Karena dijebak oleh seseorang yang menginginkan tubuhnya, Elara justru tak sengaja tidur bersama dengan seorang pria yang sangat familiar baginya. Bukan familiar karena pria itu adalah rekan maupun keluarganya, tetapi karena pria itu merupakan sosok yang selama ini sering menampakkan wajahnya di layar televisi maupun di situs internet. Elara terbangun dengan kebingungan, karena dia mendapati tubuh polosnya tanpa sehelai benang pun. Namun, yang lebih membuatnya terkejut adalah karena saat itu dia sedang berada di balik sebuah selimut bersama dengan pria yang sama sekali tak asing baginya. "Arion Kyle?" Ingin rasanya Elara berteriak dan menjerit kegirangan saat itu. Namun, begitu menyadari bahwa dirinya dan aktor itu sama-sama tak mengenakan busana, seketika rasa senang itu pun berubah menjadi kebencian. Elara segera membangunkan Arion dan langsung marah-marah. "Siapa kamu?" Pria itu bertanya dalam bahasa inggris. Elara benar-benar emosi karena pria itu bersikap seolah tak mengenalinya. Padahal ia yakin bahwa sang aktor juga pasti mengenal dirinya sebagai seorang model papan atas, dan tak bisa dipungkiri lagi bahwa Arion juga menginginkan tubuh indahnya, sama seperti para pria yang lain. Elara pun menuduh bahwa Arion telah menodainya, tetapi aktor berusia 30 tahun itu justru terlihat santai dan tersenyum sinis ke arah Elara. "Aku menodaimu? Apa kamu tidak ingat, jika kamu yang menerobos masuk ke dalam kamarku dan meminta bantuanku untuk menyentuh tubuhmu?"
"Ayo joget lagi! Ayo lagi!"
Suara riuh dan membahana terdengar begitu memekakkan telinga, tetapi suara musik yang begitu menggelegar terlihat sangat dinikmati oleh para pengunjung bar yang identik dengan dunia gemerlap. Para manusia itu tampak sedang berjoget dan bernyanyi seraya menggerakkan tubuh dengan begitu erotis, menikmati setiap alunan musik yang membuat tubuh mereka seakan mendapat tarikan magnet untuk berjoget dan meliuk-liuk.
Bahkan terlihat beberapa pasangan yang asyik berciuman dan bercumbu di tempat tersebut, tanpa mempunyai rasa malu karena disaksikan oleh beribu pasang mata. Beberapa dari mereka bahkan terlihat sudah hampir setengah telanjang, dengan pakaian yang sudah nyaris lolos dari tubuh para pasangan mesum tersebut.
Seorang pria bertopi hitam terlihat sedang berjalan keluar dari bar dengan langkah sempoyongan. Pria itu sedang asyik menenteng botol minuman keras di tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk meraba-raba jalan yang akan dilaluinya. Secara tiba-tiba pria itu nyaris terjatuh dan hampir saja terjerembab di area parkiran bar. Namun, dengan sigap dua orang pria bertubuh kekar berhasil menangkap tubuh pria tersebut.
"Tuan Arion, apa kau baik-baik saja?" Salah seorang pria bertanya.
"Yes, i'm fine. Sekarang antarkan aku ke hotel," pinta pria yang dipanggil Arion itu dengan kedua mata yang tampak sembab.
"Baiklah." Kedua pria langsung menganggukkan kepala.
Mereka kemudian membawa Arion masuk ke dalam mobil, dan segera melarikannya menuju ke salah satu hotel terdekat, supaya pria itu bisa segera beristirahat.
---
Cekrek! Cekrek!
Seorang gadis berparas cantik nan bertubuh seksi tengah melenggang dan berpose di atas sebuah panggung pemotretan. Dengan busana minim yang dikenakannya, membuat beberapa bagian sensitif dari gadis itu nyaris saja terekspose dengan jelas.
"Nah ya, Elara . Pertahankan posisi itu," kata seorang fotografer kepada model cantik yang bernama Elara tersebut.
Elara Margretha, seorang model papan atas berwajah cantik nan bertubuh seksi yang kesempurnaan fisiknya sangat sulit dideskripsikan dengan kata-kata. Gadis berusia 22 tahun itu sangatlah menawan dengan kulit putih bersih bak gadis Korea. Serta dipadukan dengan hidung mancung dan bibir seksinya, membuat para penggemarnya menyebut bahwa Elara memiliki kemiripan dengan salah satu idol Korea.
Tak hanya itu saja, tetapi Elara juga memiliki tubuh seksi bak artis Hollywood. Sehingga hal itu membuat para pria banyak yang mengantri untuk menjadi pasangan kekasihnya. Akan tetapi, Elara sama sekali belum berminat untuk merajut kasih dengan seorang pria. Ia masih ingin bebas tanpa adanya ikatan dengan pria manapun.
"Sipp. Hasil fotonya sempurna," ucap fotografer yang tersenyum puas sambil menatap hasil potretannya yang sempurna.
"Bagaimana hasilnya? Aku mau lihat." Elara segera turun dari stage dan menghampiri fotografernya.
"Seperti biasa, kamu selalu cantik dan seksi," bisik sang fotografer sambil tersenyum nakal.
"Ishh." Elara memalingkan wajahnya yang mendadak terlihat masam.
Setelah acara pemotretan selesai, Elara segera duduk di salah satu ruang makan VIP yang ada di hotel tempatnya melakukan sesi pemotretan tadi. Ia tampak sibuk memainkan ponselnya, sambil sesekali tersenyum dengan begitu cantik.
"Semua berita di dunia maya memuat tentang diriku. Tentang kecantikanku, keseksianku, dan juga prestasiku. Huft, aku benar-benar bangga dengan semua ini." Elara merasa berbangga diri, karena hampir seluruh warga dumay memuja-muja dirinya.
Elara terlalu bosan untuk melihat-lihat potret dirinya, karena itu sama sekali tak menarik baginya. Gadis cantik berambut coklat panjang itu kemudian segera mencari-cari foto idolanya. Seketika senyumnya merekah, saat ia melihat gambar seorang pria yang merupakan aktor terkenal dari Jerman. Seorang pria berkulit putih mulus, berwajah tampan, dengan anting yang terpasang di telinganya, membuat Elara merasa begitu terpukau dengan sosok tersebut. Tato yang terukir di lengan sang pria juga tak luput dari kekaguman Elara.
"Arion, kenapa kamu begitu tampan?" Elara menatap gambar pria bernama Arion itu hingga nyaris tak berkedip.
Ia terlalu sibuk memainkan ponselnya itu, sampai-sampai tak menyadari kehadiran seorang pria yang rupanya telah duduk di hadapannya.
"Selamat malam, Elara," sapa pria tersebut.
Sontak saja suara pria itu membuat Elara tersentak kaget. Segera saja ia menghentikan aktivitasnya, dan mengangkat wajah untuk melihat siapakah sosok yang sedang berada di hadapannya saat ini.
"Eh, Revand. Selamat malam juga," balas Elara, ketika mengetahui bahwa pria di hadapannya adalah Revand, salah seorang pria yang selama ini selalu berusaha mendekatimya.
"Sedang sibuk?" tanya Revand yang terus menatap wajah serta tubuh Elara yang sangat menggodanya.
Terlebih karena saat ini Elara sedang mengenakan busana minim, dan juga duduk dengan menyilangkan kakinya, hingga membuat paha mulusnya terekspose sempurna.
Revand bahkan harus susah payah meneguk salivanya, karena melihat pemandangan itu. Bahkan tatapannya juga terus lekat pada kedua dada Elara yang membusung sempurna, dan hanya tertutupi oleh minidress dengan belahan dada rendah yang memperlihatkan sebagian kulit dadanya tersebut.
"Aku nggak lagi sibuk kok. Kebetulan pemotretan juga udah selesai," jawab Elara dengan acuh.
Mereka pun berbincang-bincang selama beberapa menit. Selama itu pula, Revand tak bisa menahan diri dan tubuhnya yang terus mendesak karena melihat tubuh seksi Elara. Namun, ia berusaha untuk tetap bersikap tenang, karena masih ada hal yang harus dilakukannya setelah ini.
Tak lama kemudian, seorang pelayan datang dengan membawa dua gelas berisi minuman. Satu gelas berisi wine untuk Revand, dan satu gelas lemon tea untuk Elara, karena gadis itu memang tak terbiasa meminum alkohol.
"Revand, minumlah. Karena sebentar lagi aku juga akan segera pulang," tunjuk Elara pada gelas di depan Revand.
"Baiklah, Elara. Mari kita minum," angguk Revand dengan menyesap sedikit wine di dalam gelasnya.
Manik matanya terus mengarah pada Elara yang tampak menghabiskan minumannya dalam beberapa tegukan saja, karena sepertinya gadis itu benar-benar kehausan. Revand tersenyum aneh, ketika melihat gelas di hadapan Elara yang sudah kosong.
Setelah menghabiskan minumannya, Elara segera beranjak dan meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja.
"Revand, aku pulang dulu," pamit Elara dan segera melenggang pergi.
"Hmm, baiklah." Revand mengangguk dan melanjutkan acara minumnya kembali.
Namun, baru beberapa langkah Elara berjalan, tiba-tiba saja tubuhnya sempoyongan. Kepalanya mendadak terasa pusing, dan ada rasa aneh yang menjalari seluruh tubuhnya. Elara terlihat gelisah, dan beberapa kali menggesekkan kedua kakinya sendiri dengan kegelisahan yang semakin menjalar.
"Astaga, apa yang terjadi dengan tubuhku? Kenapa rasanya aneh seperti ini?" cemas Elara seraya menggosok tengkuk dengan telapak tangannya.
Kondisi tubuhnya benar-benar sangat aneh. Sekujur tubuhnya memanas hingga menjalar ke ubun-ubun. Elara sama sekali tak tahu apa yang terjadi, tetapi yang jelas saat ini ia merasakan bahwa tubuhnya sangat membutuhkan....
Sebuah sentuhan.
Buku lain oleh Callista Ivan
Selebihnya