Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Seranjang Dengan Aktor Tampan

Seranjang Dengan Aktor Tampan

Sulistiani

5.0
Komentar
2.3K
Penayangan
42
Bab

Hana Ayudia Inara wanita yang berasal dari kampung mengadu nasib di ibukota, ia yang awalnya bekerja di sebuah mall tak pernah menyangka jika akhirnya bekerja di rumah sang idola (Dave Darian). Namun, ia kecewa karena sifat asli sang idola sangat berbeda jauh dengan yang biasa ia lihat di depan kamera. Hingga membuat Hana semakin lama semakin tidak menyukai Dave. Namun, suatu kejadian membuat Hana dan Dave harus terpaksa menikah. Dave tidak ingin menikah dengan gadis dari kampung dan Hana tak ingin menikah dengan lelaki sombong. Bagaimana kisah mereka selengkapnya? Akankah mereka yang saling benci berakhir bahagia?

Bab 1 Foto Suamiku

"Ibu, kenapa ada foto suami saya di sini?" tanya Hana.

"Suami? Bukankah kamu masih gadis, lalu siapa yang kamu maksud suami?" tanya Rosa.

"Bu Rosa, itu foto besar yang ada di dinding adalah foto suami saya," ucap Hana dengan wajah berbinar-binar.

Rosa melihat ekspresi wajah Hana yang nampak seperti orang kasmaran, lalu mengikuti arah pandangannya. Wanita paruh baya itu pun tertawa ketika menyadari foto siapa yang sedang di pandang oleh Hana.

"Memangnya sejak kapan kamu menikah dengan Dave?" tanya Rosa.

"Semenjak di terjun ke dunia entertainment, oh ya lagu pertamanya membuat saya jatuh cinta. Wajahnya yang tampan dan suaranya yang merdu membuat saya tidak bisa berpaling pada lelaki lain," ucap Hana masih dengan ekspresi wajah yang sama.

"Hana, bagaimana kalau kamu salah mengidolakan orang?" tanya Rosa seraya menatap kembali wajah Hana.

"Tidak mungkin saya salah, Bu. Dave begitu perfek dimata saya. Dia tak hanya tampan dan multi talenta, tapi juga selalu ramah kepada fans," jawab Hana dengan semangat.

"Kalau kenyataannya dia sombong tidak seperti di depan kamera gimana?" tanya Rosa.

"Saya tetap cinta, Bu. Dave adalah cinta pertama dan terakhir saya," ucap Hana.

Rosa tertawa dan menggelengkan kepalanya. Ia melanjutkan langkahnya dan meminta Bi Tuti kembali menunjukan kamar untuk Hana. Namun, Hana mengatakan hal yang membuat Risa terkejut.

"Bu, boleh gak foto itu buat saya. Nanti saya pajang di kamar saya, jadi kan berasa tidur sama suami tiap malam," ucap Hana.

"Jangan yang itu nanti orangnya bisa marah, saya akan kasih kamu foto Dave yang tak kalah besar dari itu."

"Emang siapa yang marah, Bu?"

"Dave, siapa lagi."

"Gak akan marah, Bu. Dave itu baik seperti malaikat, lagian kan dia gak tahu kalau fotonya di pinta sama saya."

"Astaga Hana, Hana. Kamu lucu banget sih! Dave kamu sebut malaikat, asal kamu tahu dia itu aslinya seperti Devil."

"Ibu, jangan fitnah suami saya seperti itu. Dave itu malaikat di hati saya, ibu hatersnya ya, jangan fitnah seperti itu kalau gak tahu seperti apa aslinya Dave."

"Bu Rosa gak fitnah. Jelas dia tahu seperti apa Tuan Dave, wong dia yang melahirkan Tuan Dave kok!" Bi Tuti akhirnya angkat suara karena tidak tahan mendengar Hana yang selalu membanggakan Dave.

Hana terkejut bukan main mendengar ucapan Bi Tuti. Ia meminta Bi Tuti mengulang ucapannya, tapi Bi Tuti tidak mau dan menarik Hana menuju kamar yang akan ia tempati.

"Ini kamar kamu Hana, nanti kerjaan kamu masak, belanja keperluan dapur, dan mengurus dapur. Pokoknya semua yang berkaitan dengan makanan dan peralatan makan kamu yang urus, ingat ya jaga kebersihan dan perhatikan gizi dari makanan yang kamu masak setiap hari," ucap Bi Tuti.

"Iya, Bi. Kalau kerjaan rumah yang lain gimana?" tanya Hana.

"Itu sudah ada pekerja lain, tapi gak nginep. Dia bersih-bersih bagian rumah lantai bawah, dan saya lantai atas. Kalau kamu mau kamu boleh bersihkan kamar Tuan Dave, sebenarnya saya pusing setiap bersihkan kamar dia selalu salah dan kena marah," ucap Bi Tuti.

"Dave Darian maksud bibi?" tanya Hana tak percaya.

"Iya, suami halu kamu tuh. Kamarnya ada di lantai dua paling ujung kanan. Nanti malam dia pulang, gak tahu sih pulang jam berapa. Kamu pagi jam 8 kasih sarapan ke kamarnya, terus kalau dia sudah berangkat baru bersihkan kamarnya," ucap Bi Tuti.

Hana diam memegangi dadanya yang berdebar, tiba-tiba ia berteriak membuat Bi Tuti terkejut. "Aaaahhh ... Mimpi apa aku bisa kerja di rumah suami sendiri."

"Wong edan. Belum tahu aja dia Tuan Dave kaya gimana!"

Hari ini Hana baru saja di terima bekerja di rumah Bu Rosa, setelah di pecat dari pekerjaannya. Hana di pecat karena menolong orang yang tempo hari pingsan di tempat nya bekerja.

Hana sebelumnya bekerja di mall di tempatkan sebagai SPG underwear, jika turun produk dan model baru banyak laporan yang harus dia kerjakan dan yang paling menyebalkan jika ada ibu-ibu yang sudah mengacak-acak underwear tapi tidak jadi beli hingga Hana harus merapihkan barang itu kembali.

"Permisi Mbak, ini model terbaru dari merk soleram ya?" tanya seorang wanita paruh baya.

"Iya benar sekali, Bu. Mau cari yang seperti apa?" tanya Hana dengan ramah.

"Saya cari yang cup nya besar, tapi busanya jangan terlalu tebal dan jangan ada kawatnya ya!" ucap ibu tersebut.

"Oh ada kok yang seperti itu, sebentar saya carikan!" ucap Hana.

Hana mengambil beberapa pcs bra yang di inginkan oleh wanita paruh baya tersebut, wanita itu tersenyum karena Hana memberikan barang sesuai dengan apa yang dia mau, ia pun memilih warna yang cocok untuk dia.

"Ini saya suka, saya ambil 5 pcs ya Mbak," ucap wanita paruh baya tersebut.

"Baik, terima kasih saya akan buatkan nota, nanti ibu bayar di kasir ya!" ucap Hana.

Wanita paruh baya itu tersenyum dan mengangguk, ia memegangi kepala yang sejak tadi terasa pusing dan dadanya sesak. Saat Hana hendak memberikan nota tersebut ibu-ibu paruh baya itu tiba-tiba pingsan dan jatuh di hadapannya.

"Astagfirullah ... Bu, Ibu bangun," ucap Hana panik.

Hana meminta tolong hingga ibu-ibu tersebut di angkat oleh security yang ada di mall. Beberapa menit di beri minyak angin dan pijitan, tetapi tidak membuat ibu itu sadar.

"Pak bawa ke rumah sakit aja, saya takut dia kenapa-kenapa," ucap Hana.

"Ayo bawa, tapi kamu sebagai penanggung jawab karena dia pingsan saat bersama kamu," ucap security.

Hana mengangguk, ia khawatir melihat wajah wanita itu tampak pucat. Teringat dengan ibunya di kampung yang mungkin umurnya hampir sama dengan wanita paruh baya tersebut.

Setelah sampai di rumah sakit, Hana kebingungan karena tidak tahu siapa nama wanita itu. Hingga akhirnya memberanikan diri membuka tasnya dan mencari dompetnya untuk menemukan kartu identitas wanita tersebut.

"Namanya bu Rosa Amalia," ucap Hana pada suster.

"Kami akan tangani, ibu ini terkena serangan jantung. Mbak silahkan urus administrasi nya ya!" ucap perawat tersebut.

Hana berjalan ke bagian administrasi, saat di minta membayar biaya penanganan di rumah sakit ia kebingungan. Karena di dompet wanita itu hanya ada uang cash berjumlah seratus ribu dan tidak cukup untuk membayar administrasi. Ada atm dan kredit card, tapi Hana tidak tahu password nya.

Hana memegang benda yang melingkar di lehernya, satu-satunya barang berharga yang ia punya.

"Mbak, tolong beri penanganan untuk Bu Rosa. Saya jual kalung saya dulu untuk bayar administrasi, dompet ini sebagai jaminan di dalamnya ada ATM dan kredit card jadi saya tidak akan kabur," ucap Hana.

"Iya boleh Mbak, kami masih memberi waktu untuk Mbak sampai bisa membayar administrasinya," ucap petugas administrasi tersebut.

Hana berlari lalu menaiki ojek untuk sampai ke toko perhiasan dan menjual kalungnya, setelah itu kembali ke rumah sakit dan membayar administrasi.

Setelah membayar administrasi Hana di beritahu oleh perawat jika Bu Rosa sudah di pindah ke ruang rawat.

"Ibu sudah sadar?" tanya Hana.

"Kamu yang membawa saya ke rumah sakit?" tanya Rosa.

"Iya, ibu pingsan di depan saya, setelah di bawa ke rumah sakit kata dokter ibu kena serangan jantung. Untung saya cepat bwa kesini, kalau enggak saya ikut kena serangan jantung juga kalau ada apa-apa sama ibu," ucap Hana.

"Terima kasih banyak ya, siapa nama kamu?" tanya Rosa.

"Nama saya Hana, Bu. Oh ya ini tas ibu, tadi saya cari uang untuk mengurus administrasi, tapi hanya ada seratus ribu, ada ATM dan kredit card tapi gak tahu password nya jadi isinya masih utuh tidak saya sentuh, Bu," ucap Hana.

"Lalu bagaimana membayar administrasinya?" tanya Rosa.

"Saya jual kalung saya, biar ibu dapat penanganan dulu biar selamat," ucap Hana.

Rosa memandang Hana dengan sendu, ia tak menyangka masih ada orang baik yang mau menolong orang padahal tidak mengenal orang tersebut.

"Terima kasih sudah menolong saya, Hana. Saya akan ganti uang kamu, saya minta nomor handphone kamu ya!" Rosa menyodorkan telepon genggamnya pada Hana.

Hana mencatat nomor ponselnya ke ponsel wanita paruh baya itu lalu ia kembalikan ke pemiliknya. Setelah itu Rosa menelpon anaknya untuk mengabari kondisinya.

Tak lama kemudian seorang lelaki datang ke ruangan tersebut.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku