Jesica Maharani Dirgantara gadis cantik lulusan salah satu Universitas terbaik di New York, dirinya pernah mengalami kejadian yang membuatnya hampir saja menjadi korban pelecehan membuatnya menderita, dirinya perlu waktu selama satu tahun untuk bisa beradaptasi kembali dengan lingkungan. Setelah sembuh dari traumanya Jesica pulang ke Indonesia dan bertemu malaikat penolongnya ketika kejadian naas saat di New York. Jesica mengejar pemuda yang ternyata bernama Jacob Adiaksa Wiratama, mencoba mendekati dan mendapatkan cinta dari malaikat penolongnya tapi yang di dapat Jesica justru penolakan dari Jacob bahkan tak jarang Jacob berkata tak pantas padanya. "Aku hanya menginginkan malaikat penolongku yang jadi suamiku kelak dan itu kamu!" Jesica Maharani Dirgantara "Pergilah sejauh mungkin jika perlu ke ujung dunia dan jangan pernah kembali lagi, kau selalu membuatku risih!" Jacob Adiaksa Wiratama. Seperti apakah nanti perjalanan mereka berdua? Ikuti selengkapnya di Look at Me My Hero!
Episode 01
Uhuk...
"To ... to ... tolong ...." lirih seorang gadis yang sudah terlihat babak belur, dirinya dikerumuni lima berandalan berbadan tinggi besar serta bau alkohol yang menyengat. Jangan lupakan tato serta anting yang mereka pakai membuat kesan sangar semakin terasa.
Tawa kelima berandal itu semakin menggema melihat gadis yang mereka culik di persimpangan jalan tadi terlihat sudah lemah tidak berdaya, bahkan wajah juga tubuhnya penuh memar akibat perlakuan kasar mereka karena gadis tersebut terus saja berontak mencoba melarikan diri.
Tapi sekeras apapun usaha yang dilakukan gadis itu tetap saja percuma, dirinya hanya seorang wanita melawan lima berandalan tentu saja membuatnya kalah, seperti menggali kubur sendiri.
Mencoba mengumpulkan sisa-sisa tenaga gadis itu berteriak untuk meminta pertolongan, dalam hati dirinya berdoa semoga saja tuhan kirimkan malaikat untuk menolongnya atau ada orang yang mungkin saja kebetulan lewat sana dan meminta bantuan penduduk setempat.
"Tolong, jangan sakiti aku! Aku mohon ...." lirih gadis tersebut di tengah rasa sakitnya tapi sepertinya orang-orang yang ada didepannya memang tidak peduli akan permohonan gadis itu.
Kelima berandal itu merasa geram atas penolakan yang terus saja gadis itu layangkan, hingga satu diantara mereka kembali melayangkan tamparan di pipi gadis itu yang bahkan sudah terlihat lebam membiru.
Gadis itu hanya bisa menangis dalam hati, menjerit meminta tolong juga maaf pada orang-orang terdekatnya.
'Haruskah aku berakhir dengan cara tragis seperti ini tuhan, bahkan aku belum sempat meminta tolong pada Kakak, belum sempat meminta maaf pada Mama juga Papa atas sikapku yang selalu membuat mereka kesal bahkan marah, jika aku harus berakhir dengan lima manusia laknat ini lebih baik aku mati, aku tidak akan sanggup lagi menjalani hidup.' batin gadis tersebut sebelum kemudian dirinya kembali menjerit meminta tolong.
"Tolooonnggg ... siapapun disana tolong aku, tolooonngg ...." Hadiah tamparan selalu dirinya dapatkan saat dia meminta bantuan. Badannya sudah kebas sejak tadi terus mendapatkan kekerasan dari kelima pemuda tersebut. Salah satu diantara mereka mencoba menarik paksa gadis tersebut untuk terlentang sambil sedikit menindihnya, mencengkram pipi lebam hasil karya dirinya juga empat temannya yang lain.
Mereka mencoba memaksa gadis tersebut memuaskan nafsu gila mereka, pemuda yang menekan pipinya secara brutal mencoba menciumnya secara paksa. Namun sebelum semua keinginan pemuda berandal tersebut terlaksana sebuah tendangan mendarat mulus di punggung sang pemuda menyebabkan cengkraman tangannya dari gadis itu terlepas.
Kelima berandal itu murka mihat ada orang yang mencoba menyelamatkan mangsa mereka.
"Siapa kau berani-beraninya mengganggu acara kami, hah?" hardiknya sambil berkacak pinggang dan meludah dengan pongahnya diiringi tawa teman-temannya.
"Cih, sampah masyarakat seperti kalian tidak pantas berkeliaran bebas seperti sekarang." Nada yang terdengar santai juga meremehkan keluar dari mulut pemuda yang tadi menendang punggung salah satu dari kelima kawanan tersebut.
"Apa kau bilang? Jangan kurang ajar!" jawab yang lain merasa terhina disebut sebagai sampah masyarakat. Tanpa banyak berkata lagi kelima berandal tersebut menyerang orang yang baru saja menghina mereka.
Si pemuda dibantu rekannya membalas serangan mereka dengan santai, berandalan tadi tumbang satu persatu karena efek mabuk berat dan juga pukulan yang dilayangkan sosok pemuda yang belum diketahui namanya.
Melihat lawannya sudah tumbang tidak berdaya dirinya menghubungi pihak berwajib, selang tiga puluh menit kelima berandal tadi diringkus aparat keamanan setempat.
Setelah polisi pergi membawa para berandal tadi, si pemuda menghampiri gadis yang masih meringkuk juga gemetar ketakutan, saat tangannya menyentuh tangan si gadis untuk diajak kerumah sakit terdekat dirinya malah mendapati gadis itu berteriak histeris menutup mata juga telinga sambil terus meminta tolong.
"Tolong jangan sakiti saya, tolooonnggg siapapun disana tolong saya!" teriaknya sambil menangis.
"Hei Nona, aku bukan orang jahat. Aku berniat menolongmu, para penjahat tadi sudah pergi sekarang kau aman," ujar si pemuda mencoba menenangkan, perlahan wajah gadis itu mendongak melihat wajah penolongnya. Mata mereka bertemu sedikit lama mata coklat gadis tersebut menatap bola mata hitam milik orang yang sudah menolongnya itu sebelum akhirnya si gadis terkulai lemas tak sadarkan diri.
"Erick, kita bawa dia ke rumah sakit terdekat dari sini," ajaknya sambil menggendong tubuh mengenaskan gadis tersebut terdapat lebam di mana-mana, sudut bibir pecah dan juga beberapa luka goresan.
'Sungguh biadab mereka, memukuli wanita hingga babak belur seperti ini,' gumam pria tersebut membopong tubuh tak berdaya si gadis sambil terus melangkah mendekati mobilnya.
"Kau kenal dia Jack?" tanya rekannya sambil melajukan kendaraan roda empatnya menuju jalan besar untuk mencapai rumah sakit. "Aku tidak tahu, dan aku juga tidak mengenal wanita ini. Tapi beruntung kita tadi lewat sana dan mendengar teriakannya, jika tidak entah bagaimana nasib wanita ini sekarang. Mungkin dia sudah jadi korban pelecehan kelima berandal tadi," tutur pemuda yang disapa Jack tadi.
Setelah menempuh perjalanan tiga puluh lima menit mereka sampai di rumah sakit, Erick turun membukakan pintu mobil untuk Jack yang menggendong gadis naas tersebut.
Selepas semuanya selesai Jack dan Erick pergi karena masih ada urusan. Mereka menyerahkan kelanjutan kabar gadis tersebut pada pihak rumah sakit dan juga kepolisian.
***
Ella baru saja tiba di kamarnya bertepatan dengan ponselnya yang berdering, kabar yang disampaikan oleh polisi sontak saja membuat Ella shock.
"Apaaa ... dimana keponakan saya sekarang Pak?" teriak Ella saat dirinya dihubungi pihak kepolisian mengenai kondisi keponakannya.
Tanpa menunggu lama Ella segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi mengabaikan peraturan lalu lintas, difikirkan Ella saat ini adalah keponakannya yang sudah dia anggap seperti putri sendiri. Entah bagaimana nanti Ella menjelaskan keadaan Jesica keponakan tersayangnya pada orang tua gadis tersebut.
Sampai di pelataran rumah sakit dirinya berlari ke bagian informasi mencari tahu tempat Jesica dirawat. Setelah mendapatkan informasi Ella bergegas menuju kamar inap Jesica.
Ella membuka pintu perlahan, tidak ingin jika istirahat keponakannya terganggu. Ella berjalan mendekati tubuh Jesica yang terlihat babak belur, bulir bening jatuh di kelopak matanya melihat keadaan Jesica yang terbilang mengenaskan.
Mengusap kasar air matanya Ella duduk di tepi ranjang Jesica, mengelus setiap lebam yang ada di wajah cantik keponakannya. Memandang goresan luka di beberapa bagian, dirinya sungguh pilu jika membayangkan hal buruk apa yang sudah menimpa Jesica hingga bisa seperti itu.
Dirinya memutuskan untuk menghubungi orang tua Jesica, biar bagaimanapun Ella tidak ingin kakaknya yang berada di Indonesia sampai mengetahui kabar ini dari orang lain.
Panggilan terhubung namun tidak diangkat, Ella berdecak kesal pada kakaknya yang sulit dihubungi saat genting seperti sekarang.
'Kakak kemana? Kenapa dia tidak mengangkat teleponku?' gumam Ella, jika di hitung waktu saat ini di Indonesia pasti tengah hari mengingat perbedaan waktu yang cukup jauh antara Amerika dan Indonesia.
Panggilan dijawab setelah tiga kali percobaan. Ella menggigit bibirnya gugup, bingung harus darimana dirinya mulai bercerita karena Ella sendiri tidak tahu detail kejadiannya.
"Kak, bisa nanti sore dari sana berangkat kesini? Atau besok saja jika Kakak sibuk." tuturnya mengawali percakapan. "Ada apa Ella? Apa terjadi sesuatu dengan putriku?" tanya kakaknya merasa penasaran, tidak biasanya Ella menghubungi bahkan saat tengah malam waktu Amerika.
Ella menghela nafas panjang sebelum kemudian berucap, "aku tidak bisa menjelaskannya ditelepon, lebih baik Kakak juga Kakak ipar kesini untuk lebih jelasnya," ujar Ella yang memang bingung dengan keadaan Jesica.
Setelah panggilan berakhir, Ella menjatuhkan tubuhnya diatas sofa yang tersedia di ruangan tersebut. Namun baru saja Ella memejamkan mata dirinya dikejutkan oleh suara teriakan Jesica.
"Tidaaakkk ... tidaaakkk ... tidaaakkk ... aku mohon jangan! Jangan lakukan itu ... jangaaan!" Jesica berteriak histeris sambil menarik rambutnya. Ella yang panik memncet tombol merah disisi ranjang Jesica, tak berapa lama dokter pun datang menyuntikkan obat penenang setelah memeriksa keadaan Jesica.
Dokter tersebut terlihat menghela nafas berat sebelum berucap pada Ella selaku wali dari pasien. "Saya rasa Nona mengalami trauma parah akibat kejadian yang baru saja dia alami."
"Memangnya apa yang terjadi dokter? Saya belum tahu informasi apapun." Ella mengorek informasi dari dokter yang menangani Jesica.
"Saya dengar dari orang yang mengantar Nona tadi ke rumah sakit, jika tadi Nona mengalami pelecehan nyaris saja jadi korban jika tidak ada orang yang menolongnya," tutur sang dokter membuat Ella menutup mulutnya menggunakan kedua tangan, dia benar-benar terkejut mengetahui apa yang sudah terjadi pada keponakannya hingga gadis itu bisa masuk rumah sakit.
"Lalu apa yang harus kita lakukan dokter?"
"Untuk saat ini biarkan Nona beristirahat, nanti kita bisa melihat lebih lanjut tindakan apa yang harus kita ambil," ujar dokter muda tersebut sebelum kemudian keluar meninggalkan Ella yang sudah berderai air mata.