Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jerat Cinta sang Duda

Jerat Cinta sang Duda

Winda Zakiya

5.0
Komentar
520
Penayangan
5
Bab

Demi menebus sertifikat rumah gadis cantik bernama Shilla nekat pergi ke kota untuk mencari pekerjaan dua bulan bekerja. Namun gaji dari hasil bekerja sebagai pelayan warung, tak seberapa, jauh dari kata cukup untuk menebus sertifikat rumahnya. Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang lelaki berparas tampan, berstatus Duda. Dia menawarkan pekerjaan pada Shilla dengan gaji yang fantastis tiap bulannya, tapi, ia malah ditipu bukan bekerja sebagai asisten pribadi Duda tersebut. Ia malah dijadikan sebagai asisten di tempat tidur.

Bab 1 Pertemuan Pertama

"Kau, mau apa Tuan?" Gadis itu terperanjat dari tidurnya, saat merasakan sentuhan lembut di pipinya, "Jangan, lakukan apapun!" tolak sang gadis, menggeleng seraya menatap nyalang pada pria di hadapannya dengan napas memburu.

"Hm." Pria itu tersenyum miring, lantas duduk di tepi ranjang yang ditiduri sang gadis dengan santainya. "Jangan takut! Saya ... hanya ingin memastikan, bahwa kamu sudah tidur atau belum," jawabnya pelan, sesaat ia menyunggingkan senyuman tipis.

"Kukira tidurmu nyenyak, ternyata tidak" lanjut lelaki tampan tersebut. "Kau tahu, Nona? kau begitu cantik disaat tidur. Aku semakin menyukaimu, dan semakin ingin ...." Ia menggantung ucapannya.

"Kau, ingin apa?" tanya gadis itu lagi dengan sorot mata awas.

"Ingin menyatukan hati dan jiwa kita berdua,"

"Maksudmu?"

"Kau, sudah cukup dewasa, cantik. Jadi, kau pun pasti paham apa yang kuinginkan? sayang sekali, tanganku ini baru menyentuhmu sedikit, kau sudah terbangun duluan,"

"Apa yang anda katakan? jangan coba-coba menyentuh saya, tuan! Anda begitu lancang masuk ke kamar orang lain tanpa izin. Dan, jika saya sudah tidur dengan nyenyak, apa anda akan melakukan hal yang kotor pada saya, hah!" tukas gadis 19 tahun bernama Shilla Ariesta dengan lantangnya, tanpa rasa hormat kepada lelaki yang masih santai duduk di sisi ranjang.

"Tidak! kau jangan terlalu jauh berprasangka!"

"Lalu untuk apa anda datang ke sini dengan tiba-tiba, dan begitu lancang menyentuh pipi saya?!" kata Shilla sambil menarik tubuhnya menjauhi Damian Marley ke sudut tempat tidur.

"Tenang dulu, Nona! kau jangan takut! Tak ada maksud apapun, aku datang ke sini," ucapnya dengan nada tenang. "Asal kau tahu, Nona. Ini rumahku, dan aku punya hak sepenuhnya untuk keluar masuk ruangan yang ada di rumah ini. Termasuk kamar yang kamu tempati." Tatapan lelaki itu begitu intens penuh misteri.

"Oh, jadi mentang-mentang ini rumah anda, jadi anda dengan seenaknya masuk kedalam kamar saya?" balas Shilla menatap sengit.

"Itu terserah saya. Mau tidur di kamar ini pun, kau tak berhak melarang ku. Kau paham, Nona!" senyum Demian yang penuh misteri dan tatapannya mengarah pada area dada Shilla yang masih terbungkus rapi dengan kemejanya.

Gadis belia itu menautkan kedua alisnya menatap begitu tajam, gegas menutupi dadanya dengan kedua telapak tangan.

"Saya suka dengan gadis sepertimu. Sok lugu, ya ... bisa dikatakan kau itu jinak-jinak merpati," bisik Demian, deru napasnya menyapu pipi gadis itu menimbulkan gelenyar diseluruh tubuh. Shilla memalingkan wajahnya yang hampir saja menempel dengan bibir sensual milik Demian.

"Ya. Saya tahu, ini rumah anda. Tapi, ini kamar yang anda berikan untuk saya tempati, selama di sini. Jadi, anda harus menghargai saya sebagai tamu, di rumah ini!"

"Hm ... itu memang benar." Damian menarik napas panjang, sudut bibir kanannya terangkat sekilas. "Bersiaplah, kau akan ikut denganku! sekarang kau mandi dan ganti pakaianmu dengan yang pantas, dan cocok di tubuhmu. Ambil saja di lemari, yang sudah aku siapkan. Dandan yang cantik, malam ini kau akan kuajak ke suatu tempat! Bi Sari akan membantumu bersiap,"

"Memangnya, anda mau membawa saya kemana? saya tidak mau!" tolak Shilla ketus dengan bibir mengerucut matanya mendelik tak suka.

"Jangan membantah! ini perintah Tuan mu. Yaitu, AKU!" tekan Demian seraya menunjuk jarinya ke arah dada.

"Jelaskan dulu! Anda mau mengajak saya, kemana?"

"Temani aku makan malam. Sekarang juga kau harus bersiap-siap, kutunggu di depan jangan mengecewakanku!"

"Tapi,"

"Shtt ... kau di sini bekerja untukku, jadi sekarang, aku yang berhak atas dirimu! Kau sudah kuberi uang DP. Kau ingat, perjanjian kita, tadi siang? yang sudah kita sepakati, kau harus menuruti semua perintahku! Aku tidak ingin kehilangan uangku dengan sia-sia. Lima puluh juta, bukan jumlah yang sedikit," ucap Demian menekan Shilla, sambil berlalu dari kamar yang ditempati gadis berambut ikal tersebut.

Gadis itu menarik napas lega, setelah mendengar perkataan Demian yang hanya ingin mengajaknya makan malam tidak lebih. Shilla memandang punggung lebar pria tampan dengan setelan jas hitam, yang hilang di balik pintu.

"Huh. Ya Tuhan ... jantungku sampai hampir mau copot gara-gara dia, ku kira Demian mau berbuat tak senonoh padaku," gumam Shilla mengusap dada sambil menarik napas, lalu bangkit dari duduknya dan menuju kamar mandi membasuh wajahnya yang masih terasa mengantuk.

Shilla membuka pakaiannya kemudian mandi secepat kilat. Dan memakai daster rumahan miliknya duduk ditepi ranjang menunggu Bi Sari datang untuk membantu dia bersiap, tak tahu harus memakai baju yang mana untuk menemani Demian makan malam, ia memilih duduk sambil menunggu si ART datang mengarahkannya.

Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Tapi, Shilla begitu merasa lelah, sepulang dari rumah makan tempat ia bekerja, tadi sore sekitar jam lima karena ramai pembeli, maka ia bisa pulang lebih awal.

Dan langsung datang ke rumah megah milik Demian yang berada di tengah kota, jaraknya menempuh waktu empat puluh menit dengan menaiki angkutan umum, Shilla datang untuk meminta pekerjaan. Karena ia sebelumnya di tawari oleh Roni asisten sekaligus sopir pribadi Demian, dengan gaji yang terbilang besar.

Shilla bagaikan mendapat durian runtuh, ia ditawari gaji yang tinggi, padahal dia hanyalah lulusan sekolah menengah atas, Shilla langsung menerima tawaran kerja untuknya, perbulan dua puluh juta, dan ia sudah di beri uang muka sebesar lima puluh juta untuk dua bulan kedepan, oleh Demian, sisanya sepuluh juta sebagai tunjangan.

"Terima kasih tuan, atas pekerjaan yang anda berikan pada saya, saya akan bekerja sebaik mungkin," ujar Shilla setelah menandatangani surat kesepakatan kerja, tadi sore.

"Apa kau bersedia, menjalankan tugas yang akan kuberikan? Apapun pekerjaannya,"

"Tentu saja, tuan," ujar Shilla memantapkan hati, apapun pekerjaan yang diperintahkan oleh Demian dia akan melaksanakannya semaksimal mungkin, meskipun itu diluar kemampuannya.

Karena Shilla begitu membutuhkan uang, untuk menebus sertifikat beserta rumahnya yang disita oleh rentenir. Dia tidak berpikir lagi, pekerjaan apa yang akan diberikan oleh Demian, pria tampan berhidung mancung berkulit bersih, usia tiga puluh tahun, dia adalah seorang pemimpin di sebuah perusahaan properti milik keluarganya.

Dengan tekad dan keinginannya yang kuat, agar bisa membantu ibunya di kampung bersama kedua adiknya yang tinggal di gubuk reyot di atas lahan milik tetangga. Shilla gadis cantik berusia sembilan belas tahun itu bertekad kerja apa saja demi memperbaiki kehidupan keluarga, ia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, agar sertifikat rumah bisa kembali, dan ibunya tidak tinggal lagi di gubuk yang tak layak huni.

Shilla pergi ke kota, di antarkan oleh tetangganya dua bulan lalu bernama Atik, katanya teman dia di kota sedang membutuhkan karyawan untuk pelayan warteg, meskipun gajinya hanya satu juta lima ratus per bulan. Tapi Shilla dengan sepenuh hati menjalani pekerjaan itu.

Dua bulan ia bekerja. Namun, hasilnya tak cukup untuk menebus sertifikat rumah yang ibunya gadaikan dulu, bekas pengobatan sang ayah dari penyakit stroke, hutang piutang dengan jumlah besar, membuat keluarganya kehilangan satu-satunya harta yang mereka miliki, yaitu rumah peninggalan orang tua ibu Shilla.

Awal pertemuan Shilla dengan Demian, berapa hari sebelumnya. Shilla sepulang dari pasar berbelanja untuk kebutuhan warung, ia sedang menyebrangi jalan. Namun, dari arah berlawanan ia tersenggol oleh mobil yang dikendarai Demian, hingga sayurannya jatuh ke jalan, dan terlindas sepeda motor yang juga melintas dengan cepat, menghancurkan barang belanjaan miliknya.

"Ya Tuhan ... itu orang nyetir gak pake mata kali, ya," umpat Shilla kesal, juga hati sedih karena belanjaannya rusak.

Dengan segera Demian turun dari mobilnya dan berlari tergopoh-gopoh menghampiri Shilla yang terduduk di tengah jalan sambil memunguti sayuran.

"Maaf, atas kecerobohan saya. Apa ada yang sakit?" tanya Demian sambil membantu berdiri dan memberikan keranjang belanjaannya pada sang pemilik.

"Tidak Pak, saya baik-baik saja. Tapi," ucap Shilla seraya menatap belanjaannya yang sudah tak berbentuk tergeletak di jalanan, tak mungkin ia punguti lagi sayuran yang sudah hancur itu.

"Oh." Demian mengerti apa maksud Shilla, "Saya akan ganti rugi, tapi, sebaiknya kita ke klinik dulu, ya. Siapa tahu kamu terluka, meski sekarang belum terasa,"

"Terima kasih Pak. Saya tidak perlu ke klinik, saya hanya perlu uang ganti rugi saja, karena sayuran ini milik majikan saya untuk berjualan," jawab Shilla ragu. Demian tersenyum seraya merogoh saku celananya, ia mengambil sejumlah uang dari dalam dompet.

"Jualan apa?" tanya Demian sambil memandang wajah Shilla, ia terpaku karena kecantikan gadis desa itu, meskipun penampilannya sangat sederhana, kaos putih dan rok panjang lebar rambut dikuncir.

"Warung nasi, Pak, milik orang. Saya hanya bekerja di sana sebagai pelayan," jawab Shilla seraya menunduk santun.

"Ouh." Demian mengangguk-angguk pelan, "Sebentar. Apa ini cukup? atau kurang? Kalau kurang katakan saja! Nanti saya akan menambahkannya lagi," kata Demian sambil menyodorkan sepuluh lembar uang kertas berwarna merah.

Membuat Shilla terkejut, dengan jumlah yang lebih besar dari kerugiannya.

"Tapi, Tuan. Ini berlebihan," Shilla menahan tangan Demian yang menyodorkan uang tersebut, bukan tak mau menerima. Namun, itu terlalu banyak untuk jumlah menggantikan kerugian yang dialami Shilla.

Gadis polos. Demian bergumam menatap penuh maksud.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku