Bukan Istri Yang Lemah

Bukan Istri Yang Lemah

Gilang Ramdani

5.0
Komentar
386
Penayangan
30
Bab

Elara bertekad untuk mempertahankan pernikahannya demi kekayaan yang ia nikmati. Sementara itu, Vesper berencana menggunakan segala cara untuk membuat Elara menggugat cerai, agar ia bisa menikahi kekasihnya yang sudah lama ia rahasiakan. Setelah tujuh bulan pernikahan, pertarungan sengit antara suami dan istri ini pun dimulai, memicu konflik yang melibatkan cinta, pengkhianatan, dan ambisi yang tak terungkapkan.

Bab 1 Tujuh Bulan

Elara menatap bayangan dirinya di cermin besar kamar utama. Gaun tidur sutra yang membalut tubuhnya terasa begitu kontras dengan suasana hatinya yang bergejolak. Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya, Vesper belum juga pulang. Bukan karena urusan pekerjaan-Elara tahu lebih baik dari itu.

Ia duduk di tepi ranjang king-size yang terlalu luas untuk ditempati seorang diri, mengamati layar ponselnya yang sepi tanpa satu pun pesan dari suaminya. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Sesekali, Elara menggigit bibirnya, menahan gejolak kemarahan dan kepahitan yang semakin menumpuk sejak hari pertama pernikahan mereka.

Pernikahan yang seharusnya menjadi awal bahagia malah berubah menjadi permainan bertahan hidup.

Vesper tidak pernah menginginkannya. Itu sudah jelas sejak hari pertama ia mengucapkan janji suci di altar dengan ekspresi dingin dan tatapan kosong. Pernikahan ini hanyalah hasil dari perjodohan bisnis-Elara adalah bidak yang dikorbankan oleh keluarganya untuk mengamankan kemitraan dengan keluarga Aldric. Dan Vesper? Pria itu dipaksa menikah dengannya ketika hatinya sudah dimiliki oleh orang lain.

Namun, meskipun ia tahu Vesper membencinya, Elara tidak akan menyerah. Tidak setelah ia merasakan kenyamanan hidup sebagai nyonya keluarga Aldric. Ia tidak akan mundur dan menyerahkan semuanya hanya karena Vesper ingin bebas. Jika pria itu menginginkan kebebasan, biarkan dia berjuang untuk mendapatkannya.

Tiba-tiba, suara pintu utama berderit, menandakan seseorang baru saja masuk ke dalam rumah. Elara segera bangkit, melangkah keluar dari kamar, dan menuruni tangga dengan kecepatan yang terkontrol. Di lantai bawah, ia mendapati Vesper melepaskan jasnya dengan malas, melemparkannya ke sofa seolah rumah ini hanyalah tempat persinggahan sementara.

Aroma alkohol samar tercium dari tubuhnya, meskipun pria itu tampaknya masih cukup sadar. Mata tajamnya yang biru keperakan sekilas melirik ke arah Elara sebelum ia mengabaikannya sepenuhnya.

"Sudah larut," suara Elara terdengar datar, mencoba menahan emosinya. "Dari mana saja?"

Vesper menanggapi dengan tawa dingin. "Memangnya aku harus melapor padamu?"

Elara mengepalkan tangannya, tetapi ia menahan diri.

"Sebagai istrimu, aku berhak tahu," ujarnya dengan nada tenang, meski ada ketegangan di balik kata-katanya.

Vesper menghela napas, lalu menatapnya dengan sorot mata yang penuh dengan ketidaksabaran. "Jangan berlagak seperti istri yang peduli, Elara. Kita berdua tahu kau tidak ada di sini karena cinta."

Elara mendekat selangkah, menantang tatapan suaminya. "Dan kau juga tidak ada di sini karena keinginanmu sendiri, Vesper. Kita sama-sama tahu itu."

Ada keheningan sejenak, sebelum Vesper mengangkat sudut bibirnya dalam senyum sinis. "Kau benar. Itu sebabnya aku ingin mengakhirinya."

Elara mengangkat dagunya, menolak menunjukkan kelemahan. "Kau ingin aku menggugat cerai? Sayangnya, itu tidak akan terjadi."

Vesper tersenyum miring, seolah sudah mengantisipasi jawaban itu. "Kita lihat saja nanti."

Elara tahu ini bukan sekadar ancaman kosong. Vesper akan melakukan apa pun untuk membuatnya menyerah-mengabaikannya, mempermalukannya, bahkan mungkin melukainya secara emosional. Tapi jika pria itu berpikir ia akan menyerah begitu saja, maka ia salah besar.

Permainan ini baru saja dimulai.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gilang Ramdani

Selebihnya

Buku serupa

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku