/0/22931/coverbig.jpg?v=20250404185425&imageMogr2/format/webp)
Di hari yang seharusnya menjadi momen terindah dalam hidupnya, Evelyn justru mengalami penghinaan terbesar. Setelah lima tahun berpacaran, ia yakin menikahi Nathan adalah keputusan terbaik. Namun, di depan altar, pria itu tak pernah muncul. Saat keluarga dan tamu mulai berbisik, membicarakan aib yang baru saja terjadi, satu-satunya orang yang berdiri untuknya adalah Adrian-kakak Nathan. Dingin, tegas, dan tanpa ekspresi, pria itu menawarkan diri sebagai pengantin pengganti. Bagi Evelyn, ini bukan pernikahan yang ia impikan. Bagi Adrian, ini hanya tindakan untuk menyelamatkan nama baik keluarga mereka. Namun, seiring waktu, Evelyn mulai menyadari sesuatu yang lebih dalam-sebuah kebenaran tersembunyi yang menjelaskan mengapa Nathan meninggalkannya di altar dan alasan Adrian begitu bersikeras menikahinya. Apakah pernikahan ini hanya sekadar penyelamatan reputasi? Ataukah ada rahasia yang lebih besar yang akan mengubah segalanya?
Bunga-bunga putih yang menghiasi gereja seakan kehilangan warnanya. Para tamu mulai berbisik, suara mereka bercampur dengan lantunan lembut musik pernikahan yang masih terus mengalun-seolah menertawakan Evelyn yang berdiri sendirian di depan altar.
Gaun pengantinnya yang indah, dengan renda yang dijahit tangan dan kristal kecil yang berkilauan di bawah lampu gantung megah, kini terasa seperti pakaian yang mengikatnya dalam rasa malu yang tak berkesudahan. Tangannya mengepal, kukunya menancap ke telapak tangan untuk menahan getaran yang mulai merambat ke tubuhnya.
Nathan tidak datang.
Waktu terus berlalu, menit-menit terasa seperti jam, tapi pria yang seharusnya berdiri di sisinya tak kunjung muncul. Matanya melirik ke arah pintu gereja-berharap, berdoa, mendambakan sosok itu muncul dan berkata bahwa ini semua hanya kesalahpahaman. Tapi yang ada hanya tatapan kasihan dari para tamu dan wajah tegang kedua orang tuanya.
Wajah ibunya tampak memerah karena marah dan malu, sementara ayahnya duduk dengan ekspresi keras, rahangnya mengatup erat.
"Ini aib!" bisik seseorang dari barisan depan.
Evelyn menutup matanya. Ia ingin menghilang, ingin kabur dari tempat ini, ingin berteriak dan memaki laki-laki yang telah mengkhianatinya.
Tapi sebelum dia sempat mengambil langkah, suara langkah sepatu terdengar dari belakangnya.
Adrian.
Pria itu berjalan dengan tenang, setelan hitamnya sempurna seperti biasanya, posturnya tegak dan tak terbaca. Mata abu-abu yang tajam itu menatap lurus ke arah pendeta, lalu ke arah Evelyn yang masih terperangkap dalam keterkejutan.
"Aku akan menggantikannya."
Suasana gereja langsung hening.
Evelyn menoleh, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Apa?"
Adrian tidak mengulangi kata-katanya, seolah dia tak peduli apakah Evelyn menerimanya atau tidak. Pria itu hanya berdiri di sana, penuh ketenangan, sementara semua orang menatap mereka dalam kebingungan.
Ayah Evelyn bangkit dari kursinya. "Kau serius, Adrian?"
"Daripada mempermalukan kedua keluarga, bukankah ini pilihan terbaik?" Jawab Adrian tanpa ekspresi.
Evelyn tidak bisa bernapas. Ini lelucon, bukan? Adrian-kakak Nathan-pria yang selalu dingin dan menjaga jarak darinya, kini menawarkan diri menjadi suaminya?
Tidak! Ini gila.
"Aku tidak setuju," gumam Evelyn, suaranya bergetar.
"Tidak ada pilihan lain," kata ibunya, suaranya rendah namun penuh tekanan.
Evelyn menggeleng, air mata mulai menggenang di matanya. "Tidak. Aku tidak bisa menikah dengan seseorang yang bahkan tidak kucintai!"
Adrian menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Lalu, apa yang kau inginkan?"
Evelyn tidak tahu.
Jika ia berlari keluar, nama baik keluarganya akan hancur. Ia akan menjadi gadis yang ditinggalkan di altar, menjadi bahan gosip, menjadi korban penghinaan. Tapi jika ia menerima pernikahan ini... ia harus mengikat diri dengan pria yang bahkan tidak pernah tersenyum padanya.
Semua mata tertuju pada mereka.
Evelyn menggigit bibirnya, mencoba menahan semua emosi yang berkecamuk dalam dadanya. Ia bisa merasakan tatapan penuh harap dari keluarganya-dan tatapan tajam Adrian, seolah menunggunya untuk menyerah pada keadaan.
Akhirnya, dengan suara yang nyaris tak terdengar, Evelyn berkata, "Baik. Aku akan menikah denganmu."
Senyap.
Tapi bagi Evelyn, ini adalah awal dari neraka yang sesungguhnya.
Bab 1 PENGKHIANATAN DI ALTAR
26/02/2025
Bab 2 PERNIKAHAN TANPA CINTA
26/02/2025
Bab 3 RAHASIA YANG TERSEMBUNYI
26/02/2025
Bab 4 Dia tidak boleh tahu yang sebenarnya
26/02/2025
Bab 5 Pesan itu terasa seperti peringatan
26/02/2025
Bab 6 dokumen yang berhasil
26/02/2025
Bab 7 Berhenti mencari tahu
26/02/2025
Bab 8 berusaha mengerahkan tenaga
26/02/2025
Bab 9 tampak berjuang
26/02/2025
Bab 10 Ada begitu banyak yang harus ia terima
26/02/2025
Bab 11 perasaan cemas
26/02/2025
Bab 12 Mereka harus menemukan Isabelle
26/02/2025
Bab 13 Evelyn merasa matanya terkulai karena kelelahan
26/02/2025
Bab 14 PINTU KE MASA LALU
26/02/2025
Bab 15 Dia tampak tenang
26/02/2025
Bab 16 menyimpan rahasia
26/02/2025
Bab 17 Dia sekarang menjadi ratu di sisi Nikolai
26/02/2025
Bab 18 seorang gadis bernama Lillian
26/02/2025
Bab 19 wanita itu berusaha menariknya keluar
26/02/2025
Bab 20 rumah Margaret
26/02/2025
Bab 21 apa yang kita lakukan selanjutnya
26/02/2025
Bab 22 ruang penyimpanan
26/02/2025
Bab 23 penuh ancaman
26/02/2025
Bab 24 semacam kekhawatiran
26/02/2025
Bab 25 cerita-cerita kelam yang beredar
26/02/2025
Bab 26 Saling berpandangan
26/02/2025
Bab 27 hati mereka dipenuhi ketakutan
26/02/2025
Bab 28 mengubah apa yang sudah terjadi
26/02/2025
Bab 29 Xavier baru saja meninggalkan mereka
26/02/2025
Bab 30 semua sudah direncanakan
26/02/2025
Buku lain oleh Gilang Ramdani
Selebihnya