Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Suasana duka masih menyelimuti keluarga Baskoro karena kepergian putra sulung mereka bernama Candra Baskoro. Dia meninggal karena sebuah insiden pesawat dalam perjalanan bisnisnya. Kepergian Candra menjadi pukulan telak bagi Galih Baskoro, ayah dari Candra dan Arga. Ada rasa bersalah dalam hatinya karena dialah yang memaksa Candra untuk berangkat ke Manado waktu itu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di proyek barunya.
Candra memiliki seorang istri yang bekerja sebagai artis sekaligus supermodel bernama Ratu. Mereka dikaruniai seorang putri cantik berusia dua tahun yang bernama Tyas Utami Baskoro. Pernikahan Candra dan Ratu adalah hasil dari perjodohan antara dua keluarga besar yang memiliki perusahaan raksasa. Pernikahan itu didasari atas kepentingan bisnis yang saling menguntungkan.
"Arga, kini hanya kamu satu-satunya harapan papah untuk meneruskan bisnis keluarga kita. Papah sudah terlalu tua untuk bekerja di kantor, punggung papah sakit jika terlalu lama duduk," ucap Galih.
Arga Baskoro adalah adik satu-satunya Candra yang berarti sekarang dia menjadi satu-satunya pewaris Baskoro yang masih hidup. Meskipun Arga dikenal sebagai laki-laki angkuh dan arogan, dia tak bisa menyembunyikan rasa sayangnya pada Candra. Hubungan Candra dan Arga sangat dekat sejak kecil, Candra sangat mengasihi adiknya, begitu pula dengan Arga.
Tanpa keluarga mereka tahu, Arga dan Ratu sebenarnya pernah menjalin kasih. Ratu adalah cinta pertama Arga! Namun, saat mendengar bahwa kakaknya dijodohkan, Arga perlahan mundur dari hubungannya dengan Ratu. Arga mengubur cintanya dalam diam, baginya cukup melihat orang-orang yang ia sayangi bahagia.
"Aku Arga Birawa Baskoro, akan melakukan apapun demi keluarga ini. Papah dan Mamah tidak perlu khawatir, aku yang akan menggantikan kakak untuk menjaga keluarga ini," itulah janji Arga pada kedua orang tuanya.
Satu bulan telah berlalu setelah peristiwa kehilangan putra sulung Baskoro. Semua mulai berjalan seperti semula lagi. Sudah dua minggu ini Arga menempati kursi CEO di perusahaan Baskoro.
"Tuan, ada Nyonya Ratu yang ingin bertemu," kata sekretarisnya.
"Bilang saja aku tak ada," jawab Arga tanpa menoleh sedikitpun. Matanya masih fokus dengan layar laptop yang menyala di depannya.
"Tapi aku tahu kau ada di sini!" suara seorang wanita membuat Arga menghentikan gerakan jarinya di atas keypad, tapi ia tetap saja tak menoleh sedikitpun.
"Lanjutkan pekerjaanmu." sang sekretaris mundur dengan wajah ketakutan.
"Apa aku terlihat seperti hantu bagimu? Kenapa kau tidak mau menemuiku?!" Ratu tak habis pikir padahal Arga yang dulu memiliki sifat yang hangat dan penuh perhatian menjadi berubah seratus persen. Arga menjadi seorang yang pendiam dan dingin, dia hanya mau berbicara panjang lebar jika itu dengan keponakannya yaitu Tyas.
"Tadi malam aku mendengar papah dan mamahmu berbicara, jika aku tidak salah mereka ingin segera menikahkanmu," ujar Ratu kemudian duduk di meja kerja tepat di samping Arga.Dalam balutan dress Sabrina, kaki Ratu sengaja menyilang hingga paha putihnya terlihat sempurna. Lengkap dengan panjang dress yang hanya dua jengkal di atas lututnya, dia terlihat anggun. Namun, raut wajahnya mencerminkan ketegangan dan kekhawatiran.
“Itu bukan urasanmu!” ujar Arga yang masih tidak menengok kearah Ratu.
"Ini sudah menjadi urusanku karena aku mendengar mereka akan menikahkanmu dengan istri kakakmu, yaitu aku! Kau dengar itu, aku yang ingin dinikahkan denganmu," ucap Ratu sambil santai meneguk kopi di meja kerja Arga. Tanpa ragu, Arga menarik kursi mundur dan berdiri dengan tatapan tajam menghadapi wanita di depannya.
"Bukankah seharusnya kau bahagia!? Kita bisa bersama lagi, cinta kita akhirnya bisa bersatu," kata Ratu dengan penuh harap.
"Pergi! jika aku tidak memandang kakakku, aku sudah melemparmu dari sini," ucap Arga tegas, lalu pergi meninggalkan ruangan karena ada jadwal meeting.
Ratu terpaku di tempat, air matanya tak tertahan. Dulu, Arga tak akan tega melihatnya menangis. Dia akan melakukan segalanya untuk membuatnya bahagia.
"Aku masih sangat mencintaimu, Arga Birawa Baskoro!" pekik Ratu dengan suara tercekat, tetapi Arga tak menoleh. Dia berkata pada wanita di belakangnya, "Dan penyesalan terbesarku adalah bahwa aku pernah mencintaimu."
Kata-kata itu membuat Ratu semakin hancur. Air matanya semakin deras mengalir. Namun, dia tersenyum dengan mata berkaca-kaca, "Aku sudah satu langkah di depanmu sayang, bahkan kedua orang tuamu masih mengharapkan aku untuk menjadi menantu mereka."
"Cepat atau lambat, kau akan kembali menjadi milikku! Hanya milikku," gumam Ratu sambil mengusap air matanya dengan tangan gemetar.
Beberapa hari sebelumnya, di kompleks pemakaman elite, Anjani bersimpuh di depan pusara yang masih basah. "Maaf karena aku tak bisa membawa dia, tapi aku yakin kau bisa melihatnya dari atas sana. Dia sangat mirip denganmu. Senyumnya manis seperti senyummu, matanya juga sama seperti milikmu. Semua yang ada padanya sangat mirip denganmu," ucap Anjani dengan sedih, mencium batu nisan yang bertuliskan nama suaminya.
"Tenanglah di sana, Mas. Aku akan membuat putra kita bahagia, terimakasih telah memberikan Dharma Fajar Baskoro. Aku akan membuatnya pantas menjadi seorang Baskoro, pria yang tangguh sepertimu," Lanjutnya.