Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Game of Destiny

Game of Destiny

KokoTwin

4.2
Komentar
234
Penayangan
1
Bab

Melody tahu hatinya berdosa, mencintai pria yang sudah menikah. Bahkan ia sanggup menjadi istri kedua lelaki itu, dan memanfaatkan kesempatan yang diberikan. Hidup hanya sekali, maka lakukanlah kesenanganmu, sekalipun itu merusak kebahagiaan orang lain.

Bab 1 Mencintai dalam diam

Perkuliahan itu masih sepi, hanya Melodi yang berada di sana. Memain-mainkan bolpoinnya sembari menatap keluar jendela, tidak terasa ia sudah memasuki semester lima dan masa perkuliahan yang membosankan ini akan segera berakhir. Setelah itu kemana ia harus pergi? Melanjutkan kembali pekerjaan dari bidang yang diambilnya atau tetap menjadi pembantu di rumah Revano.

Katakan dirinya memang miskin atau bisa dibilang tidak berkecukupan, tetapi jika ingin mengambil pekerjaan yang lebih layak, tentu saja ia bisa. Melody bisa meninggalkan semuanya, tapi sayang wajahnya yang cantik dan pikirannya yang pintar tidak bisa digunakan di saat-saat genting. Seperti di saat-saat hatinya jatuh dalam pesona Revano, dosen sekaligus majikannya.

Awalnya Melody hanya mengagumi dari diam, sejak menjadi tetangganya. Bisa dikatakan lelaki itu adalah teman kecilnya, usia mereka terpaut cukup jauh, sehingga membuatnya hanya bisa dikenal sebagai adik dari Revano, bukan kekasih dari lelaki itu, apalagi teman maupun sahabat. Melody seharusnya sadar bahwa rasa yang ada hal itu adalah bentuk rasa kagum, bukan suka sebagaimana wanita dengan lawan jenisnya, tetapi lambat laun ia mulai menerka dan memahami perasaannya.

Jika memang ini adalah rasa kagum semata, bukankah seharusnya rasa ini sudah hilang? Ia pernah kagum dengan Justin Bieber, hingga memiliki poster dan juga album Justin Bieber. Bodohnya ia pernah menangis karena tidak kedapatan tiket konser itu, dinamakan kagum sesungguhnya.

Lambat laun ia tidak memiliki perasaan itu lagi, bahkan sekarang perasaannya biasa-biasa saja pada Justin Bieber. Dengan Revano berbeda, semakin rasa itu membesar, rasanya semakin menguasai seluruh tubuh dan pikirannya. Bahkan Melodi bersumpah jika ia bisa dekat dengan Revano dan menjadi istrinya, dia akan berhenti berdoa kepada Tuhan, karena baginya Revano sudah cukup. Tuhan tidak perlu mengabulkan do'a-do'anya yang lain.

Ia sudah mencoba berbagai cara dengan menyukai pria-pria lain, tetapi tidak satupun dari mereka yang bisa mengambil hatinya. Yang lebih parah, Melodi terlalu mudah menaruh rasa ilfil kepada cowok-cowok yang mendekatinya. Hatinya tetap pada Revano, meskipun saat ini lelaki itu sudah beristri. Jika revano memintanya untuk menjadi istri kedua maka Melodi siap.

Apakah ia adalah perempuan yang jahat karena tidak memikirkan perasaan orang lain? Apakah sikap yang seperti ini pantas disebut sebagai manusia? Tetapi bukankah hidup di dunia hanya sekali, sudah seharusnya ia melakukan apa yang diinginkannya. Ia tidak pernah menginginkan sesuatu yang lain, hanya Revano. Jadi biarkan ia egois kepada dirinya sendiri, untuk kali ini saja.

Satu per satu murid mulai berdatangan, yang wanita berlomba-lomba untuk mencari tempat duduk paling depan, karena seperti yang sudah diketahui. Pak Revano yang mengajar mata kuliah pagi ini, sedangkan yang cowok memilih tempat duduk paling belakang. Karena percuma saja memilih yang di depan, mereka tidak kedapatan tempat lagi, karena semuanya sudah di isi.

Apakah Melodi datang ke kampus hanya untuk mendapat tempat duduk paling depan? Jawabannya tidak, ia memilih tempat duduk di bagian tengah. Tidak ada yang tahu perasaannya pada Revano, tidak ada siapa pun orang yang mengetahuinya kecuali dirinya sendiri dan juga Tuhan. Melodi merasa dirinya sangat jahat, teman-temannya tidak akan mau berteman dengannya ketika mengetahui bahwa ternyata dia mencintai suami orang, teman-temannya hanya mengagumi, maka ia mencintai sepenuh hati.

