Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Love & Destiny

Love & Destiny

ELLENGW

4.4
Komentar
94.3K
Penayangan
54
Bab

Hamil tanpa suami adalah mimpi buruk untuk wanita mana pun. Meski statusnya adalah istri sah, tapi kenyataannya sang suami malah pergi bersama wanita lain di hari pernikahan mereka. Itulah yang dialami Mikaela Cassandra Djuanda selama 3 tahun terakhir ini. Tetapi takdir memang kejam dengan kembali mempertemukan dirinya dengan sang suami sah-nya dalam hukum, Marcel Arya Buana yang juga sudah menikah dan tinggal bersama dengan wanita lain. Pria itu juga tidak tahu kalau ternyata pernikahan mereka dilanjutkan. Dia semakin terkejut ketika tahu dia sudah memiliki anak bersama Mikaela. Apa keputusan besar yang harus dibuat oleh Marcel? Apakah dia memilih cintanya atau tanggung jawabnya?

Bab 1 1

Di sebuah pedesaan yang jauh dari kemewahan perkotaan, terlihat seorang pria yang sedang berjalan menuju rumahnya. Dia berjalan dengan wajah yang sulit diartikan. Sesampainya di rumah, dia langsung tersenyum bahagia melihat istrinya yang langsung menyambutnya dengan senyuman indah.

“Selamat datang," sambut istrinya dengan senyuman sambil menyiapkan makanan di meja makan.

“Wah, masak apa nih? Harumnya enak," jawab sang suami dengan pujian kepada istrinya.

“Aku masak makanan kesukaanmu," balas istrinya. Dan merekapun makan malam bersama.

Ya, beginilah keseharian pasangan muda yang menikah sejak 3 tahun yang lalu. Mereka hidup dengan amat sederhana di desa yang jauh dari perkotaan. Jauh dari kemewahan dan keluarga mereka. Karena terkadang kemewahan dan harta belum tentu menjamin kebahagiaan yang sebenarnya. Mereka memilih hidup bersama dengan segala kesederhanaan dan penuh cinta disini.

“Apa tante Carla mengganggumu, hm?”, istrinya memulai topik pembicaraan.

“Biasalah, ya tapi mau bagaimana lagi? Hanya disitu tempat bekerja di sini kan. Tapi tenang saja, setelah aku mengumpulkan uang, aku akan buka usaha sendiri dan keluar," jelas suaminya dengan raut wajah kesal teringat sang majikan yang tak henti-hentinya mencoba menggodanya. Sebenarnya sih bukan dia saja, anak-anak lajang yang bekerja disitu juga menjadi sasaran perawan tua itu. Salahkan juga wajah pria ini yang bisa dibilang tampan dibanding pria-pria di desa ini.

“Hahahaha, sudah jangan kesal gitu, mas. Aku maklum!”goda sang istri.

“Senang ya lihat suaminya kesal?” balasnya.

“Ah, bukan. Aku hanya terus berpikir kenapa mas rela bekerja seperti ini bertahun-tahun, padahal kau berasal dari keluarga kaya raya," jelas istrinya.

“Kamu tahu jelas kalau aku sangat mencintaimu. Aku rela meninggalkan segalanya untukmu. Lagipula, cinta kita tidak salah. Jadi tidak perlu memikirkannya lagi," ujar suaminya sambil mengelus rambut istrinya.

JDERR!!

ZRASSSHH!!

“Astaga hujan! Aku lupa angkat jemuran!” istrinya panik dan beranjak dari duduknya berlari mengangkat jemuran.

“Mas bantu!" suaminya menyusul istrinya. Merekapun mengangkat jemuran bersama sambil sedikit bermain hujan dengan romantis. Setelah mengangkat jemuran, mereka meletakkannya ke keranjang kain dan istrinya membuatkan kopi untuk suaminya.

“ Ini kopinya dan cepat ganti bajunya. Nanti masuk angin," ucap sang istri menyodorkan kopi kepada suaminya. Tapi suaminya dengan santainya membuka bajunya di depan istrinya membuat mata sang istri terbelalak.

“Kenapa?” tanya suaminya tanpa rasa bersalah.

“Gak apa" jawab istrinya sambil mengalihkan pandangannya. Oh, jangan lupakan pipinya yang memerah karena melihat tubuh atas suaminya. Ya, walaupun suaminya tentu saja dia malu dengan tindakan tiba-tiba seperti itu.

“Duduklah!" ajak suaminya. Diapun duduk sambil bersandar di bahu sang suami.

“Aku ingin kita punya anak, mas," ucap sang istri dibalas senyuman lembut dan kecupan di dahi oleh suaminya.

“Mas juga, maaf ya karena keadaan kita jadi menunda bertahun-tahun untuk memiliki anak. Sekarang, aku sudah mengumpulkan sedikit uang untuk kedepannya untuk anak kita," jawab sang suami membuat istrinya tersenyum bahagia.

“Mas yang terbaik. Aku bahagia ah bukan! Sangat bahagia tentunya,” ujar sang istri dengan raut bahagia. Tanpa sadar, tiba-tiba suara ketukan pintu mengganggu momen keromantisan mereka. Sang istri pun beranjak untuk membukakan pintu. Tanpa sadar, ketukan pintu itu adalah akhir dari mimpi indah mereka.

“Michelle” ucap seorang wanita paruh baya yang kehujanan di depan pintu rumah mereka. Wanita itu basah kuyup dan matanya bengkak karena menangis. Otomatis, Michelle membiarkan wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu dari suaminya masuk.

“Ma-mama?!” pria itu terkejut dan langsung mengambil bajunya. Michelle membuatkan teh dan handuk untuk untuk sang mertua.

“Bagaimana kabarmu Marcel?” tanya sang ibu kepada anaknya.

“Seperti yang mama lihat”, jawab pria yang bernama Marcel kepada ibunya.

“Kau tidak pernah berkunjung, kau tidak merindukan kami?” tanya ibunya sambil menyesap teh dengan elegan. Marcel hanya diam dan menunduk. Jujur, dia merindukan keluarganya. Tapi jika dia kembali, dia akan kehilangan Michelle selamanya, wanita yang sangat dicintainya.

“Ah, kau pasti tidak merindukan kami. Tapi bagaimana dengan Michael? Kau tidak ingin tahu bagaimana kabarnya?” tanya sang ibu lagi. Marcel langsung terdiam ketika mendengar nama adiknya. Sejak menikah hingga saat ini, dia masih belum tahu bagaimana kabar adik kesayangannya itu.

“Michael mengalami depresi berat selama setahun belakangan ini. Dan di saat tersulitnya hikss…kau sebagai kakaknya tidak ada di sisinya," lanjut sang ibu sambil terisak mengingat keadaan putra bungsunya.

“Depresi? Maksud mama apa?”, Marcel terkejut mendengar keadaan adiknya.

“Dia kembali dari London satu setengah tahun yang lalu. Dia meninggalkan tunangannya demi mencari-cari wanita ini!”jawabnya sambil menunjuk Michelle yang dari tadi diam. Marcel menoleh dan menatap Michelle sang istri. Marcel memang tahu kalau istrinya adalah mantan pacar dari adiknya, tapi hubungan mereka sudah berakhir karena adiknya memilih bertunangan dengan wanita lain.

“Michael terus mencari-carimu tapi tidak menemukanmu. Kami tidak mungkin mengatakan bahwa kakaknya menikahi wanita yang sangat dicintainya hiks!" lanjut sang ibu sambil terisak. Marcel hanya diam tak mengerti keadaan yang sebenarnya.

“Papamu sudah melarang Mama kesini tapi, mama tidak sanggup melihat Michael terus menerus seperti itu. Mama merendahkan harga diri ibu dan memohon padamu dan Michelle. Tolong kembali ke Jakarta. Tolong adikmu hikss!! Tolong putraku!," wanita paruh baya itu berlutut kepada putra dan menantunya sambil menangis.

“Ma, jangan begini!" Marcel langsung mengangkat tubuh ibunya yang berlutut sambil memeluknya. Tanpa sadar, Marcel mengeluarkan air mata membayangkan keadaan adiknya yang sangat dia sayangi dan keluarganya menghadapi hal ini.

“Michael juga anak Mama. Kamu juga! Mana ada ibu yang sanggup jauh dari anaknya dan melihat anaknya terpuruk. Mama ingin Michael dirawat di Rumah Sakit tapi Papamu malu akan apa kata orang nanti. Dia mengurung Michael dan hanya menyuruh dokter memeriksanya. Kau tahu hiks…dia selalu mengamuk pada dokter dan berteriak sampai dokter selalu menyuntiknya untuk tidur. Mama tidak sanggup Marcel hiks…! Mama tidak tahu sampai kapan adikmu akan bertahan seperti itu hiks…!” sang ibu berbicara panjang lebar sambil menangisi keadaan sang bungsu. Diapun melirik Michelle dan dan meraih wanita itu.

“Kumohon!! Tolong Michael hiks…Dia selalu memanggil-manggil namamu. Tolonglah hiks”, mohon sang ibu.

“Nyonya Ribka, tolong jangan begini!" Michelle menjawab dengan nada sendu ikut sedih dan prihatin dengan keadaan yang sedang terjadi.

“Marcel tolong jelaskan padanya hiks…mama..sudah putus asa. Rasanya lebih baik mati daripada menghadapi keadaan yang menyakitkan seperti ini. Papamu juga hiks…sebenarnya kondisi kesehatannya menurun tapi dia tetap mengeraskan tengkuknya dan meninggikan egonya. Perusahaan bisa hancur kalau sampai ada saingan bisnis yang tahu keadaan Papamu. Marcel, hanya kamu harapan keluarga Buana nak. Kalaupun Michelle tidak mau membantu Michael, tolonglah kamu ada disampingnya sebagai kakaknya hiks…” Ribka terus menangis memohon kepada putranya itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh ELLENGW

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku