Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Maya berdiri sendirian di tengah kerumunan orang di sebuah acara di Jakarta. Dia mengamati sekeliling dengan hati-hati, mencoba mencari wajah yang akrab di antara orang-orang yang bergerak dengan riuh.
MAYA
(membisikkan)
Acara ini benar-benar ramai.
Tiba-tiba, pandangannya tertarik pada seorang pria yang berdiri tidak jauh darinya. Dia tampak tampan dengan senyuman yang menghancurkan hati. Pria itu melihatnya dan tersenyum, membuat Maya merasa seperti dunia berhenti sejenak.
RAMA
(dengan ramah)
Halo, apa kabar?
Maya terkejut, tetapi senyuman Rama membuatnya meleleh.
MAYA
(kurang yakin)
Halo. Baik-baik saja. Bagaimana denganmu?
RAMA
(santai)
Baik juga. Nama saya Rama.
MAYA
(senyum malu-malu)
Maya. Senang bertemu denganmu, Rama.
Mereka berdua terus berbicara dan tertawa sepanjang malam. Mereka merasakan ikatan khusus yang sulit dijelaskan. Setiap percakapan dan sentuhan ringan membuat hati mereka berdegup kencang.
Setelah beberapa jam, acara tersebut berakhir dan mereka harus berpisah. Maya dan Rama saling bertukar nomor telepon, berjanji untuk tetap berhubungan. Namun, di dalam hati mereka, mereka tahu bahwa ada rintangan besar yang menghalangi mereka.
Maya kembali ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Dia menatap layar ponselnya, berharap Rama akan menghubunginya. Namun, dia juga sadar bahwa dia sudah memiliki pacar yang setia. Dia merasa terjebak dalam konflik batin yang sulit.
MAYA
(berbicara pada dirinya sendiri)
Apa yang sedang terjadi dengan kita, Maya? Kamu sudah memiliki pacar yang mencintaimu. Tapi mengapa hatimu terus berpaling pada Rama?
Maya merenung sejenak, mencoba memahami perasaannya yang rumit. Dia tahu bahwa dia harus memikirkan hubungannya yang sudah ada dan tidak mengkhianati pasangannya. Namun, ketertarikan dan perasaan yang dia miliki terhadap Rama tidak bisa dia pungkiri.
Dalam kesendirian, Maya terus berjuang dengan perasaan bersalah dan pertanyaan moral tentang apa yang seharusnya dia lakukan. Dia ingin mengikuti hatinya, tetapi dia juga tidak ingin menyakiti orang yang mencintainya.
Saat malam berlalu, Maya memutuskan untuk tidur dengan harapan bahwa waktu akan memberinya kejelasan. Dia berbaring di tempat tidurnya, memikirkan pertemuan tak terduga dengan Rama dan perasaan yang dia rasakan.
MAYA
(dalam hati)
Aku harus memikirkan ini dengan hati-hati. Keputusan ini tidak boleh diambil dengan gegabah. Aku harus memikirkan kesetiaan dan tanggung jawabku terhadap pasanganku.
Maya menutup matanya, berusaha meredakan gelombang emosi yang menghantamnya. Dia tahu bahwa dia harus mencari kejelasan sebelum membiarkan perasaannya berkembang lebih jauh.
***
Maya duduk sendirian di sudut kafe yang nyaman, menyeruput secangkir kopi hangat. Pikirannya masih dipenuhi dengan pertemuan tak terduga dengan Rama. Dia memainkan sendok di atas meja, memikirkan apa yang seharusnya dia lakukan.
Tiba-tiba, Rama masuk ke kafe dan melihat Maya. Dia tersenyum dan berjalan mendekat.
RAMA
(dengan senyuman hangat)
Halo, Maya. Bolehkah aku bergabung?
Maya tersenyum gugup dan mengangguk. Dia merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat Rama duduk di hadapannya.
MAYA
(dengan senyuman malu-malu)
Tentu, silakan duduk.
Mereka memesan minuman dan mulai berbicara. Waktu terasa berlalu dengan cepat saat mereka saling berbagi cerita tentang hidup mereka. Maya belajar bahwa Rama adalah seorang seniman yang mencintai lukisan dan mengekspresikan diri melalui karya seni. Rama juga tertarik mendengar tentang pekerjaan Maya sebagai desainer grafis.
MAYA
(dengan penuh minat)
Aku suka melihat karya seni. Apakah aku bisa melihat beberapa lukisanmu suatu saat?
RAMA
(senang)
Tentu, aku akan senang sekali menunjukkan karya-karyaku padamu.
Mereka terus mengobrol dan tertawa, merasakan ikatan yang semakin kuat di antara mereka. Maya merasa nyaman dan terbuka dengan Rama, seperti tidak ada halangan di antara mereka.
Namun, Maya tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa dia sudah memiliki pacar yang setia. Dia merasa bingung dengan perasaannya terhadap Rama dan berusaha menenangkan dirinya sendiri.
MAYA
(dalam hati)
Aku harus berhati-hati. Aku tidak boleh membiarkan perasaanku berkembang lebih jauh. Aku harus tetap setia pada pasanganku.