Pernikahan Luka

Pernikahan Luka

secretbeder

5.0
Komentar
518
Penayangan
22
Bab

Aji Pangestu. Sosok pria pengusaha sukses yang banyak digandrungi perempuan. Dewi Sekar Sari, adalah perempuan yang paling beruntung, bisa dipersunting Aji. Namun, pernikahannya hancur, setelah datangnya orang ketiga, Putri Nagita. Ironisnya, setelah mempersunting Putri Nagita, Aji justru mendapati perempuan itu berselingkuh dengan sahabat Aji yang bernama Bagaskara. Sedangkan Dewi, menemukan Andika, cinta masa abu-abunya. Mereka berdua terlibat cinta lama bersemi kembali. Bagaimana kisah mereka, selanjutnya?

Bab 1 Tamu Perempuan Pagi-Pagi

Aji Pangestu selalu mengalihkan pembicaraan saat Dewi Sekar Sari Istrinya ingin mengajaknya pergi berlibur keluar kota.

"Mas ke Bali yuk," ajak Dewi, manja.

"Aku sibuk!" katanya seraya berlalu dari hadapan istrinya.

"Kan kita belum bulan madu. Katamu kita mau bulan madu ke Bali?"

"Kacau!" celetuk Aji. Kali ini ia melangkah pergi meraih kunci mobil yang ada di meja ruang tamu.

"Mas kemana!" teriak Dewi kesal.

Seharian Dewi menahan rasa kesalnya. Malam tiba, dan dia nggak berbicara sama sekali dengan Aji.

Meski seperti itu, Dewi mencoba berlapang dada. Menerima kenyataan bahwa suaminya memang sedang sibuk.

Bahkan tidur seranjang pun, Aji tak ingin menyentuhnya.

Lingerie warna pink yang dikenakan Dewi, mampu meluluhkan Aji. Disentuhnya pelan-pelan bagian sensitif milik Dewi.

Dewi tak menolak. Kali ini memang dia benar-benar mengharapkan pelukan hangat dari lelaki yang sudah 10 tahun menjadi pendampingnya itu.

Tak lama, hanya 10 menit, Aji membuai istrinya, lalu dia tertidur lelap di samping Dewi.

"Makasih ya sayang," Dewi mengecup kening suaminya.

Tapi, sepertinya Aji pura-pura terlelap.

***

Pagi-pagi, saat Dewi terbangun dari tidurnya, dia tak lagi mendapati Aji.

"Kemana dia?" gumam Dewi, yang masih tak ingin beranjak dari tempat tidurnya.

Ia tarik selimut, saat mengetahui jam dinding di kamarnya masih menunjukkan angka delapan.

Tak lama, dia mendengar bel rumahnya berbunyi. Pasti ada tamu.

Dewi pun bangkit dari tempat tidurnya, melangkah ke ruang tamu, untuk memastikan siapa gerangan yang datang sepagi ini.

Perempuan muda, dengan kondisi perutnya yang hamil.

"Siapa dia ya?" Dewi heran bercampur penasaran.

"Assalamu'alaikum, Kak." sapa perempuan muda itu pada Dewi.

Dewi pun menjawab salam perempuan itu, dengan santun dan ramah.

"Masuk, yuk!" ajak Dewi penuh persahabatan.

"Maaf ini saya boleh tahu, dengan siapa ya?" tanya Dewi to the point.

*Saya Putri," jawab perempuan itu.

"Maaf, Putri mau ada keperluan apa ya datang pagi ini ke rumah saya?" tanya Dewi lagi tak sabar ingin tahu siapa perempuan ini.

Lama, Putri menjawab pertanyaan Dewi.

Matanya terlihat berkaca-kaca, hingga terdengar suara tangisnya pecah.

"Lho kenapa menangis Mbak?" tanya Dewi Penasaran.

Perempuan itu kian tersedu-sedu. Dia belum ingin mengatakan apa-apa pada Dewi.

Melihat pemandangan aneh pagi ini, Dewi bingung dan penasaran. Siapa perempuan yang ada di hadapannya itu. Kenapa dia menangis?

Dewi berusaha menenangkannya. Secangkir teh hangat, disuguhkan untuk tamu misterius pagi itu.

"Minum yang hangat-hangat dulu, Mbak, biar tenang. Biar bisa bercerita," ucap Dewi pelan.

Sejenak dia memperhatikan perempuan muda yang ada di hadapannya itu.

"Perempuan hamil ini apa mau minta sumbangan ya?" tanya Dewi dalam hati.

"Tenangkan pikiran dulu Mbak, dengan minum teh hangat di pagi hari," ucap Dewi mencoba membujuk perempuan itu, agar menyeruput teh hangat yang sudah hampir dingin itu.

"Ayo diminum dulu Mbak, tehnya sudah mau dingin lho," bujuk Dewi lagi untuk kesekian kalinya.

Perempuan aneh. Dia masih saja menangis nggak jelas. Bahkan ditawari minum saja, perempuan itu masih kekeuh nggak mau.

Karena nggak sabaran, Dewi segera merogoh dompetnya. Dia berikan selembar uang lima puluhan ribuan yang tinggal satu-satunya di dompet miliknya.

"Nggak mau Mbak," jawab perempuan itu spontan menolak pemberian Dewi.

"Nggak banyak Mbak. Cuma sekedarnya saja. Buat pegangan Mbak," paksa Dewi.

Perempuan itu masih bersikeras dengan prinsipnya. Menolak pemberian Dewi.

"Lho.....ini kenapa menangis Mbak. Ini terima saja uang dari saya. Buat mbaknya beli makanan atau apa gitu," paksa Dewi sembari berusaha menyelipkan uang lima puluh ribuan itu, ke tangan perempuan yang menangis tersedu-sedu itu.

Perempuan itu masih menggenggam erat tangannya.

Dia ingin bercerita masalah yang sesungguhnya tapi batinnya sendiri belum siap.

"Bagaimana kalau Mbak cerita saja apa masalahnya," desak Dewi berusaha menghentikan tangis perempuan itu.

"Mbak..kalau mbaknya menangis terus kayak begini, saya jadi bingung mbak," dengan segala cara, Dewi berusaha menghentikan tangis perempuan itu.

"Oh ya.....maaf mbak..mbak ini tinggal dimana ya?"

Perempuan itu masih saja tak mau ngomong. Masih bisu seribu bahasa.

"Kalau nggak takut sama polisi, serasa mau aku siram sama teh di gelas ini," ucap Dewi, membatin kesal.

"Mbak....Maaf ya saya mau pergi sama suami saya..bisa nggak mbak nya kalau mau, datang saja lagi, besok. Soalnya saya ada janjian sama orang di luar," untuk kesekian kalinya Dewi membujuk perempuan itu supaya mau cerita atau paling nggak, dia segera beranjak pergi dari rumahnya.

Dewi menarik nafas panjang, sebagai bentuk meluapkan kekesalannya pada tamu asing perempuan tak jelas itu.

Tak lama, perempuan itu buka suara. Sebenarnya mbak. Saya ditinggal sama suami saya." ceritanya masih dengan tangis yang tersedu-sedu.

"Lho kenapa cerita ke aku. Sinting kali perempuan ini. Apa hubungannya dengan aku. Aduh. Dunia ini semakin banyak saja orang-orang gila yang baru," batin Dewi, sambil geleng-geleng.

"Suaminya pergi sama perempuan lain?" tanya Dewi coba menanggapinya, meski sebenarnya dia tak berminat menanggapi masalah perempuan aneh itu.

Perempuan itu menganggukkan kepalanya sekali tapi pelan.

"Terus apa hubungannya mbak, mbak datang ke saya mengadukan soal suami mbk yang pergi dengan cewek lain itu." Dewi setengah kesal mengatakan itu.

"Kami berencana menikah Mbak. Tapi gara-gara perempuan itu, saya jadi belum bisa dinikahi sama pacar saya itu." ceritanya.

"Wah nggak beres. Tadi katanya suaminya lari sama perempuan lain. Sekarang ngaku pacarnya. Ini pasti pasien yang baru keluar dari rumah sakit jiwa." Dewi ingin melepaskan tawanya tapi dia masih berpikir, takut orang gila yang ada di depannya ini ngamuk.

"Jadi, maksud kedatangan kamu ke rumah saya, apa Mbak. To the point saja Mbak. Saya soalnya mau buru-buru ada janjian sama orang di luar sana." tegas Dewi.

Perempuan itu masih bertele-tele.

"Kata pacar saya, istri dia itu belum diceraikannya. Jadi kami susah mau menikah," jelas perempuan sinting itu lagi.

Dewi semakin pusing mendengar cerita perempuan yang seperti benang ruwet.

"Kalau begitu, suruh saja ceraikan istrinya itu." Dewi memberi saran singkat.

"Itu dia Mbak, dia masih cinta sama istrinya. Sedangkan saya, sudah hamil ini. Bagaimana nasib anak saya, kalau tidak ada bapaknya." ungkap perempuan itu yang mulai menghentikan tangisannya.

"Mbak. Jujur, mbak ini sepertinya salah alamat. Kenapa harus datang ke rumah saya, kalau mau konsultasi soal rumah tangga Mbak. Saya bukan kantor pengadilan agama. Jadi, mbak. Sekali lagi, bisa nggak mbaknya pergi ke kantor agama saja, untuk melanjutkan konsultasinya. Saya benar-benar terdesak sudah ada janjian sama orang. Saya juga ada perlu mbak." Dewi ngotot berusaha mengusir perempuan itu dengan cara halus.

Parahnya, perempuan itu masih tak bergeming dari rumah Dewi.(***)

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Jatuh Cinta dengan Dewi Pendendam

Jatuh Cinta dengan Dewi Pendendam

Juno Lane
5.0

Sabrina dibesarkan di sebuah desa terpencil selama dua puluh tahun. Ketika dia kembali ke orang tuanya, dia memergoki tunangannya berselingkuh dengan saudara angkatnya. Untuk membalas dendam, dia tidur dengan pamannya, Charles. Bukan rahasia lagi bahwa Charles hidup tanpa pasangan setelah tunangannya meninggal secara mendadak tiga tahun lalu. Namun pada malam yang menentukan itu, hasrat seksualnya menguasai dirinya. Dia tidak bisa menahan godaan terhadap Sabrina. Setelah malam penuh gairah itu, Charles menyatakan bahwa dia tidak ingin ada hubungan apa pun dengan Sabrina. Sabrina merasa sangat marah. Sambil memijat pinggangnya yang sakit, dia berkata, "Kamu menyebut itu seks? Aku bahkan tidak merasakannya sama sekali. Benar-benar buang-buang waktu!" Wajah Charles langsung berubah gelap. Dia menekan tubuh Sabrina ke dinding dan bertanya dengan tajam, "Bukankah kamu mendesah begitu tidak tahu malu ketika aku bersamamu?" Satu hal membawa ke hal lain dan tidak lama kemudian, Sabrina menjadi bibi dari mantan tunangannya. Di pesta pertunangan, sang pengkhianat terbakar amarah, tetapi dia tidak bisa meluapkan kemarahannya karena harus menghormati Sabrina. Para elit menganggap Sabrina sebagai wanita kasar dan tidak berpendidikan. Namun, suatu hari, dia muncul di sebuah pesta eksklusif sebagai tamu terhormat yang memiliki kekayaan miliaran dolar atas namanya. "Orang-orang menyebutku lintah darat dan pemburu harta. Tapi itu semua omong kosong belaka! Kenapa aku perlu emas orang lain jika aku punya tambang emas sendiri?" Sabrina berkata dengan kepala tegak. Pernyataan ini mengguncang seluruh kota!

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku