Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Malam minggu ini terasa membosankan, gadis berwajah judes itu menghela nafas untuk kesekian kalinya. Dengan malas ia mengambil ponselnya yang tergeletak diatas nakas, ia pun membuka aplikasi berwarna hijau yang ada di ponselnya untuk menghubungi kedua sahabatnya itu. Malam minggu ini ia berniat untuk mengajak kedua sahabatnya pergi ke club . Gadis itu berdecak kesal saat kedua sahabatnya itu tidak bisa menemaninya untuk ke club, hilang sudah harapannya untuk mendapat traktiran.
Tak ingin membuang waktu, gadis itupun segera bersiap, sepuluh menit berlalu gadis itu keluar dari kamarnya. Celana hotpants yang dipadukan dengan tanktop hitam dan kemeja kotak-kotaknya benar-benar sangat pas di tubuh molek gadis itu. Melangkahkan kakinya menuju lantai dasar guna menemui ibunya, ia melihat ibunya tengah duduk disofa ruang keluarga.
Melirik jam yang melingkar indah ditangan kirinya sebelum menghampiri ibunya. "Gue mau main."
Ana, sang ibu menatap tajam putrinya. "Ini sudah malam Stela! Mau main apa kamu malam-malam begini, huh?!" bentaknya.
"Mau jadi apa kamu anak cewe keluar malem begini?"
Stela yang mendengar pertanyaan yang menohok itupun lantas menatap datar pada sang ibu yang masih fokus pada TV yang menyala, gadis itu diam tak menjawab. Ia hanya menghela nafas panjang, tak memperdulikan ucapan ibuya, Stela melangkahkan kakinya keluar rumah.
"Stela!!" Ana berteriak kencang saat melihat putrinya tidak memperdulikan ucapannya.
Stela berbalik, menatap kecewa kearah ibunya. "Biarkan aku bebas malam ini," setelah mengucapkan hal itu lantas ia kembali melangkahkan kakinya.
∞∞∞
Dua puluh menit perjalanan menggunakan ojek online, Stela akhirnya sampai di club langganannya itu. Kakinya melangkah memasuki club, senyumannya terbit saat seorang gadis dengan pakaian terbuka yang duduk di bar menyapanya. Stela pun menghampiri gadis itu dan memeluknya sekilas.
"Widih.. makin seksi aja lo," puji nya dengan menatap takjub Stela.
Stela terkekeh. "Tepos gini dibilang seksi, buta mata lo?"
Gadis dengan pakaian terbuka itu tertawa kencang. "Yang tepos cuma depan doang kok."
Stela mendengus kesal. "Bran satu tequila," ucapnya pada si bartender. "Lo nggak Mey?"
Mey menggeleng. "Gue nggak mau kobam malam ini," jawabnya.
Tiba-tiba Mey menyodorkan sebuah kertas kecil bentuk persegi panjang itu kepada Stela. Stela pun menatap bingung kearah Mey, Mey menunjuk kertas itu dengan dagunya menyuruh Stela untuk mengambilnya. Stela menurut dan mengambil kertas kecil yang ada ditangan Mey.
"Apa nih?"
Mey menghela nafas. "Gue dapet undangan pesta topeng dari temen gue," ucapnya dengan lesu.
Stela mengernyit bingung. "Hubungannya sama gue apa?"
"Karena gue nggak bisa dateng jadi lo gantiin gue yah? Cowo gue ngelarang dateng ke pesta!" sewot Mey.
Stela tidak menjawab, ia hanya menatap lurus kearah kertas kecil yang ada ditangannya. Dua menit terdiam, akhirnya gadis itu mengangguk setuju, apa salahnya mencoba kan?
Mey menepuk bahu Stela. "Kalo lo butuh kostum dateng aja kerumah gue," paparnya yang hanya diangguki oleh Stela.
∞∞∞
Di sebuah hotel mewah, banyak sekali manusia dengan topeng indah yang menutupi wajah mereka. Gadis dengan topeng putih berbulu merak itu mengedarkan pandangannya, menatap satu persatu orang-orang disekitarnya. Ia bingung, tak ada satu orang pun yang ia kenal disini, kini ia menyesal sudah datang ke acara pesta topeng ini. Stela dengan lesu berbalik kearah pintu keluar tapi langkahnya terhenti saat seseorang mencekal lengannya dari belakang.
Stela menatap bingung kearah pria bertopeng hitam dengan taburan berlian itu. Mata coklat Stela bertubrukan dengan mata hitam legam milik pria itu, sejenak Stela terpana dengan kejernihan mata pria itu.
"Mau berdansa denganku, Nona?"
Suara pria itu terdengar lembut ditelinga Stela, dengan tak sadar Stela menganggukkan kepalanya. Pria itu tersenyum tipis lalu menarik lengan Stela menuju lantai dansa.
Stela dengan pria itu berdansa dengan gerakan pelan dan seirama dengan musik. Kedua tubuh itu saling menempel bahkan hidung mereka hampir bersentuhan, matanya saling memandang dengan decakan kagum dalam hati mereka.
Stela benar-benar merasa tersipu saat pria itu mengelus lembut pipinya. Saat tengah asik menikmati suasana menenangkan itu, Stela tersadar akan sesuatu. Matanya mengarah ke jam dinding begitu besar yang terpajang diatas pintu keluar-masuk. Matanya melotot saat tahu ujung jarum jam itu mengarah ke angka satu. Stela dengan kuat mendorong pria itu, lalu berlari keluar dari hotel mewah tersebut.
Tindakan Stela tentu saja membuat pria bertopeng hitam itu bingung, ia mengejar Stela. Dan hap! lengan Stela berhasil dicekalnya, Stela berbalik dan menatap kaget kearah pria yang tadi berdansa dengannya.
"Gue harus pergi," ujar Stela memelas.