Ada satu buku dan disitulah Melodi pernah menulis sekali dalam ratusan lembar isinya, bahwa ia menyukai Revano. Ia dan juga Revano memang tetangga, tetapi bagaikan minyak dan air. Rumahnya tidak lebih besar dari rumah anjing tempat Revano memeliharanya. Ia dan keluarganya tidak mampu, itu sebabnya ibunya dan juga dirinya sendiri hanya menjadi pembantu dirumah Revano. Ayahnya sendiri menjadi satpam.

Ia sendiri lebih memilih untuk tinggal di rumah lelaki itu, karena ia bisa melihat Revano setiap saat. Lelaki itu sudah menikah 2 tahun yang lalu, rumah tangganya dengan istrinya baik-baik saja. Mereka tampak harmonis dan Melodi membencinya. Mungkin ini lebih pantas dikatakan sebagai rasa yang posesif, lagi pula istri Revano sakit-sakitan.

Melodi tidak tahu mengapa Revano mau menikahi istrinya, wanita itu lemah, dari kalangan biasa. Bahkan setelah 2 tahun menikah, wanita itu belum memiliki anak. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari dia, seharusnya Revano tidak menikahi wanita itu. Apa wanita itu kaya? Hanya itu kelebihannya sehingga ibu Revano mengizinkan mereka menikah.

Melody menatap tangannya, ia miskin, tetapi dirinya memiliki wajah yang cantik. Melodi sadar akan hal itu, dia juga pintar. Kuliahnya dari beasiswa, jika ia memanfaatkan semua ini, suatu hari nanti ia akan memiliki pekerjaan yang layak dan mungkin akan bertemu dengan banyak orang dan melupakan Revano. Mulai besok ia pamit kepada ibunya saja untuk mencari pekerjaan baru.

Keluarga Revano memperlakukan mereka dengan baik, ia juga harus meminta izin kepada ibu Revano dan juga ayahnya. Ia ingin sendiri. Bagaimana ia bisa move on jika berada di dalam satu atap yang sama dengan lelaki itu. Di sela-sela kebimbangannya, ia mendengar ketukan sepatu pantofel memasuki ruangan, wanita-wanita yang berada di ruangan itu mulai gelisah, berbisik-bisik sembari tertawa-tawa, menandakan bahwa pak Revano akan memasuki kelas.

Melodi menundukkan wajahnya, jangan menatap mata lelaki itu. Jika ia menatap Revano, maka keputusannya untuk mencari penginapan sendiri akan berubah. Ia pernah mencari racun di apotek, dipikirannya racun itu bisa ditemukan ditempat penjualan obat-obatan biasa. Dia tidak berpikir bahwa racun yang bisa membunuh secara perlahan dijual di tempat yang tertutup. Istri Revano selalu sakit-sakitan dan check up hampir setiap bulan, ia berbaik hati dan ingin mengantarkan nyawa istrinya ke tempat yang seharusnya.

Ia tidak mau melihat istri Revano merasakan sakit seumur hidupnya, andai saja tidak ada hukum untuk membunuh seseorang, ia ingin sekali membunuh istri Revano. Tanpa sadar bolpoin yang berada di tangannya terjatuh, ia hanya fokus pada pikirannya sendiri. Menggeleng kecil untuk menghilangkan pikiran jahatnya, Melody mengangkat wajahnya dan melihat revano memperhatikannya dengan tajam.

Buru-buru ia segera menundukkan pandangannya. Apa ada yang salah dengan dirinya? Kenapa lelaki itu melihatnya begitu tajam. Ujung jari kakinya mendingin, seluruh tubuhnya bergetar. Revano seperti tidak pernah melihatnya saja, padahal ketika di dalam rumah lelaki itu bahkan tidak pernah sekalipun meliriknya.

Ia mulai mencoret-coret kertas yang berada di hadapannya secara asal untuk mengalihkan rasa canggung nya. Atau mungkin ini hanya perasaannya saja, sebenarnya Revano tidak melihatnya. Ia mendengar suara Revano menjelaskan materi yang diberikan. Di saat itulah Melodi menggunakan matanya untuk melirik Revano, mungkin dia salah tadi, lelaki itu melihat ke arah lain, tetapi pandangannya tertuju padanya. Tapi sepertinya ia tidak salah, karena mata Revano masih menyorotnya dengan intens.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh KokoTwin

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku