Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Baca, Nikmati dan Share!
Mungkin orang beranggapan aku aneh, gila, atau apa yang bisa menjadi sebutan orang-orang. Menurutku aku memang aneh, sampai aku bisa gila memikirkannya. Ini semua bukan karena kekonyolan yang sering dilakukan orang-orang, aku bukan orang yang konyol, juga ini bukan tentang orang yang idiot, aku bukan orang yang idiot.
Aku orang yang normal, tetapi memiliki gelar orang aneh. Sekarang, saat ini juga, aku kembali dijauhi karena keanehan dan apa yang bisa kulakukan? Hanya memandang dengan pandangan sedih ke arah orang-orang yang menjauhiku. Kembali ku dengar kata-kata itu, 'orang aneh' yang memang tertuju padaku. Aku tidak bisa marah, apalagi untuk mengatakan tidak baik mengatakan 'orang aneh kepadaku' aku di sini hanya bisa terdiam dan tertunduk dengan pasrah.
Wajar saja mereka mengatakan aku orang aneh, meskipun menurutku aku orang yang normal. Setelah aku menginjakkan kaki di SMP, aku mencoba mengerti mengapa orang-orang mengatakan aku orang aneh, dan setelah SMA aku sadar aku benar-benar aneh, tapi meskipun begitu aku merasa aku adalah orang yang normal. Memiliki mata, hidung, wajah, dan aku bisa bersekolah. Bukankah aku orang normal?
Yang membedakan aku dengan yang lain hanya penglihatan, pendengaran, dan peraba. Apa kalian berpikir aku buta, aku tuli atau aku cacat, sehingga tidak bisa menyentuh ataupun meraba benda-benda, maka itulah penyebabnya aku dianggap aneh? Tidak, aku bisa melihat, aku juga tidak tuli, aku mempunyai tangan dan tidak cacat. Sudah kukatakan bahwa aku orang normal, tapi jika kalian penasaran mengapa aku dianggap aneh, baiklah akan ku beri tahu.
Semua ini terjadi ketika aku berumur 5 tahun, terjadi begitu saja tanpa diperintah. Saat itu aku berada di rumah tua yang terletak di tengah-tengah hutan, aku tahu mungkin kalian beranggapan hal itu mustahil. Bagaimana mungkin ada rumah tua di tengah-tengah hutan, tapi percaya atau tidak, itulah kenyataannya. Aku hingga saat ini masih bertanya-tanya mengapa bisa berada di rumah tua itu, pandanganku gelap, dan tiba-tiba saja aku berada di sana.
Aku menangis dengan suara yang kuat, memecah keheningan di tengah-tengah hutan. Dan saat itulah semuanya terjadi, benda-benda yang berada di rumah tua itu berbicara padaku, menenangkanku yang masih menangis. Aku semakin menangis, tapi benda-benda mati itu tidak lelah, mereka masih mencoba untuk menenangkan ku sampai pada akhirnya aku tertawa karena ada boneka yang menjadi temanku.
Percaya pasti tidak, tapi aku tidak peduli, karena aku yakin ini memang benar-benar ada, maka aku akan tetap bercerita. Di saat aku bergembira bermain bersama boneka, seseorang mendatangiku, tapi bukan. Maaf, aku salah, bukan seseorang, tapi beberapa ranting yang masih ada daunnya. Seharusnya aku takut dan langsung lari, itu seharusnya, tapi saat itu beda. Aku tidak takut dengan ranting-ranting itu dan aku menyambut kehadiran ranting-ranting itu dengan senyuman manis.
Ranting itu berbicara. "Pulanglah, ke dunia asalmu dan kembali lagi setelah kau mengerti."
Di akhir kalimatnya, aku tiba-tiba berada lagi di rumahku, di kamarku, di duniaku. Aku terdiam, lalu menangis dengan kuat karena waktu itu aku berpikir semua itu hanya mimpi buruk. Aku sadar itu bukan mimpi buruk, karena setelah hari itu, aku bisa mendengar benda mati berbicara. Yang paling ku herankan aku hanya bisa mendengar benda mati berbicara dan melihat mereka bergerak, tapi aku tidak bisa melihat makhluk halus, hantu, jin atau bahkan setan. Ketika beberapa orang yang lain dijauhi dan dianggap orang aneh karena bisa melihat atau berbicara dengan makhluk halus, aku berbeda.