Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Blurb
"Michelle, apa kau tak bosan menjadi wanita nakal seperti itu? Kapan kau akan berhenti melakukan hal-hal bodoh?"
"Bukan urusanmu."
"Dasar wanita jalang!"
"Diam!" wanita itu berteriak. "Jika kau tak tahu apa-apa, maka lebih baik tutup mulutmu dan jangan ikut campur urusan orang lain!"
...
Prolog
...
Keadaan rumah itu begitu mencekam.
Seorang wanita datang dengan penuh ketakutan. Wajahnya memerah dan badannya penuh luka lebam. Dia meringis kesakitan sekaligus bersyukur karena kaki lemahnya masih bisa lari dari kejadian itu.
Tatkala masuk ke dalam rumah, wanita itu terkejut karena kondisi rumah begitu berantakan. Figura foto berjatuhan, puluhan gelas pecah dan barang-barang sudah tak berada dalam posisinya.
Dia mengunci pintu rapat-rapat. Seberusaha mungkin jendela dia tutup meski kondisi rumahnya sudah hancur.
Dengan merangkak, wanita itu perlahan memanggil-manggil nama seseorang yang berada di dalam rumah itu. Kamar demi kamar dia singgahi, berharap seseorang itu ada dan baik-baik saja.
Matanya tak bisa menahan tangis saat melihat kondisi rumahnya begitu hancur dan tak menyisakan satu barang yang masih bagus. Hatinya begitu takut dan selalu berharap bahwa seseorang di dalam sini masih bisa menyaut panggilannya.
Tangannya gemetar. Beberapa saat dia baru sadar bahwa kakinya berdarah karena terkena gesekan pecahan kaca. Wanita itu sudah tak mampu berdiri tegak. Lututnya begitu lemas dan sakit sekali karena pukulan dari orang-orang jahat tadi.
Meski seperti itu, dia masih tetap bersyukur karena bisa keluar dan kabur dari tempat yang sangat keji itu. Ada sedikit harapan untuk hidup dan kembali bersama dengan orang yang dia cintai.
Sementara itu, rumahnya sangat gelap. Hanya cahaya remang-remang dari lampu luar yang mampu menyinari sedikit isi rumah itu. Beberapa kali wanita itu meraba-raba barang yang ada di depannya dan berusaha mengingat benda apa yang dia pegang. Semua sudah tak berbentuk dan hancur tak karuan.
Dia tak tahu bagaimana cara para penjahat itu menghancurkan seluruh isi rumahnya.
"Matt?" wanita itu masih memanggil dengan sisa-sisa kekuatan yang dia miliki. Rumah berlantai dua itu, cukup membuat dia kesulitan mencari suaminya.
Tapi dengan segala rasa cinta dan khawatir yang begitu besar, dia berusaha mencari sang suami dengan apa pun itu caranya.
Lantai dua sedang ia tapaki. Rasa perih karena luka di sekujur tubuhnya tak membuat wanita itu menyerah. Pintu yang sudah terbuka semuanya ia masuki satu persatu, berharap orang yang dia cari ada di salah satu ruangan itu.
"Chelle...." suara lirih yang ia dengar di ujung ruangan mampu membuat wanita itu tersentak kaget. Seperti ada energi baru yang tiba-tiba muncul, dia berusaha merangkak dengan cepat sambil terus memanggil-manggil namanya.