Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
"Sudah kubilang aku tidak ingin diganggu!" Samudera membentak begitu seseorang membuka pintu ruangannya.
Dia sudah memperingatkan pada Kayla untuk tidak membiarkan siapapun masuk ke ruangannya hari ini. Tapi, bagaimana bisa ada orang yang lancang membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu?
"Paman Sam!" Suara nyaring perempuan remaja itu membuat Samudera mengalihkan pandangan.
Begitu menemukan Aletta, keponakannya berdiri di ambang pintu, pria itu sedikit menganga. Beberapa saat kemudian mencoba kembali fokus pada komputer di hadapan.
Dia Aletta Prasaja. Keponakan atau yang orang bahkan anggap putrinya sendiri. Sebab sejak kematian Ayahnya, perempuan cantik itu tinggal bersamanya.
"O-oh ... kau." Pria berambut sedikit pirang itu menyahut singkat.
"Kenapa tidak pernah pulang? Aku menunggumu dari dua hari yang lalu," tanya perempuan cantik dengan dress putih tulang selutut itu dengan nada merajuk.
"Aku sedang sibuk. Memangnya kenapa kau mencariku? Uang jajanmu habis?" tanya Samudera tanpa mau menatap wajah perempuan itu yang kini mulai duduk di atas meja kerja.
"Memangnya aku hanya boleh menemuimu saat uang jajanku habis?!" tanya perempuan itu balik sambil mendengkus sebal.
"Perhatikan rokmu, Aletta!" tegur Samudera sambil melotot galak.
Aletta menyengir tanpa dosa sambil segera memperbaiki dress bagian bawahnya yang tersingkap saat naik ke atas meja tadi. Berikutnya, perempuan itu menggeser tubuh hingga tepat berada di meja depan pamannya.
"Let's go home, Uncle!" pinta Aletta sambil meraih kedua bagian pipi sang paman kemudian mencubitnya gemas.
Samudera mendengkus, tapi tak ayal segera berdiri kemudian mengangkat tubuh mungil perempuan itu.
"Baiklah, ayo kita pulang!" jawab Samudera sambil menurunkan Aletta ke lantai.
"Oh iya, aku juga ingin mengenalkan seseorang. Dia sedang menunggu di rumah," sahut perempuan itu begitu teringat sesuatu.
"Siapa?"
"Kekasihku. Aku ingin Paman melihatnya. Apakah dia cocok denganku atau tidak," jawab perempuan itu sambil tersenyum gembira.
Sejenak, pria dengan setelan jas abu itu mematung. Beberapa saat kemudian, memberikan seulas senyum singkat.
"Baiklah. Mari kita lihat dia," timpal Samudera lirih.
'Pria seperti apa yang berani mengambil hati gadisku,' sambung Samudera dalam hati.
***
"Perkenalkan, Om. Saya Revano, pacarnya Letta." Samudera bersedekap dada sambil memandangi pemuda di depannya yang tampak gugup.
Mungkin merasa terintimidasi oleh tatapan penuh selidiknya. Berbanding terbalik dengan Aletta yang malah sibuk memakan es krim pemberian Pamannya di jalan pulang tadi.
"Punya apa kamu sampai berani memacari keponakan saya?" tanya Samudera cepat.
Aletta mengerjap. Apa pertanyaan pamannya tidak terlalu berlebihan? Setahu Aletta, pertanyaan semacam itu lebih banyak diajukan oleh seorang Ayah kepada calon suami putrinya.
"Ayah saya punya perusahaan penerbitan buku dan percetakan, Om. Ibu saya juga sedang merintis usaha kuliner di Bali," jelas pria sipit itu percaya diri.
"Saya tidak menyuruh kamu untuk memamerkan kekayaan orangtuamu. Saya tanya apa yang kamu punya," sanggah Samudera sinis.
Revano mendadak gelagapan. "R-rumah dan mobil mewah?" sahut pria itu ragu sambil menggaruk tengkuk bingung.
"Dibelikan orangtuamu juga?" tebak Samudera tepat sasaran.
Revano mengangguk semakin kikuk. Mendadak, atmosfer di ruangan itu terasa dingin dan menegangkan.
"Jangan dekati Aletta jika kamu hanya bisa memberikannya harta, yang itu pun milik orangtuamu. Saya juga bisa memberikannya, bahkan lebih dari yang kamu dan orangtuamu mampu." Samudera menegur tegas.
Mata tajamnya menatap dingin pria sipit itu sekali lagi.