Terpikat Istri Orang
ung membuka matanya karena kaget. Tak kupedulikan lagi, langsung kutarik kedua tangannya keatas dan mel
ng kemeja yang masih dia kenakan. Rose terperanjat saat melihatku yang sudah tak mengenak
ang sepertinya tak pernah dia dapatkan dari suaminya. Terb
pulas dalam pelukanku. Aku masih sibuk memandangi
lah selesai melakukan tugasku namun kali ini ak
*
dikit kesadaran aku meraih benda pipih itu yang ternyata hanyalah sebuah notif alarm pengingat
sudah nampak rapi dengan mini dress warna merah menyala sangat kontras dengan ku
. Memasangkan anting ketelinganya dan dila
u mengamati wajah cantiknya yan
duk ditepi ranjang membelai kepalaku pelan lalu mengecup k
ergi?" Dia mengangguk dan tak mengucapkan sepatah katapun.
kirim kepadaku. Rasanya sangat sulit menerima kenyataan bahwa hub
segera menyiapkan diri un
ah sofa lobby hotel ini. "Hari ini ada slot lagi, elu ambil enggak?"
kiranku masih terfokus pada sosok yang telah menghabiskan malam bersamaku. "Robb, cariin in
idik. Aku mengangguk pelan hingga membuatnya
ung aja oper ke gua" aku mengakhiri percakapan ini lalu gegas p
*
Walaupun banyak panggilan dari Robbi tapi
akat bertemu disebuah kafe, biasanya aku akan ditemani Merry, ba
a seringkali berusaha merayuku dan aku berusaha pila untuk menghind
a aku ditempat temu janji. Dia sudah menyiapkan tempat di
eja press badannya yang semakin menunjukkan lekuk tubuhnya. Aku mengamatinya dari atas keb
yum ketika menyalami istrinya. Sebuah kebetulan yang memang sudah kutebak sebelumnya. Tante Wina, wanita yang pernah
ganku. Obrolan ringan seusai menyampaikan materi. Sebenarnya sangat menjenuhkan. Sesekali kaki tante Wina akan
ita yang terlihat cantik itu tengah duduk bersama seorang lelaki berwajah oriental. Seny
hadiranku. Aku masih mengamatinya, tangan Rose mengait lengan lelaki disebela
aki didepanku membuyarkanku. Kugelengkan kepalaku ber
nya pacar." Goda tante Wina dengan mengedipka
endah. Tawa terdengar dari meja kami, dan aku seseka
angan didepanku itu pulang juga. Sedari tadi ak
an bergegas mengurusi segala pembayarannya. Aku berjalan
a aku melewati mejanya dia tak sekalipun melihatku dan hanya fokus pada lelakinya tersebut. Yah, mungk
kat ketika menyadari aku tengah memperhatikannya dengan tersenyum. Hanya sesaat karena secepat kilat dia segera berusaha ta
lau tak ingat harga diriku, pastilah sudah kuhampirinya dan menyeretnya ikut pulang bers
ku mengeluarkan kartu debit platinum yang sering dialiri
ar dari ruangan ini dan s
nya, mata Rose melotot kearahku. Dan