Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta dan Gairah 21+

Cinta dan Gairah 21+

irbapiko

5.0
Komentar
24.5K
Penayangan
40
Bab

Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!

Bab 1 Cinta Terlarang Bersama Majikan

Tati memandang sekeliling ruangan yang luas dengan rasa takjub. Ia masih sulit mempercayai bahwa hari ini adalah hari pertamanya bekerja di rumah mewah milik keluarga Bara dan Dina. Sebagai seorang pembantu usia 35 tahun yang baru saja kehilangan suami, pekerjaan ini menjadi penyelamat baginya. Dengan satu anak perempuan yang tinggal bersama sang nenek di kampung, Tati harus berjuang keras untuk memberikan kehidupan yang layak bagi buah hatinya.

"Sini, Tati. Aku perkenalkan padamu, ini Bara, suamiku," ujar Dina dengan senyum ramahnya.

Tati menundukkan kepala dan memberikan salam sopan. "Senang bertemu, Pak Bara," ucapnya pelan.

Bara tersenyum ramah. "Senang juga bertemu denganmu, Tati. Selamat datang di rumah kami. Semoga kamu bisa bekerja sama dengan baik."

Tati hanya mengangguk. Hatinya berdebar-debar saat Bara memandangnya dengan sorot mata tajam. Entah kenapa, Tati merasa ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan itu. Sesuatu yang membuat hatinya berdesir.

Hari-hari berikutnya, Tati menjalani rutinitasnya dengan penuh dedikasi. Ia membersihkan rumah, menyiapkan makanan, dan melakukan semua tugas rumah tangga dengan cermat. Setiap kali ia melihat Bara, hatinya berdegup lebih cepat. Begitu juga dengan Bara, yang kerap diam-diam memandang Tati dengan penuh kekaguman.

Suatu sore, ketika Dina sedang sibuk mengurus bisnisnya, Bara menyelinap masuk ke dapur tempat Tati sedang memasak. Mereka berdua terdiam sejenak, hingga akhirnya Bara memecah keheningan.

"Tati, aku ingin minta tolong padamu," ujarnya dengan suara lembut.

Tati menoleh, terkejut melihat Bara begitu dekat. "Apa yang bisa saya bantu, Pak Bara?"

Bara tersenyum. "Cukup panggil aku Bara, Tati. Tak perlu formalitas seperti itu di antara kita."

Tati mengangguk, merasa hatinya berbunga-bunga. "Baik, Pak... ehm, Bara. Ada apa?"

Bara menatap Tati dengan penuh keinginan. "Apakah kamu bisa membantuku memilih kain untuk sofa di ruang tamu? Aku tahu kamu memiliki selera yang bagus."

Tati setuju dengan senyum malu-malu. Mereka berdua pun duduk bersama di ruang tengah, memilih kain yang sesuai. Percakapan ringan pun mengalir, dan Tati semakin merasa nyaman di dekat Bara. Mereka tertawa bersama, menikmati waktu tanpa disadari bahwa keintiman yang mereka rasakan adalah cinta terlarang.

Sementara itu, Dina semakin sibuk dengan bisnisnya. Bara merasa kekosongan dalam rumah tangganya. Meskipun ia memiliki istri dan dua anak, tapi kehadiran Tati membuatnya merasa hidupnya semakin berwarna. Begitu juga dengan Tati, yang mulai terus merasa tergoda oleh pesona dan perhatian Bara.

***

Matahari baru saja terbit di ufuk timur ketika Tati keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai sehelai handuk yang melingkari tubuhnya. Dalam hati, ia merasa gugup namun juga percaya diri. Ia tahu Bara sering memandangnya dengan penuh nafsu, dan kali ini, Tati ingin memancingnya lebih jauh.

Di ruang makan, Bara duduk dengan sibuk membaca koran sambil menunggu sarapan. Tati sengaja melewati ruang makan dengan gerakan gemulai dari tubuh montoknya. Sehelai handuk yang menutupi tubuhnya seakan menjadi pemandangan yang tak bisa diabaikan. Bara menoleh, matanya memperhatikan setiap lekuk tubuh indah milik Tati tersebut.

"Tati, sarapan sudah hampir siap?" tanya Bara, mencoba menahan gejolak nafsunya sambil matanya melotot menatap tubuh montok sang pembantu belum lagi aroma wangi tubuh Tati yang baru saja selesai mandi membuat Bara makin terangsang jadinya.

Tati tersenyum manis. "Iya, Pak Bara. Saya akan segera menyiapkannya untuk Anda."

Bara menyibukkan diri dengan koran, berusaha mengalihkan pikirannya dari daya tarik tubuh molek Tati. Namun, tak bisa dipungkiri, nafsu dalam dirinya semakin sulit untuk ditekan.

Seiring berjalannya waktu, Tati semakin berani dalam permainannya. Setiap kesempatan, ia menyajikan tubuh dirinya dengan penuh intrik sehingga membuat Bara semakin terangsang. Mula-mula hanya dengan handuk, namun kemudian Tati bahkan berani berjalan di depan Bara dengan pakaian ketat yang semakin menggoda. Bara terus berusaha menahan diri, namun api nafsunya semakin membara.

Suatu hari, ketika Dina sedang pergi untuk bisnis yang cukup lama, Bara dan Tati berdua di rumah. Keadaan itu semakin memperbesar tekanan dalam diri Bara. Ia tak tahan lagi. Sesaat setelah Tati keluar dari kamar mandi, Bara menghampirinya dengan langkah mantap.

"Tati," desis Bara pelan di telinga Tati.

Tati terkejut dan menoleh. "Pak Bara, apa yang-"

Sebelum Tati sempat menyelesaikan kalimatnya, Bara telah mendekati Tati dengan langkah mantap, meraih pinggangnya dan mengecup bibir Tati dengan penuh gairah. Tati merespon dengan cumbuan yang sama bernafsu. Mereka terlibat dalam keintiman yang tak terkendali, membiarkan diri mereka tenggelam dalam kenikmatan yang saling mereka berikan.

"Tati," desis Bara di antara hembusan nafas.

Tati memandang Bara dengan mata yang dipenuhi oleh hasrat birahi. "Teruslah," bisiknya.

Tati terus menatap Bara dengan sorot mata penuh gairah. "Mari masuk ke kamarku," ajaknya, mengundang Bara untuk melanjutkan permainan gelap mereka. Bara pun digandeng oleh Tati menuju kamar Tati untuk mereka menuntaskan hasrat mereka yang telah tertahan beberapa hari belakangan.

Dalam kamar yang dipenuhi oleh gairah membara, Tati dan Bara terus melanjutkan pertemuan terlarang mereka. Setiap sentuhan dan belaian menjadi ekspresi dari hasrat yang selama ini terpendam.

Sesampainya di kamar Tati, keduanya pun perlahan melepas pakaian mereka satu sama lain, membiarkan hasrat mereka memimpin.

“Owhh...montok dan menggairahkan sekali tubuhmu, Tati!” ujar Bara sambil melotot matanya dan jakunnya bergerak turun naek menatap tubuh telanjang sang pembantu. Sementara Tati terperangah menatap tubuh tegap telanjang sang majikan dengan kontol tegangnya yang ngaceng dihadapannya.

“Wahhh...gede banget anumu Bara!” teriakan kecil tertahan tati sambil menutup mulutnya namun tak bisa lepas pandangannya menatap senjata andalan milik para pria dewasa itu.

Mereka pun langsung saling berpelukan dan berciuman dengan nafsu membara dan suara kecupan bibir mereka mulai menghiasi suasana kamar Tati saat itu.

“Ehmmpphh..Cuppp..Cuppp..Ehmmphh..Cupppp!” bibir keduanya saling melumat sedangkan kedua tangan mereka saling meraba tubuh telanjang lawan bercinta mereka. Jemari tangan Bara tak sabar meremas kedua bongkahan pantat milik Tati.

Sementara Tati meraba punggung sang majikan dan salah satu tangannya meraih batang kontol ngaceng Bara dengan meremas dan mengelus-elusnya sehingga keduanya saling merasakan nikmat dengan saling mencumbu seperti itu.

“Eshh...ahh.....ohhhh...ahhhh...ehmpphh...ahhhhh!” mulut keduanya terus saling mendesah dan melenguh. Tak berapa lama kemudian Bara pun telah merebahkan tubuh telanjang Tati di atas kasur.

“Brughhh..Ehmmphhh..Ceppp..Cuppp..ahhhh!” saat tubuh bugil Tati terhenyak ke kasur, bibir Bara langsung kembali melumat bibir Tati dan sang pembantu meresponnya dengan gairah yang setara dengan kedua tangan Tati meraba punggung dan pinggang milik sang majikan ganteng itu.

“Ehmmpphh..Cuppp..Cuppp..Ehmmphh..Cupppp..ohhh..eahh...!” suara desahan dari bibir Tati membuat Bara makin menggila mencumbu tubuh montok Tati.

Ciuman bibir Bara pun kini turun ke leher berjenjang sang pembantu.

“Ceppp..Ceppp..Cuppp..Ehmmphh...!”

“Eshh....ahhh...Baraaa...Ahhhh..ahhhhh!” bibir Tati terus mendesah sambil terus memeluk pundak dan leher Bara yang sedang sibuk menjamah lehernya itu.

Cumbuan Bara pun kini perlahan bergeser ke bawah menuju area buah dada ranum milik Tati.

“Slerrppp..Slurppp..Ceppp..Ehmmphhh...Cuppp...Ahhhh!” lidah dan mulut Bara semakin liar mencium area dua bukit kembar itu dan mengulum pentil buah dada montok milik Tati.

“Eshhh..ahh..ohhh..ahhhh..Baraa..ahhhh...eshh...ahhhhh!” Tati semakin belingsatan merasakan cumbuan panas dari bibir dan lidah sang majikan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh irbapiko

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku