Kenapa? Kamu lupa siapa nama bayi kita?" Ryan bertanya setengah mengejek.

"Kapan kamu kasih tahu nama bayi ini sama aku?" Nisa bangun. Duduk di samping bayi

itu.

Ryan mengepalkan tangan. Sejak awal kelahiran bayi itu, dia sudah memberi tahu pada Nisa. Benar, mungkin rasa benci telah menutupi hati istrinya. Hingga mudah bagi wanita berparas cantik itu melupakan nama bayi mereka.

Zohrah Kirana nama yang diberikan Ryan untuk bayi perempuan itu. Cahaya dari Venus begitulah kira-kira artinya. Ryan ingin kelak bayi itu menjadi penerang, pembuka jalan untuk hubungannya dengan Nisa.

Memberi terang kala senja membayang. Memancarkan cahaya kala malam menjemput. Serta menjadi pelita ketika badan tertimbun tanah.

"Zohrah Kirana. Jangan lupa nama itu!" Ryan menatap lekat ke dalam manik mata Nisa.

"Zohrah. Planet Venus. Bintang kejora, kesukaan kamu."

Mata itu berembun. Dengan gerakan cepat, tangan Nisa menghapusnya. Pandangannya

beralih pada sosok tubuh mungil di sampingnya. Mengelus lembut dan penuh perasaan setiap bagian tubuh bayinya.

Bohong, jika dia bilang tidak mencintai bayi itu. Bagaimana pun Zohrah terlahir dalam

keadaan suci. Meskipun kehadirannya karena kekhilafan antara dua insan yang tengah terbuai rayuan dosa.

"Kamu bisa kasih dia susu formula," saran Nisa. Walau bajunya basah karena ASI yang terus keluar, dia tetap tidak ingin memberikan pada Zohrah. Setetes pun tidak.

"Tidak. Susu terbaik untuknya adalah ASI dari kamu, Nis."

Nisa menggeleng cepat. Mereka sudah sepakat akan berpisah setelah Nisa melahirkan.

Lagi pula, pernikahan yang dijalani juga tidak atas dasar cinta. Jika sampai memberikan ASI, mungkin dia akan terikat selamanya dengan bayi itu. Dan dengan Ryan pastinya.

"Aku akan balik ke Jogjakarta dalam waktu dekat." Nisa mengangkat tubuh mungil Zohrah. Menyerahkan lagi pada Ryan.

"Tunggu sampai masa nifas kamu selesai. Bertahanlah sebentar lagi. Demi Zohrah. Mau kan?"

"Enggak." Nisa menolak. "Bilang saja sama anak kamu, ibunya sudah tiada."

"Sebentar saja. Perbaiki hubungan kita. Perbaiki pernikahan kita."

"Dari awal hubungan kita sudah salah. Apa yang harus diperbaiki?"

Sejak masuk fakultas yang sama dan bertemu secara tidak sengaja. Keduanya menjadi dekat. Mereka menasbihkan hubungan yang terjalin dengan nama persahabatan.

"Harusnya kita enggak pergi malam itu," sesal Nisa. Pikirannya terbang pada kejadian ulang tahun Ryan sembilan bulan yang lalu. Mereka merayakan di Puncak bersama teman-teman satu geng.

"Jangan menyesali apa yang sudah terjadi."

Haruskah dia tidak menyesal setelah menyerahkan diri kepada Ryan? Bujuk rayu nan syahdu terlalu memabukkan pada malam dingin itu. Tunduk pada jebakan yang membuatnya tersungkur dalam limbah kenistaan. Ketika iman tak kuasa menahan gejolak yang membuncah,

akhirnya lepas sudah mahkota itu. Yang dijaga sepanjang waktu, untuk suaminya kelak.

"Kamu enggak nyesal membuat hubungan kita jadi begini? Dulu kita dekat, sangat dekat, Ryan. Tapi kamu hancurin persahabatan kita."

"Berapa kali aku harus minta maaf?"

"Enggak perlu. Sudah cukup permintaan maaf kamu. Aku bosan."

"Kamu membenciku?"

"Aku benci dengan keadaan kita. Tujuh bulan kita tinggal satu atap. Tapi kita bagai dua orang asing. Aku benci dengan kehamilan aku. Aku benci dengan bayi kita."

Nisa meniupkan udara kering ke matanya yang berair. Berharap agar genangan itu tak turun membelah pipi. Namun percuma, air mata luruh sudah dan menganak sungai.

Ryan tak kalah menyesal. Selama ini dia menghindar karena merasa bersalah. Sengaja tak mengacuhkan Nisa, agar wanita itu membencinya. Berharap Nisa bisa kembali pada tunangannya yang sedang meraih pendidikan di Singapura.

"Maaf sudah membuat masa depan kamu hancur," sesal Ryan. Dielus lembut puncak kepala Nisa.

"Kamu tahu masa depan aku apa?" Nisa menangkis tangan Ryan.

"Agung. Menikah dengan pria itu adalah impian kamu. Kalian akan punya anak-anak yang lucu. Yang terlahir karena memang diinginkan oleh kedua orang tua mereka." Ryan mencium pipi Zohrah dalam gendongannya. "Maafkan Papa ya, Nak."

"Ya benar! Tepat sekali. Masa depanku adalah Agung. Oleh sebab itu, kamu tahu kan apa yang harus kamu lakukan?" Nisa menunjuk ke arah pintu, "pintu keluar di sana, Yan."

♧♧♧

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
ZORA Pupus Sebelum Mekar
1

Bab 1 Pupus Sebelum Mekar

22/11/2023

2

Bab 2 Dipertemukan Oleh Takdir

22/11/2023

3

Bab 3 Bayi Perempuan

22/11/2023

4

Bab 4 Luka dan Duka

22/11/2023

5

Bab 5 Kalung dari Ryan

22/11/2023

6

Bab 6 Jangan Pergi

22/11/2023

7

Bab 7 Pulang ke Rumah

22/11/2023

8

Bab 8 Perpisahan yang Tertunda

22/11/2023

9

Bab 9 Bertemu Lisa

22/11/2023

10

Bab 10 Melawan Restu

22/11/2023

11

Bab 11 Takut Berpisah

22/11/2023

12

Bab 12 Mencintai Dalam Diam

22/11/2023

13

Bab 13 Baru Sepuluh Hari

22/11/2023

14

Bab 14 Kejutan Dari Agung

22/11/2023

15

Bab 15 Kangen Zora

22/11/2023

16

Bab 16 Akan Kukembalikan Jodohmu

22/11/2023

17

Bab 17 Mundur Selamanya

22/11/2023

18

Bab 18 Setelah 17 Tahun

22/11/2023

19

Bab 19 Kamu di Mana, Nisa

22/11/2023

20

Bab 20 Mendatangi Yusuf

22/11/2023

21

Bab 21 Keputusan yang Salah

22/11/2023

22

Bab 22 Mencari Nisa

22/11/2023

23

Bab 23 Terlambat Menyadari

22/11/2023

24

Bab 24 Nisa Salsabilla

22/11/2023

25

Bab 25 Aku Tahu Itu Kamu

22/11/2023

26

Bab 26 Reyza Mahendra

29/11/2023

27

Bab 27 Jangan Pupus, Bungaku

30/11/2023

28

Bab 28 Akhirnya Aku Menemukanmu

01/12/2023

29

Bab 29 Mencuri Jodoh Orang Lain

02/12/2023

30

Bab 30 Si Perayu Ulung

05/12/2023

31

Bab 31 Puncak Tertinggi Mencintai

06/12/2023

32

Bab 32 Saudara Sepersusuan

08/12/2023

33

Bab 33 Rindu yang Menyiksa

08/12/2023

34

Bab 34 Lukisan untuk Nisa

09/12/2023

35

Bab 35 Bagaimana Kalau Aku Memaksa

09/12/2023

36

Bab 36 Surat Cinta

10/12/2023

37

Bab 37 Kejutan Paling

10/12/2023

38

Bab 38 Bagaimana Kalau Kita Jadi Muhrim Lagi

11/12/2023

39

Bab 39 I Love You

11/12/2023

40

Bab 40 Jangan Memupus Harapan Orang Lain

12/12/2023