🔥"Dulu aku memang tukang Seblak, tapi sekarang aku pimpinamu, Mila"🔥 Mila terikat kontrak kerja di perusahaan milik Kent Pratama- mantan tukang seblak di kampusnya dulu. Dulu, sejak tahu Kent menyukainya yang hanya seorang tukang seblak dan bahan ejekan para mahasiswa, Mila pun semakin membencinya. Namun, Mila tidak tahu perusahaan tempatnya bekerja kini adalah milik Kent. Kent menuntut Mila atas kekejamannya di masa lalu, dan memaksanya jadi pacarnya. Mila pun merasa nyaman dan jatuh cinta pada perhatian-perhatian Kent. Bagaimana dahsyatnya pesona cinta Kent? Ikuti kisahnya di Jerat Cinta Mantan Tukang Seblak. ***
"Hakh! Jangan bilang dia cuma teman priamu, Mam!" cecar Mila menghempaskan tubuhnya di sofa yang berseberangan meja dengan Ellen- Mamanya. Ellen yang duduk santai merapat dengan pria berwajah brewokan, hanya tersenyum kecil menanggapinya.
Mila menatap intens wajah suami kedua mamanya itu. Napasnya masih memburu karena baru saja berjalan tiga kilo meter untuk bisa tiba di rumah itu. Sesekali menyeka keringat yang masih mengucur deras dari dahinya dengan ujung lengan kemejanya.
Sementara ia pun sudah menge-chat Ellen jauh hari untuk memberi tahu kepulangan hari ini, agar menjemputnya di bandara. Tapi Ellen hanya mengabaikan pesannya dan sibuk bermesraan dengan suaminya.
Mila juga tidak mengetahui kapan ibunya menikah lagi dengan pria yang lebih pantas jadi kakeknya itu. Mungkin karena hartanya sajalah maka Ellen mau menikah dengan pria tua itu. Ia sangat mengenal karakter Mamanya.
"Maaf siapa nama, Anda?" tanya Mila dengan tatapan benci kepada Papa tirinya.
"Kamu bisa memanggilku Jacob, Mila."
"Jaga bicaramu, Mila ! Suka atau tidak suka Jacob itu tetap papamu! Mama udah ---"
"Papa tiri maksudnya? Ogah!" potong Miley memberikan senyum smirk. "Ohh, namanya Jacob? Aku rasa Anda tidak orang sembarangan, Tuan Jacob karena aku tahu karakter Mamaku!" Miley mengedikkan kedua bahunya sembari melirik kepada Ellen yang gusar mendengarnya.
"Diam! Sekarang kamu minta maaf pada Jacob atau ...!" ancam Ellen berdiri setengah memaksanya untuk minta maaf pada Jacob.
Mila berpegangan pada sisi sofa untuk melepaskan diri dari cengkraman Ellen. Ia semakin tahu kalau Ellen benar tidak menginginkan kepulangannya.
"Untuk apa aku meminta maaf padanya, Mam? Apa Mama pernah mengabari ku kalau kalian udah menikah? Aku gak mengenalnya!"
"Mama dan Jacob mau buat suprise dengan berencana mengunjungimu ke Jepang."
Mila melihat Jacob hanya diam saja mungkin mereka baru ini bertemu. Tentu selama ini Ellen tidak pernah bercerita tentangnya pada Jacob.
Bisa ia lihat dari ekspresi Jacob ketika melihat kedatangannya tadi.
"Apa Mama lupa sejak enam bulan lalu, Mama selalu mengabaikan panggilanku? Tidak pernah menanyakan kabarku di Jepang. Apa Mama baca chat ku bilang hari ini pulang? Menyuruh Mama menjemput ku ke bandara!"
Mila tidak bisa menahan rasa kecewanya lagi. Ia menumpahkannya dengan airmata luruh membasahi wajahnya.
Namun, Ellen sepertinya tidak mau rahasia yang dia tutupi dari Jacob terbongkar. Dia tetap menyalahkan Mila.
"Jangan manja! Toh, kamu tahu Mama selalu sibuk selama ini cari duit!" elak Ellen menurunkan nada suaranya.
"Hakh! Alasan apa tidak pernah menanyakan kabarku, Mam?"
"Udah, Mama tidak bisa menjelaskannya karena kamu tidak akan mengerti. Toh, kamu bisa pulang sendiri, kan?"
Mila menggelengkan kepalanya. Ia merasa sejak Ellen menikah dengan Jacob lah mamanya jadi berubah.
"Apa alasan Mama tidak memberitahu alamat rumah baru ini?" tanya Mila kembali meneteskan air matanya.
Tidak terbayangkan dari pagi ia harus berkeliling kota besar itu untuk mencari alamat baru rumah Ellen, yang akhirnya ia dapatkan dari tetangga rumah lama mereka. Dan sore hari ia baru tiba di alamat rumah Ellen.
Mila juga harus berjalan kaki dengan menyeret bag travel jumbo miliknya. Tiba di sana bukannya sambutan hangat dari mamanya, malah memergokinya bermesraan di dalam kamar dengan Jacob.
"Itu bukan urusanmu, Mila! Kamu tidak senang boleh pulang ke Jepang," kata Ellen menyambar dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembaran uang.
"Ini lebih dari cukup ongkosmu balik ke Jepang!"
Ellen melemparkan uang itu ke wajah Mila. "Pergi dari sini, Mila dan jangan pernah berpikir untuk menginjakkan kakimu di sini!"
Mila terbelalak kaget mendengar ucapan Ellen. Ia tidak menyangka rasa kecewanya akan mendapat ancaman keras dari mamanya.
Sekilas ia melirik kepada Jacob, bahkan ia tidak bisa membendung rasa bencinya kepada pria yang menurutnya telah mengubah diri Ellen.
Namun, sebenarnya Jacob pun tidak kalah kaget melihat kemarahan Ellen. Padahal dia merasa semua ucapan Mila itu benar.
"Baik, Mam. Nikmati saja hidupmu dengan suamimu itu! Harusnya aku sadar sejak enam bulan lalu kita sudah tidak memiliki hubungan apapun."
Milamengemasi barang-barang pribadinya yang berserak di atas sofa. Ia mengumpulkan uang yang dilemparkan Ellen dan mengembalikannya.
"Ini uangmu, Mam. Aku tidak membutuhkannya, tapi berikan kunci mobilku," katanya bersiap keluar.
"Tuh, ambil!" sahut Ellen menunjuk dengan ujung bibirnya ke paku gantungan kunci mobil Mila.
Mila tinggal di apartemen sedikit jauh dari tempat tinggal Ellen. Ia juga tidak memberi tahu alamatnya tinggalnya karena benar-benar kecewa dengan sikap Ellen yang berubah.
Selama setahun Mila di Jepang menyelesaikan kontrak kerja dengan agency perfilman, ia pun kembali ke negaranya mengkhawatirkan Ellen yang sulit di hubungi.
Beberapa hari ia mengemasi barang-barang di apartemennya, ia pun mulai mencari-cari kerja dari situs online.
Beruntungnya baru dua hari menjatuhkan lamaran kerja, salah satu perusahaan besar menerima lamaran kerjanya.
"Saya Mila Agnesia, mbak. Pelamar kerja online dan mendapat pesan untuk bertemu pimpinan perusahaan Pratama Corp," ujar Mila menunjukkan berkas data miliknya kepada pegawai admin perusahaan.
"Ohh, kebetulan pimpinan lagi ada meeting, mungkin Anda bisa bicara dengan wakil pimpinan lebih dulu. Silakan masuk ke ruangan sebelah kiri," kata wanita tersebut menunjuk salah satu ruangan yang bersebelahan dengan ruangannya.
Di ruangan wakil pimpinan, kedatangannya di terima hangat oleh Pak Richard- wakil pimpinan perusahaan Pratama Corp.
Mila mengerutkan kening merasa tidak asing dengan wajah wakil pimpinan tersebut. Namun, ia lupa mengenalnya di mana.
"Saya Mila, Pak. Saya di suruh datang ke kemari untuk bertemu pimpinan perusahaan, tapi dari pegawai admin saya di suruh kemari," ucap Mila sopan.
"Baik. Kebetulan pimpinan lagi ada meeting, beliau juga udah menyampaikan pesan ini kepada saya," ujar Pak Richard mengeluarkan sebuah map dari laci mejanya
"Sebelumnya tentu sudah mengetahui apa kewajiban kamu di sini. Dan setelah paham boleh tanda tangani kontrak kerja ini."
Mila mematung melihat isi kontrak kerja tertulis. Memang ia melihat tulisan itu juga di link lowongan kerja, tapi ia tidak membacanya. Karena baginya kesempatan bekerja di perusahaan ternama itu sudah luar biasa hebat.
Melihat begitu banyak para pelamar yang gagal masuk ke perusahaan Pratama Corp.
Baru saja Mila selesai menandatangani kontrak, Pak Richard sudah menyuruhnya ke ruangan pimpinan. Mila hanya bisa menurut, padahal masih ada yang ingin ditanyakan kepada pak Richard.
Di ruangan pimpinan ia di kagetkan sosok Sang pimpinan yang membuat napasnya berhenti.
"Ka ... kau kenapa ada di sini?" tanyanya meremas sisi map di pelukannya. Tubuhnya bergetar hebat dengan siapa ia berhadapan saat ini.
Sejenak pikirannya melayang ke masa lalu. Benar ia sangat membencinya.
Sang pimpinan hanya tertawa kecil melihat Mila- gadis sombong dulu, kini tidak berkutik di hadapannya.
"Dulu aku memang tukang seblak, tapi sekarang aku pimpinanmu, Mila."
***
Buku lain oleh Butet Napite
Selebihnya