Mario adalah seorang lelaki bayaran yang biasa memuaskan hasrat birahi para wanita. Berawal dari pertemuannya dengan Rose, wanita bersuami yang mengalami disfungsi seksual hingga memesan layanannya. Tak disangka pertemuan pertamanya tersebut menumbuhkan rasa cinta hingga terpikat kepada Rose yang berstatus istri orang, hingga kehilangan akal sehatnya. Segala cara dia lakukan agar bisa memikat dan membuat Rose jatuh kepelukannya. Apakah kegilaan Mario kepada Rose akan berakhir pada kehancuran pernikahan Rose?
Aku baru saja selesai menuntaskan tugas untuk memuaskan hasrat tante Lola, seorang janda kaya yang ditinggal mati suaminya karena penyakit jantung.
"Ikut tante ke Paris yuk sayang " pintanya saat aku mengenakan kembali kemeja menghadap kaca. Kali ini tante memintaku datang langsung keapartemennya padahal biasanya dia akan memesan kamar vip disebuah hotel bintang lima.
Kalau bukan karena uang pasti sudah kubuang jauh wanita ini. Gayanya yang seperti abegeh padahal umurnya sudah lebih dari setengah abad tersebut sangatlah tidak sesuai.
"Jadwalku sangat padat sekali akhir-akhir ini tan." Jawabku malas tapi tetap kupaksakan tersenyum menggoda kearahnya. Tante genit itu kini menghampiriku. Padahal ingin sekali aku segera pergi dari sini. "Aku harus kerja setoran untuk membayar cicilan rumahku " kilahku.
"Padahal sudah sering tante bilang kepadamu untuk tidak melanjutkan pekerjaan ini. Tante akan siap memberikan dan mencukupi semua kebutuhan kamu asalkan mau menuruti semua permintaan tante,cukup mudah bukan?" memang benar tante Lola sering berkata seperti itu. Sebenarnya aku sudah sangat muak melayani tante genit ini. Lihatlah saja sekarang dia sedang berlekuk-lekuk memamerkan tubuhnya dihadapanku mungkin dia pikir aku akan tergoda padahal aku sudah sangat muak sekali.
Tante Lola berjalan menghampiriku dengan hanya mengenakan lingeri, aku berfikir keras merangkai alasan untuk mengakhiri pertemuan kami malam ini hingga tiba-tiba ponselku berbunyi. Sungguh sangat sebuah keberuntungan ku kali ini.
Aku bergerak menuju ponsel dan membukanya. Sebuah pesan yang biasa terkirim kepadaku. sempat kulihat ekspresi tante Lola yang kecewa tapi aku tak peduli.
"Tanteku sayang maafkan aku kali ini Ya. sepertinya aku harus segera pergi. Mungkin sepulangnya dari Paris Tante bisa menghubungiku lagi." aku mengecup kedua pipinya yang sudah sedikit nampak keriputnya. "Jangan cemberut seperti itu, nanti wajahmu yang cantik ini terlihat keriput." Aku menggodanya, dia tersenyum malu-malu. Ya apa boleh buat karena Tugasku memanglah menyenangkan hatinya.
Akhirnya aku bisa terbebas dari Tante Lola. Ketika sampai di mobil mewah hasil jerih payahku mengumpulkan keringat para wanita kaya yang kesepian tersebut. Kadang aku merasa jenuh dengan pekerjaan sampingan ini, ya aku mengatakannya sebuah pekerjaan sampingan karena pekerjaan utamaku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan redaksi terkenal dinegara ini. Tapi siapa yang tau bahwa manajer pemasaran ini adalah seorang lelaki bayaran yang melayani pelanggan vip yang tak bisa sembarang dipesan.
Sebuah pesan dari calon pelanggan yang belum pernah kutemui sebelumnya. Fotonya Hanya berupa Ava kosong yang tidak nampak gambar aslinya aku semakin penasaran Siapa orang dibalik akun ini.
Terlebih dahulu aku menghubungi Robby, mucikari yang biasa menghubungkan ku dengan para pelanggan ku aku bertanya siapakah tamu ku selanjutnya ini namun dia hanya menjawab bahwa ini adalah pelanggan baru yang harus diberi servis terbaik.
Pikiran buruk ku berkelana, siapa lagi kalau bukan sosok jelek bertubuh tambun seperti tante Lola. Sebenarnya aku sudah sangat malas tapi apa boleh buat karena sudah terlanjut menyetujui janji temu ini.
Robi mengirimkan alamat hotel yang akan digunakan sebagai tempat eksekusi ku malam ini. Sebuah hotel bintang lima yang biasa dipesan oleh tante Lola. Tempatnya tidak terlalu jauh mungkin 15 menit dari sini.
Ku lajukan mobilku dengan cepat menuju alamat hotel yang sudah dikirimkan Robby, Segera menuju resepsionis untuk sekedar basa-basi padahal dia juga sudah paham maksud kedatanganku karena terlalu seringnya aku datang kemari.
"Sudah menunggu didalam" Ucap gadis yang kutau bernama Lisa. Dia biasa menggodaku namun selalu ku abaikan.
Ku buka kamar mewah itu dengan perasaan malas, tak kulihat siapa-siapa. Kembali keluar melihat nomor yang sudah sesuai lalu kembali lagi masuk kedalam untuk mengecek pelanggan baru tersebut.
"Hallo, permisi." Suara gemericih air dari shower kamar mandi membuatku bernafas lega. Setidaknya aku bisa memastikan bahwa ini bukanlah pesanan fiktif.
Aku menunggu sosok itu dengan duduk disofa yang tak jauh dari kamar mandi. Tak mau membayangkan bagaimana bentuk pelanggan ku malam ini karena takut akan membuat moodku hancur.
Robbi bilang pelanggan ini sungguh spesial, dia memberi bayaran penuh diawal tanpa banyak kemauan kecuali merahasiakan pertemuan kami setelah ini.
Cukup lama hingga sosok wanita keluar dari kamar mandi. Hanya mengenakan handuk yang melilit tubuhnya. Aku memandangnya takjub, wanita berbadan putih bersih dengan tubuh ramping dan saat aku melihat wajahnya semakin membuatku terpana. Cantik, hanya satu kata yang bisa terucap menggambarkan sosoknya.
Dia berjalan mendekat, kemudian duduk diranjang yang ada dihadapanku, kami sekarang memang duduk berseberangan. Dia menggerakkan kedua tangannya untuk mengikat rambut yang setengah basah tersebut. Aku menelan saliva melihat pemandangan didepanku ini. Sungguh, tanpa dia membayar pun aku sudah siap melayaninya secara sukarela.
"Ini kali pertamanya aku sekamar bersama pria lain." Ucapnya lalu menghela nafas kasar. "Kamu pasti sudah sangat ahli memuaskan banyak wanita."
Aku mendekat kearahnya lalu duduk disebelahnya. Dia sedikit beringsut dengan menggeser posisi duduknya.
"Kamu ingin memulainya sekarang?" Aku bertanya dengan ikut menggeser posisi dudukku agar lebih dekat dengannya. Mulai membuka kancing dari atas namun tiba-tiba tangannya menarik tanganku memberi isyarat untuk menghentikan gerakan ku. Aku menatapnya dengan tanya yang tak ku sampaikan.
"Aku membayar mu semalaman, Itu artinya masih ada banyak waktu sampai besok pagi."
"Lalu apa yang kamu inginkan sekarang?" Tanyaku, posisi kita sangat dekat aku bahkan bisa mendengat suara nafasnya yang tidak teratur, sepertinya dia sangat gugup. Wanita ini belum menjawab, hingga aku mengusap pipinya yang sangat halus itu lalu menyibakkan helaian rambutnya yang tak ikut diikat tadi.
"Aku lapar " ucapnya. Aku tertawa mendengar jawabannya. Entah apa maksudnya menyewa ku malam ini. Wanita itu berjalan menuju telepon yang terhubung dengan Customer servis hotel ini. Dia menyebutkan beberapa menu untuk dipesannya.
Aku masih mengamatinya dengan duduk ditepi ranjang. Kali ini dia berjalan menuju meja rias dan mengambil baju yang ada dikursi depannya. Dia melepaskan handuk yang melilitnya hingga nampak dari pantulan kacanya lekuk tubuh yang sangat indah tersebut. Sialan, hasrat ku sebagai lelaki sudah tak bisa ditahan.
Langsung bergegas menghampirinya, merengkuh tubuh tanpa baju tersebut dari belakang. Wanita ini sedikit terkejut dengan tindakanku namun kembali tenang saat aku mulai mengecup tengkuk lehernya yang putih ini.
Ketika tanganku hendak meraba bagian atasnya dia segera menghempasnya pelan. "Sudah kukatakan aku sangat lapar." Dia membalikkan badannya menghadapku, melanjutkan untuk mengenakan kemeja putih tanpa dalaman terlihat transparan sekali. Lagi-lagi aku menelan saliva, seperti ini rasanya dipermainkan wanita.
"Apakah aku harus menunggu pesanan datang?" Dia mengangguk lalu berjalan kembali menaiki ranjang. Mengambil remote televisi dan menyalakannya, kini dia sudah berbaring disana dengan selimut yang dia kenakan menutupi hingga dadanya.
Dia memberiku isyarat untuk ikut berbaring disana dengan menepuk tempat kosong itu. Akupun gegas menghampirinya, memiringkan tubuhku agar leluasa memandanginya.
"Kamu tak ingin bertanya namaku?" Tanyanya dengan pandangan kedepan fokus menatap layar kaca. Aku mengangguk, masih menikmati pemandangan indah didepanku kini. "panggil saja Rose."
"Rose, nama yang sangat indah." Dia hanya tersenyum tipis. "Apakah kamu sudah menikah?" Tanyaku dan dia mengangguk.
"Aku sudah menikah satu tahun lebih."
"Masih pasangan baru. Lalu kenapa kamu malah membooking ku malam ini?" Kini giliran dia yang memiringkan tubuhnya hingga wajah kami berhadapan sangat dekat.
"Dia mengalami disfungsi seksual. Aku sudah menahannya lama." Rose menggigir bibir bawahnya, gerakannya yang reflex membuatku sangat gemas dan ingin segera menerkamnya. "Apakah aku terlihat memalukan?" Dia bertanya dengan raut wajah yang sulit diartikan, aku menggeleng. Tanganku kembali merapikan rambutnya yang sebagian berantakan itu. Rose memejamkan matanya, mungkin menikmati sentuhan ku.
Sepertinya ini kesempatan ku, dengan cepat aku mendekatkan bibirku kebibir Rose, kepalanya langsung kutahan agar dia tak bisa berontak.
Aku sudah berganti posisi diatasnya sekarang menarik kedua tangan Rose keatas. Kali ini Rose mulai mengikuti permainan ini, permainan awal yang sudah mulai panas.
"Sialan." Ketika suara bell kamar berbunyi. Rose terkekeh saja melihatku dengan kasar turun dari ranjang dan bergegas menuju pintu. Nampak pelayan hotel mengantarkan pesanan Rose.
Aku membiarkannya masuk, lalu setelahnya dia keluar lagi saat beberapa menu sudah dia letakkan dimeja. Rose turun dari ranjang kemudian duduk dan mulai mengambil piringnya.
"Kamu tak lapar?" Tanyanya seraya menyuapkan makanan kemulut nya. Aku duduk didekatnya, melepaskan kemeja dan melemparnya entah kemana.
"Hampir saja aku menyantap makan malam ku, tapi pelayan itu sudah mengganggunya." Rose menatapku dan tersenyum lalu menyuapiku dengan sendok yang sama dia pakai tadi.
Rose tetap melanjutkan makannya. Dan akupun juga ikut menyantap hidangan ini karena sepulangnya dari tante Lola aku lupa untuk mengisi perutku.
"Kamu tau, suamiku sangat suka masakanku. Dia akan menghabiskannya tanpa sisa bahkan meminta menu yang sama berhari-hari sampai ku tawarkan menu makanan yang lainnya." Dia bercerita lepas seolah sedang bercengkrama dengan temannya. Aku hanya mendengarkan setiap celotehnya walau tak bisa ku pingkiri ada rasa sesak setiap dia menyebut suaminya itu.
"Aku juga ingin mencicipi masakan mu." Aku menghentikan ceritanya. "Coba masak kan aku makanan yang disukai suamimu itu." Dia hanya tersenyum tak menanggapi .
Menerima wanita cantik sebagai pelangganku bukanlah kali ini saja. Sudah banyak bentuk wanita yang kujelajahi namun baru dengan Rose lah aku mendapati rasa tak ingin melepaskannya. Entahlah, ada hasrat tersendiri sejak bertemu dengannya tadi.
Rose menata kembali bekas makan kami. Sepertinya dia tipe orang yang sangat rapi.
Rose kembali keranjang, berbaring dan memejamkan matanya. Tak habis fikir dengannya, apakah dia sengaja mempermainkanku? Membayarku lalu hanya dibuatnya sebagai tempat bercerita tentang suaminya?
Bab 1 Pertemuan pertama
03/06/2022
Bab 2 Malam Panjang
03/06/2022
Bab 3 Ruangan Rahasia
03/06/2022
Bab 4 Sebuah Fakta
03/06/2022
Bab 5 Info terbaru
03/06/2022
Bab 6 Tergoda gadis lain
17/06/2022
Bab 7 Pelanggan lama
17/06/2022
Bab 8 Sebuah skandal
17/06/2022
Bab 9 Berkencan
17/06/2022
Bab 10 Hampir Ketahuan
17/06/2022