Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta di Jalur Cepat
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
Di sebuah ruangan besar, telepon yang berada di meja samping tempat tidur terus berdering. Suaranya tak henti-hentinya mengganggu Anne Mahendra.
Dengan susah payah dia beringsut untuk meraih seprai dari bawah tubuhnya sambil membentak pria di sebelahnya, "Kevin Pratama, kamu... ahhh...", sebelum bisa menyelesaikan kata-katanya, pria itu membuatnya mengerang dengan puas.
Anne bahkan tidak punya kekuatan untuk memelototinya, dia hanya bisa menggertakkan giginya.
Seluruh tubuhnya seolah-olah menjadi lemas tak bertulang di bawah tubuh pria itu.
Pria itu perlahan-lahan melepaskan tubuh Anne. Kevin tersenyum dengan malas, lalu mengulurkan tangan untuk mengangkat telepon di meja samping tempat tidur.
"Sayang, aku segera ke sana. Kamu menungguku di ruang tamu?" Kevin berhenti sejenak sebelum kemudian mengangguk, "Aku mandi dulu, oke? Aku mencintaimu."
Pria di sampingnya sangat tinggi dengan tubuh yang berotot. Otot-ototnya yang kencang terlihat menawan dan seksi, terutama dengan keringat yang mengalir di permukaan kulitnya. Ada sesuatu di matanya yang memancarkan kelembutan dan kebaikan. Sepasang mata itu dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Namun, Anne tahu pasti bahwa perasaan itu bukan untuknya.
Kelembutan pria itu hanya milik satu orang.
Anne langsung terpaku ketika mendengar suara Kevin yang manis.
Dengan wajah dingin, Anne menarik selimut yang sudah jatuh ke lantai dan menyelimutkannya ke seluruh tubuhnya, sementara Kevin melangkah ke kamar mandi.
Pintu kamar mandi sedikit terbuka, dan Anne bisa mendengar suara air yang mengalir ke ubin.
Anne menatap ruangan di sekitarnya. Semua benda di ruangan itu diimpor dari Negara Damar. Itu berarti, semua perabotan di situ mungkin sangat mahal harganya.
Anne berada di salah satu kamar di vila Keluarga Pratama, tetapi dia merasa bahwa kamar itu tidak berbeda dengan semua hotel bintang lima yang pernah dia kunjungi.
"Turunlah dan ambil foto untukku." Ketika Anne sedang sibuk menatap sekelilingnya, Kevin sudah keluar dari kamar mandi.
Suaranya terdengar acuh tak acuh, seolah-olah Anne hanyalah mainan lain yang bisa dia perlakukan seenaknya.
Kevin sebenarnya sangat membenci Anne. Meskipun Anne adalah istrinya, dia tidak punya perasaan apa pun padanya.
Satu-satunya alasan mereka bersama adalah untuk memenuhi kewajiban yang mereka miliki terhadap satu sama lain. Yang dilakukan Anne hanyalah pergi tidur pada jam-jam seperti ini setiap harinya. Jelas tertulis di kontrak bahwa Anne harus mengandung anak Kevin pada akhir tahun ini.
Jika Anne tidak bisa melahirkan anak Kevin, semua saham Anne di Grup AN akan diambil alih, dan dia tidak akan punya pilihan selain diusir dari Kota Andara.
Grup AN adalah perusahaan teratas dalam daftar Forbes. Pendapatannya melonjak sangat tinggi hingga tidak ada perusahaan lain yang bisa menandinginya.
Kevin Pratama, sebagai sang CEO seketika menjadi legenda. Ketika baru berusia 17 tahun, dia berhasil menggandakan kekayaan bersih Grup AN, menaikkan peringkatnya dari nomor tujuh di daftar Forbes menjadi yang pertama.
Sudah tiga kali berturut-turut Kevin dinobatkan sebagai 'Pria yang Paling Ingin Dinikahi'. Kevin juga diberi gelar sebagai 'Pria Paling Legendaris di Seluruh Dunia'.
Dari nada suaranya, Anne tahu bahwa kekasih Kevin pasti sudah menunggu di bawah.
"Aku bukan fotografer profesional," kata Anne blak-blakan.
"Aku menyuruhmu melakukannya, jadi kamu harus melakukannya." Kevin memelototinya, tatapan matanya menusuk, sedingin malam. "Apakah kamu benar-benar sebodoh itu sampai-sampai tidak tahu cara menggunakan ponsel? Kalau begitu, seharusnya kamu tidak menjadi wakil CEO Grup AN."
"Kamu!" Kemarahan mendidih di dalam hati Anne, membuatnya menggertakkan gigi.
Tanpa melirik Anne sedikit pun, Kevin melangkah keluar dari ruangan, "Jangan lupa ada acara makan malam di Awan dan Surga malam ini. Kalau kamu terlambat dan menyebabkan kerugian, maka kamu harus menebus semuanya."
Sambil menatap sosok Kevin yang menjauh, Anne mengepalkan tinjunya. Bagi Kevin, tidak ada yang lebih penting dari kekasihnya.
Anne melepas kepalan tangannya, lalu melangkah ke lemari pakaian untuk mengambil bajunya.
Untuk mendapatkan sahamnya, Anne harus menanggung semua ini, tetapi apakah tujuannya benar-benar hanya itu? Hatinya bergetar.
Mata Anne berkilat sedih.
Setelah terdiam beberapa lama, Anne mengenakan gaun panjang dengan cepat. Kecuali rasa sedikit tidak nyaman pada tubuh bagian bawahnya, Kevin tidak meninggalkan jejak apa pun di tubuhnya.
Setiap kali Kevin melakukannya, dia selalu tampak meremehkannya.
Kalau saja tidak ada kontrak di antara mereka, Kevin bahkan tidak ingin menyentuhnya.
Sambil menahan rasa sakit di pinggulnya, Anne turun ke lantai bawah.
Di aula, Kevin sedang berfoto bersama Cherry Darmais, kekasihnya yang tercinta.
Cherry mengenakan gaun panjang berwarna putih salju. Gaun itu membungkus tubuhnya dengan sempurna, bahkan menonjolkan wajahnya yang cantik.
Mereka adalah pasangan yang ditakdirkan untuk bersama.
Saat itulah, Kevin melihat Anne sedang menuruni tangga.
Senyum di wajahnya langsung memudar. "Kenapa kamu lama sekali?" bentak Kevin.
Anne menahan amarahnya. Namun sebenarnya, dia betul-betul ingin memukul wajah pria itu.
Cherry, kakak sepupunya, meringkuk dengan nyaman di pelukan Kevin. Dia tersenyum meminta maaf kepada Anne. "Kevin yang bersikeras agar kami berfoto bersama dan mengunggahnya di WhatsApp story kami. Kevin bilang dia harus mengunggah satu foto di hari ulang tahunku setiap tahunnya," kata Cherry menjelaskan.
Anne bahkan tidak peduli pada alasannya. Dengan acuh tak acuh, dia mengulurkan tangannya ke arah Kevin, "Mana ponselmu."
Kevin melemparkan ponselnya lalu tersenyum manis pada Cherry.