Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Bunyi musik klasik menyambut langkah Aileen, ketika wanita itu memasuki ruangan outdoor ballroom hotel. Suasana romantis yang didominasi warna putih bercampur hijau terlihat begitu menyenangkan sejauh mata memandang. Meskipun begitu, wajah Aileen tampak suram, apalagi dengan gaunnya yang serba hitam.
Mata wanita itu mengedar ke segala arah, mencari sosok pengantin yang telah berhasil membuat kacau dunianya. Begitu dia menemukan mereka, dia langsung berjalan mendekat dan menyeruak dalam kerumunan.
"Selamat atas pernikahan kalian."
Tentu saja kedatangannya membuat orang-orang yang ada di dekat pengantin merasa terkejut. Mereka bahkan langsung menatap Aileen sinis, ada yang juga yang menatap penuh rasa kasihan. Sebagian dari mereka yang tak ingin ikut campur memilih pergi dari sana.
"Apa yang kau lakukan di sini? Aku tidak mengundangmu!" Pengantin wanita yang bernama Tyas itu tampak geram saat menatap Aileen. Dia bahkan langsung memeluk lengan suaminya erat dengan begitu posesif.
"Aileen." Sedangkan pengantin lelaki yang bernama Daniel tampak tercengang. Wajahnya menegang dengan sikap gugup yang tak bisa ditutupi.
"Apa kau berniat merusak pesta pernikahanku? Pergi, dasar jalang!" teriak Tyas kembali menggeram, yang membuat semua orang mengalihkan perhatian padanya.
Aileen sendiri tampak tersenyum begitu manis, meskipun tak dapat dipungkiri jika sorot matanya terlihat begitu sendu saat ini. Dia menarik tangannya kembali yang tak menerima sambutan dari pasangan pengantin di depannya.
"Aku hanya memberikan selamat pada kalian. Kalian memang terlihat sangat cocok. Penghianat memang pantas jika disandingkan dengan penggoda. Semoga pernikahan kalian langgeng, dan selalu diberikan masalah di dalamnya," ucap Aileen disertai senyum kepuasannya. Dia tak peduli pada tatapan simpati yang dilayangkan orang-orang padanya.
"Kau!" Tyas tampak menggeram, tangannya baru saja terangkat untuk melayangkan sebuah tamparan pada Aileen ketika tiba-tiba ditahan oleh Daniel. Suaminya itu bahkan menatapnya tajam, seolah memperingatkan dirinya.
Hal ini membuat Aileen merasa senang. Sebelum dia berbalik pergi, dia sempat melambai pada pasangan pengantin tersebut dengan senyum sinis yang begitu mengejek. Wanita itu berjalan melenggang, meninggalkan pesta pernikahan yang terasa memuakkan baginya.
Tak ada yang tahu, apa yang sedang dirasakannya saat ini. Tepat ketika dia sampai di parkiran dan masuk ke dalam mobil, tangisnya menjadi pecah. Aileen mengeluarkan semua kesedihannya dengan tangisan yang begitu menyayat hati. Dia benar-benar terlihat rapuh, tidak seperti tadi yang penuh percaya diri seolah harga dirinya tak bisa diinjak-injak.
"Kau memang sialan, Daniel. Kalian memang sialan!" raung Aileen sambil memukul-mukul setir mobilnya meluapkan amarah.
Entah sudah berapa lama dia melampiaskan semuanya dalam tangisan, dia baru sadar jika hari mulai beranjak malam ketika dia mulai merasa tenang. Berkali-kali Aileen mengatur napasnya, agar dadanya tak merasa sesak. Dan setelah dia berhasil, dia mulai melajukan mobilnya pergi dari hotel bintang tiga yang menjadi saksi bisu pernikahan kekasih hatinya.
Bukannya pulang ke rumah, Aileen memutuskan melajukan mobilnya menuju Klub terkenal di kotanya. Wanita yang begitu frustasi karena sakit hati itu, ingin melampiaskan semuanya dengan alkohol. Dia berharap, dengan mabuk, semua masalahnya bisa teratasi.
Lampu berkerlap-kerlip menyambutnya ketika dia masuk ke dalam. Aileen harus sedikit menyerngit, ketika suara musik yang keras membuat telinganya menjadi sakit. Meskipun begitu, Aileen berusaha membaur. Dia mulai terlihat beradaptasi dan memilih tempat duduk di dekat bartender.
"Aku ingin wine," pinta Aileen sedikit berteriak saat berbicara pada salah seorang pelayan di sana.
Tak lama kemudian, pesanannya siap. Aileen dengan kesendiriannya menikmati minuman yang berwarna merah tersebut. Meskipun rasanya sedikit pahit dan panas di tenggorokan, Aileen tak peduli lagi. Yang dia inginkan hanya mabuk saat ini.
"Hai, apa kau sendirian?"
Namun siapa sangka, seorang lelaki tiba-tiba datang mendekatinya dan ingin berkenalan dengannya. Aileen yang merasa suntuk, akhirnya menanggapi lelaki tersebut.
"Ya," jawabnya singkat mencoba tersenyum untuk bersikap sopan.
"Boleh aku duduk di sini menemanimu?" tanya lelaki itu lagi.
"Tentu." Lagi-lagi, Aileen menjawabnya dengan singkat. Dia yang tak terbiasa berkenalan dengan orang baru membuat suasana sedikit canggung.
"Siapa namamu?"
Untung saja, lelaki itu mempunyai topik pembicaraan yang membuat Aileen merasa nyaman. Dia mulai tersenyum saat berkata, "Aku Aileen, kau sendiri, siapa namamu?"
"Panggil saja aku Thom," jawab lelaki yang baru saja berkenalan dengan Aileen tersebut.
Mereka tampak berbincang akrab, meskipun baru saja mengenal. Thom orang yang banyak bicara, yang membuat Aileen tak merasa canggung. Di sela-sela pembicaraan mereka, Aileen tetap meminum alkoholnya dan tetap memutuskan untuk ingin mabuk malam ini.
Namun, siapa sangka jika orang yang baru saja dikenalnya tersebut mempunyai niat jahat padanya?
Tanpa sepengetahuan Aileen, Thom memasukkan sebuah obat perangsang pada minuman Aileen.
Hal ini membuat Aileen merasakan aneh dalam tubuhnya. Entah kenapa dirinya merasa begitu gerah, dan ingin sekali membuka bajunya. Sikapnya juga terlihat aneh, seperti menginginkan sebuah sentuhan.
"Sepertinya kau mabuk, aku akan membawamu keluar dari sini," ucap Thom menatap Aileen rumit, dan mencoba menarik wanita itu ke dalam pelukan.
Merasa ada yang tidak beres, Aileen berusaha untuk tetap sadar. Dia berusaha menolak ketika Thom mulai merangkulnya dan membawanya paksa pergi dari bar Klub tersebut.
"Aku baik-baik saja, Thom." Aileen berusaha menolak, ketika Thom terus membawanya menuju ke tempat sepi. Instingnya yang masih berfungsi meneriakkan alarm bahaya dalam kepalanya dan menginginkannya untuk lari.