Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PERNIKAHAN SIRI
5.0
Komentar
35
Penayangan
1
Bab

Tidak selamanya. Apa yang terlihat buruk, akan buruk pada akhir. Bukankah manusia letaknya salah dan khilaf. Akan ada jalan yang bisa, membuat seseorang kembali kepada kebaikan yang ada di dalam dirinya. Seperti yang dirasakan Tiara, yang harus menjadi istri siri. Dalam dua kali pernikahannya. Terpaksa menikah diusia 16 tahun. Lalu dikhianati dan diceraikan di usia 19 tahun. Kembali terjebak dalam pernikahan siri keduanya diusia 20 tahun. Hingga akhirnya terbuang. Sakit, tapi harus dijalani. Saat cinta yang diharapkan tak seindah yang dibayangkan. Akankah Tiara menyerah menghadapi takdir hidupnya? Yuk ikuti cerita perjalanan takdir hidup Tiara dalam pernikahannya.

Bab 1 001. KETAHUAN

Tiara menatap nanar ke arah sepasang pria dan wanita. Pasangan itu tengah bergandengan mesra, memasuki sebuah warung bakso. Matanya mengembun. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Perlahan Tiara mendekat, "Bang! Abang ngapain disini?"

Tiara menegur pria itu. Pria yang tengah duduk bersisian dengan wanitanya. Dia mengikutinya, saat melihat pria itu turun dari sepeda motor. Pria yang menggandeng mesra seorang wanita.

Pria itu mengajak wanitanya, memasuki warung bakso. Pasangan itu terus bergandengan tangan dengan mesra. Terlihat sekali kalau mereka adalah pasangan kekasih. Tiara mengikutinya. Dia ingin memastikan, kalau penglihatannya tidak salah.

Pria yang ditegur Tiara menolehkan kepalanya, matanya terbelalak, "Kamu ngapain disini?"

Pria itu terkejut dan merasa heran. Warung bakso yang dia datangi, bersama kekasihnya ini berjarak cukup jauh. Sekitar sepuluh kilometer dari rumah. Bagaimana mungkin, wanita muda ini ada di depannya.

"Tia yang tanya sama Abang? Kenapa Abang ada di sini. Bukannya Abang kerja. Terus siapa tante ini," tanya Tiara kepada pria dewasa yang saat ini, ada di depannya.

"Waduh! Ketahuan!" jerit pria itu dalam hatinya.

Tentu saja Tiara mengenal pria dewasa itu. Pria yang sudah membersamainya, selama dua tahun. Pria yang telah menikahinya dua tahun yang lalu. Pria dewasa ini, bernama Lukman. Suaminya.

"Abang tadi pulang cepat. Jadi cari makan dulu, soalnya lapar," jawab Lukman berusaha membuat alasan.

"Terus ini siapa?" tanya Tiara dengan tatapan yang menyelidik. Dia menatap wanita yang saat ini duduk di samping suaminya.

Siapapun pasti akan menduga yang tidak-tidak. Melihat dari cara suaminya, menggandeng wanita itu dengan mesra. Tiara bisa menebak, kalau hubungan mereka bukan hanya sekedar teman.

Wanita yang disamping Lukman tersenyum kepada Tiara, "Perkenalkan saya Hera, pacarnya Mas Lukman!"

"Kamu pasti Tiara adik angkatnya Mas Lukman. Iyakan, Mas?" tanya wanita yang bernama Hera kepada Lukman. Dia menatap Lukman kekasihnya mencari pembenaran.

"Iya," jawab Lukman dengan lirih.

"Adik angkat?" tanya Tiara sambil menatap kepada suaminya.

Tiara tidak percaya dengan pendengarannya. Suaminya mengatakan pada wanita di depannya ini, kalau dia adalah adik angkatnya. Dia memang adik angkatnya Lukman, tapi itu dulu dua tahun yang lalu. Sebelum pria itu, menikahinya secara siri.

"Kamu pulang sana! Katanya sekolah. Ngapain main, sampai jauh ke sini!" ucap Lukman mengalihkan perhatian keduanya.

"Oh, iya. Maaf, Tia pulang dulu, Bang! Tante Hera main ke rumah, kenalan sama ayah dan ibu," ucap Tiara menatap Hera, dengan tersenyum dan nada suara yang sinis.

Bibir Tiara tersenyum, tapi hatinya menangis. Pria yang dia cintai, ternyata telah berselingkuh darinya. Dia sungguh tidak menyangka. Lukman tega melakukan hal ini kepadanya.

Beruntung dia mengikuti ajakan temannya. Dia pergi untuk mengunjungi teman mereka yang sakit. Sehingga dia bisa melihat perselingkuhan suaminya.

"Tega kamu, Bang," rintih hati Tiara, saat keluar dari warung bakso.

Tiara tahu dari cara mereka bersikap dan berkomunikasi. Perselingkuhan suaminya sudah lama berlangsung. Dia yang tidak mengetahuinya. Dia hanya gadis belia yang bodoh, hingga tidak menyadarinya.

"Tia!" teriak Lukman.

Pria itu mengikuti Tiara yang keluar dari warung bakso. Tiara menghentikan langkahnya. Dia menoleh, menatap suaminya, dengan tatapan terluka.

"Nanti kita bicara di rumah. Nanti Abang jelaskan," ucap Lukman berusaha menenangkan istrinya.

Tiara hanya diam menatap suaminya. Pria yang berjanji akan menjaganya. Dulu dia percaya, tapi setelah melihat kenyataan di depan matanya. Kepercayaan itu menguap begitu saja. Pergi menghilang entah kemana.

Tiara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Lalu melangkah pergi meninggalkan suaminya. Tiara tersenyum dengan getir. Bahkan suaminya tidak bertanya. Bagaimana dia pulang naik.

Apalagi sampai berniat mengantarnya pulang. Ternyata, dia tidak berarti apa-apa untuk pria itu. Dia lebih memilih, bersama wanita yang sekarang menjadi selingkuhannya.

"Kamu kuat Tiara. Kamu adalah perempuan yang kuat," bisik Tiara kepada dirinya sendiri. Hanya ini yang bisa dia lakukan. Dia menguatkan hatinya yang sedang rapuh saat ini.

"Assalamu'alaikum!" teriak Tiara memasuki rumahnya. Tepatnya rumah mertuanya. Orangtua angkatnya.

"Wa'alaikumsalam. Baru pulang, Tia?" tanya Elma ibu angkat Tiara yang sekaligus juga ibu angkatnya.

Tia tersenyum, kepada wanita paruh baya yang berhati mulia ini, "Iya, Bu."

"Sudah shalat?" tanya Elma lagi kepada putri angkatnya sekaligus menantunya itu.

"Alhamulillah sudah, Bu. Tia ke kamar dulu ya, Bu. Mau istirahat, capek!" jawab Tiara sekaligus berpamitan kepada ibu mertuanya.

"Iya. Kalau kamu lapar, Ibu sudah masak tadi. Makan aja, ya!" ucap Elma sambil tersenyum kepada menantunya.

"Iya, Bu. Terimakasih," jawab Tiara dengan perasaan getir di dalam hatinya.

Elma adalah ibu dan mertua yang baik. Lukman menikahinya, saat Tiara masih berusia belia. Dia masih duduk di kelas satu, Sekolah Menengah Atas.

Kini usia Tiara, menjelang delapan belas tahun. Lukman adalah kakak angkatnya. Pria itu berusia dua puluh empat tahun, saat menikahi Tiara. Tepatnya Lukman yang memaksanya untuk menikahi Tiara.

Tiara masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang menjadi saksi. Bagaimana Lukman suaminya, mengucapkan janji-janji manisnya dulu. Usai menikahinya. Bodohnya Tiara sangat mempercayainya.

"Ya Allah. Kuatkan aku!" jerit Tiara tertahan.

Dia akhirnya menangis tersedu. Wanita muda itu tidak bisa menahan lagi kesedihan hatinya. Dia menjerit sekuatnya, sambil menutup mulutnya dengan bantal.

Semua berawal dari rasa yang tak biasa, dirasakan oleh gadis belia itu. Tiara yang saat itu, baru berusia tiga belas tahun. Disaat pertama kali datang ke rumah Lukman.

Lukman sangat menjaga. Tiara merasa nyaman di dekat Lukman. Ternyata rasa itu, menjadi sebuah hasrat yang terpendam. Lukman saat itu berusia lebih dewasa dari Tiara. Usianya dua puluh tiga tahun.

"Tia, Abang cinta sama Tia. Mau enggak, Tia jadi pacar Abang?' tanya Lukman kala itu.

Tiara tersipu, saat itu usianya baru lima belas tahun. Disayangi dan dicintai, membuat Tiara menerima keinginan Lukman. Hubungan mereka berjalan secara diam-diam. Tanpa diketahui orangtua Lukman.

"Enggak papa, Tia. Abang bakal tanggungjawab kok," bujuk Lukman malam itu.

Tiara masih mengingatnya. Malam pertama dia menyerahkan dirinya, seutuhnya kepada pria yang dicintainya itu. Lukman memaksanya untuk tidur satu kamar dengannya. Disaat orangtua Lukman sedang keluar kota.

"Tia takut Abang," tolak Tiara.

"Tia enggak percaya sama Abang," ucap Lukman yang terus membujuk kekasihnya, sekaligus adik angkatnya itu.

Malam itu. Tiara gadis yang sebentar lagi, akan memasuki usia enam belas tahun. Rela menyerahkan dirinya kepada Lukman. Semenjak itu, Lukman selalu mencari kesempatan untuk menggauli Tiara.

Beberapa bulan rahasia itu bisa tertutupi. Suatu hari Elma, ibu dari Lukman memergoki perbuatan mereka. Elma curiga, saat mendengar suara desahan tidak biasa dari kamar putri angkatnya.

"Tia, buka pintunya!" teriak Elma sambil menggedor pintu kamarnya.

Lukman dan Tiara terkejut, saat mendengar gedoran pintu. Lukman yang saat itu tengah asyik menikmati permainannya. Dia merasa sangat terganggu.

Keduanya saling tatap, "Bang," ucap Tiara lirih.

"Tenang saja, Abang yang hadapi," sahut Lukman. Dia terpaksa menyudahi permainannya.

Lukman segera bangun dari atas tubuh Tiara. Dia memakai pakaian seadanya dan menutup tubuh Tiara dengan selimut. Pria itu terpaksa melakukan semua dengan cepat.

Ibunya sudah mulai mengamuk memukul pintu kamar Tiara. Kelihatan sekali kalau ibunya sangat marah. Dia yakin. Ibunya sudah menduga hal yang tidak-tidak. Sehingga dia mulai mengamuk.

Perlahan Lukman membuka pintu kamar Tiara. Dia hanya membuka sedikit. "Lukman!" teriak Elma kaget.

Elma mendorong pintu kamar Tiara dengan paksa, "Astagfirullah. Kalian!"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh MUTIA HANIFAH

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku