Emma Karina menandatangani pernikahan kontrak dengan Ethan Marvino karena keadaan yang mendesaknya. Dia ditendang dari rumahnya sendiri oleh sang ayah dan hanya Ethan yang bisa menolongnya. Emma menjadi istri kontrak Ethan, sang CEO di perusahaan no. 1 di Pulau Bali. Ethan sangat protektif terhadap Emma dan apa pun yang Emma lakukan, berada dalam pengawasannya. Suatu hari Emma menemukan rahasia besar tentang Ethan yang mempengaruhi hubungan mereka. Rahasia apakah itu? Apakah hubungan Emma dan Ethan akan baik-baik saja?
Emma Karina, seorang anak yang tinggal bersama sang ayah di kabupaten Gianyar, Bali dan hanya ayahnya yang dia punya di dunia ini. Emma baru menempuh pendidikan sebagai mahasiswa semester dua di Universitas Jaya Sakti. Emma seorang perempuan yang ceria dan mudah bergaul dengan siapa pun yang dia temui. Emma mempunyai sahabat bernama Sintia. Mereka berdua bersahabat semenjak di bangku sekolah menengah atas. Emma dan Sintia selalu terbuka satu sama lain mengenai apa pun.
Emma tinggal di sebuah rumah sederhana dengan sang ayah yang suka mabuk-mabukan tanpa ada keinginan untuk bekerja. Setiap hari, Emma yang berusaha untuk bekerja paruh waktu demi untuk membiayai kesehariannya sendiri. Emma berkuliah dengan beasiswa yang dia dapatkan karena kepintarannya. Ayah Emma, Marshel, selalu saja meminta uang kepada Emma untuk membeli minuman keras. Terkadang, Emma juga mendapatkan pukulan jika sang ayah sedang marah atau karena tidak diberi uang oleh Emma.
"Mana minuman buat Papa?" tanya Marshel ketika Emma baru saja pulang dari tempat kerjanya.
"Tidak ada, Pa," jawab Emma sambil menunduk.
Satu tamparan melayang di pipi Emma. Dengan menahan perih, Emma memegangi pipinya yang memerah. Emma beranjak menuju kamarnya dan mengunci pintunya. Tubuh Emma langsung luruh jatuh ke lantai. Dia meratapi nasibnya yang terus diperlakukan tidak adil oleh ayahnya sendiri.
Emma merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya yang nyaman. Dia mencoba menutup matanya, supaya bisa istirahat dan menunggu pagi datang untuk menjalani aktivitasnya lagi. Setiap hari hanya seperti itu kehidupan seorang Emma.
*****
"Emma!" teriak Marshel saat dia tidak menemukan sarapan di atas meja makannya. Emma pergi pagi-pagi sekali untuk menghindari ayahnya yang setiap hari kerjaannya hanya mabuk-mabukan saja.
Emma menuju ke kampusnya dengan berjalan kaki karena dia tidak ingin membuang waktu dan uangnya untuk naik bus. Emma selalu dihadapkan dengan permasalahan keuangan karena dia harus menghidupi dirinya sendiri. Emma berpapasan dengan Ardian saat baru saja masuk gerbang kampusnya.
"Em, kamu jalan kaki?" tanya Ardian, kating kampus Emma di Universitas Jaya Sakti.
"Iya, Kak. Udah biasa juga," jawab Emma sambil tersenyum ramah.
"Nih, undangan buat kamu. Jangan lupa datang ke acara ulang tahun aku nanti malam. Sintia juga udah aku kasih undangannya." Ardian memberikan sebuah kertas undangan pada Emma.
"Sepertinya aku tidak bisa datang, Kak. Aku harus bekerja nanti malam." Emma merasa tidak enak hati karena tidak bisa memenuhi undangan dari Ardian.
"Ijin satu hari, aku akan membayar dendanya untuk itu. Bagaimana?" Ardian berusaha untuk membujuk Emma supaya datang ke acara pestanya.
"Baiklah, yang penting aku masih ada pemasukan." Emma tersenyum manis saat dirinya merasa senang karena sesuatu. Ardian terpana melihat senyuman Emma.
Ardian melajukan motornya ke tempat parkir kampus, sedangkan Emma masuk ke kelasnya dan mencari keberadaan Sintia, sahabatnya. Emma masih belum melihat Sintia di dalam kelas. Dia menempati tempat duduk di tengah kelas karena dia tidak ingin terlalu mencolok di depan dosen.
"Em, apa kamu mau datang ke pesta Kak Ardian?" Sintia yang baru saja datang, langsung menanyakan tentang undangan dari Ardian.
"Sepertinya aku nggak bisa, Sin. Aku harus bekerja nanti malam." Emma mencoba membohongi Sintia.
"Ayolah, Em. Satu hari aja berhenti bekerja. Aku akan membelikan kamu makan siang hari ini." Sintia memang sangat mengetahui keadaan keuangan Emma. Satu hari saja Emma tidak bekerja, dia tidak bisa makan keesokan harinya.
"Makan siang selama satu minggu?" tanya Emma sambil tersenyum lebar.
"Satu minggu, satu bulan juga boleh. Pokoknya kamu harus ikut ke pesta Ardian." Sintia sedikit memaksa Emma.
"Oke, setuju. Satu bulan makan siang gratis dari Sintia!" seru Emma sambil terkekeh geli.
"Nanti pulang dari kampus, kamu ikut aku ke salon." Sintia tersenyum penuh arti memikirkan akan menyulap Emma yang biasa menjadi luar biasa.
"Terserah kamu aja, Sin." Emma pasrah dengan apa yang akan dilakukan Sintia pada dirinya.
***
Emma telah selesai kuliah hari ini pada pukul 14.00 WITA. Sintia mengajak Emma makan siang terlebih dahulu di kafe depan kampus. Sintia memang berasal dari keluarga yang berada. Dia tidak pernah menjelekkan Emma yang hanya mempunyai seorang ayah yang tidak berguna. Sintia juga selalu mendukung Emma dalam hal apa pun.
"Setelah makan, kita ke butik dulu cari gaun terus ke salon. Aku mau kamu dandan yang cantik, Em. Kak Ardian pasti punya banyak teman untuk kita lirik." Sintia menyarankan suatu hal yang membuat Emma menggelengkan kepalanya.
"Itu kamu, Sintia. Aku nggak ada waktu untuk hal seperti itu." Emma tersenyum kecut.
"Emma sayang, kamu itu masih muda. Jangan terlalu sibuk dengan semua masalah hidup. Satu kali aja lepaskan semuanya dan menikmati masa-masa indah kita." Sintia memeluk Emma dari samping.
"Baiklah, hari ini aku akan mengikuti apa pun yang kamu mau." Emma akhirnya memutuskan akan mengikuti apa yang dikatakan Sintia. Dia memang sangat membutuhkan hiburan untuk semua masalah yang dihadapinya dalam hidup.
***
"Bos, sudah waktunya pergi ke pesta," ucap seorang asisten pribadi pada bosnya.
"Jam berapa pesta Ardian, Raka? Bukannya jam delapan? Ini masih jam tujuh." Ethan, sang bos yang masih sibuk dengan pekerjaannya, menatap tajam ke arah asisten pribadinya, Raka.
"Aku harus beli kado dulu, Bos. Aku lupa karena kerjaan yang kamu kasih buat aku." Raka menggerutu langsung di hadapan Ethan.
"Apa kamu mau aku potong gajinya?" Ethan berbicara dengan nada rendah.
"Maaf, Bos. Ampuni aku," ucap Raka sambil terkekeh. Raka tahu bahwa ucapan Ethan terkadang tidak bisa diganggu gugat.
"Telepon saja Pricillia untuk menyiapkan kadonya." Ethan kembali fokus pada layar di depannya. Raka keluar ruangan Ethan dan menghubungi Pricillia, sekretaris Ethan.
Ethan Mavirno, seorang CEO muda yang terkenal dingin dan sangat tegas dengan segala bentuk kecurangan. Ethan tidak pernah memaafkan orang-orang yang bersalah padanya. Dia terkenal begitu kejam. Ethan akan pergi ke pesta Ardian, adik dari Raka.
Emma dan Sintia telah sampai di tempat acara pesta Ardian yaitu hotel bintang lima di kabupaten Gianyar. Emma sedikit gugup karena Sintia telah merubahnya menjadi seperti orang lain. Emma sendiri sampai tidak percaya saat berkaca. Dia sangat berbeda dari biasanya. Sintia tersenyum bangga telah membuat Emma terlihat sempurna.
"Akhirnya kamu datang juga, Em. Aku pikir kamu tidak jadi datang." Ardian memeluk Emma untuk berterima kasih.
"Aku udah janji, Kak. Pasti aku akan tepati itu." Emma tersenyum. "Selamat ulang tahun, Kak."
"Makasih, Em. Silakan menikmati pestanya." Ardian tersenyum kagum saat melihat penampilan Emma. Sintia tahu bahwa Ardian sedikit menyukai sahabatnya.
Bab 1 Pesta Ulang Tahun
25/05/2023
Bab 2 Pertemuan Pertama
25/05/2023
Bab 3 Pengusiran
25/05/2023
Bab 4 Surat Perjanjian Kontrak
27/05/2023
Bab 5 Keputusan Emma
29/05/2023
Bab 6 Terbongkar Semuanya
29/05/2023
Bab 7 Penculikan Emma
29/05/2023
Bab 8 Kemurkaan Ethan
29/05/2023
Bab 9 Rencana Ethan
29/05/2023
Bab 10 Pencarian Emma
29/05/2023
Bab 11 Usaha Pricilia
03/06/2023
Bab 12 Usul Dari Raka
03/06/2023
Bab 13 Usaha Max untuk Emma
04/06/2023
Bab 14 Kegelisahan
04/06/2023