Novel ini bercerita tentang kehidupan Rubi, berusia baru 30 tahun, seorang pengusaha muda yang sukses karena memiliki beberapa pabrik smartphone yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Parasnya cukup menawan dan hartanya berlimpah namun tidak demikian dengan kehidupan rumah tangganya yang berantakan setelah Rubi dijodohkan oleh kedua orang tuanya agar mau menikah dengan Candy yang merupakan anak dari sahabat papanya Rubi. Ternyata sang istri yaitu Candy ketahuan selingkuh dengan bawahan Rubi di kantornya yaitu Jeff. Padahal Jeff selama ini adalah orang kepercayaan Rubi di perusahaannya di kantor pusat di Jakarta. Setelah berhasil menggerebek sang istri ketika berselingkuh dengan Jeff di sebuah Hotel. Rubi pun menjebloskan sang istri dan selingkuhannya tersebut ke penjara dengan tuduhan penggelapan pajak dan perzinahan. Rubi pun mencoba menenangkan dirinya untuk berlibur di kampung teman semasa kuliahnya dulu yaitu Sam. Di sanalah Rubi secara dikenalkan oleh Sam sahabatnya dengan seorang gadis cantik dan polos berusia 24 tahun yang sebenarnya seorang janda tapi telah dicerai dan ditinggalkan sang suami begitu saja. Ketika Rubi mulai yakin dengan pilihannya itu untuk menikahi Dara, teryata kedua ortu Rubi tak begitu saja untuk menyetujuinya dan masih mencoba memaksakan agar Rubi mencari istri pengganti Candy dari kalangan keluarga yang berada. Masalah tidak berhenti disitu, di sisi lain ternyata setelah di dalam penjara, baik Candy maupun Jeff masih terus menaruh dendam kepada Rubi sehingga segala daya dan upaya mereka lakukan untuk membalaskan dendam mereka kepada Rubi. Bagaimana kisah selengkapnya? Mari kita ikuti tiap episodenya hingga akhir!
Suasana di dalam rumah itu begitu berat. Rubi memasuki pintu dengan langkah lelah, mencoba melepaskan diri dari kepenatan hari kerja yang padat. Wajahnya tampak letih, namun matanya masih mencari sosok Candy, istrinya, yang seharusnya menyambut kedatangannya dengan hangat.
"Candy," panggil Rubi dengan suara lembut, mencari kehadiran sang istri. Namun, tidak ada jawaban. Ia melanjutkan langkahnya menuju ruang makan, harapannya semakin menipis ketika melihat bahwa meja makan kosong, tanpa tanda-tanda persiapan makan malam.
Tubuhnya merasa lapar dan lelah, dan satu-satunya hal yang ia inginkan adalah makan malam yang hangat dan istirahat yang layak. Namun, dengan hati yang semakin berat, ia menghela nafas dan berjalan menuju dapur, di mana Candy sedang sibuk dengan ponselnya.
"Candy, apa kamu sudah makan?" tanya Rubi dengan nada rendah, berusaha menahan rasa kekecewaan.
Candy mengangkat pandangannya sebentar, hanya memberikan pandangan singkat sebelum kembali terfokus pada layar ponselnya. "Aku sudah makan di luar tadi sore," jawabnya singkat.
Rasa kecewa semakin dalam dalam hati Rubi. Selama ini, ia berjuang keras untuk memberikan segala yang terbaik bagi Candy. Ia membangun karier dan bisnisnya dengan tekad yang kuat, berharap dapat memberikan istri yang bahagia dan terjamin. Namun, sekarang, saat ia merasa lapar dan letih, Candy sepertinya tak lagi mempedulikannya.
"Candy, aku juga lelah. Aku hanya ingin makan malam bersama," ujar Rubi dengan suara rendah, mencoba menyampaikan perasaannya tanpa harus mengeluarkan emosi.
Namun, reaksi Candy masih sama dinginnya. Ia mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. "Maaf, Rubi. Aku punya rencana lain malam ini. Kamu tahu sendiri betapa sibuknya aku," kata Candy, seolah menempatkan kesibukannya di atas segalanya.
Rubi merasa seolah dihantam oleh gelombang kekecewaan. Ia merenung sejenak, mengingat semua usaha dan perhatian yang telah ia berikan kepada Candy. Namun, rasanya seperti segalanya tidak cukup.
"Apakah kamu mengerti betapa kerasnya aku bekerja untuk menjaga semuanya? Semua ini... ini juga untuk kita," ujar Rubi dengan nada penuh keputusasaan.
Candy mendongak sejenak, matanya menatap Rubi sebentar sebelum kembali tenggelam dalam layar ponselnya. "Aku tahu kamu berusaha, Rubi. Tapi kamu juga tahu betapa pentingnya pekerjaanku. Aku harus tetap fokus," sahutnya tanpa rasa bersalah.
Rasa sakit dan kekecewaan begitu mendalam dalam hati Rubi. Ia merasa seperti usahanya diabaikan, dan bahwa kebahagiaannya tidak lagi menjadi prioritas bagi Candy. Di saat itu, Rubi merasa bahwa jarak antara mereka semakin melebar, dan bahwa pernikahan mereka yang didasari oleh kepentingan semakin terasa hampa.
Rubi, sosok pengusaha tampan berusia 30 tahun, memiliki karier cemerlang yang mengejutkan banyak orang. Pabrik-pabrik ponsel yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia menjadi bukti nyata keberhasilannya. Namun, di balik keberhasilan bisnis yang mengagumkan, tersembunyi kisah yang lebih rumit, sebuah kisah tentang pernikahan yang tak seharmonis penampilannya.
Pernikahan Rubi (30 tahun) dengan Candy (25 tahun) adalah hasil dari perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka. Dua keluarga yang terikat oleh persahabatan dan ambisi bersama, merencanakan persatuan ini tanpa menghiraukan perasaan mereka. Ketika Rubi dan Candy dipersatukan dalam ikatan suci tersebut, tidak ada cinta yang menyala di antara mereka. Ini adalah pernikahan yang muncul dari kepentingan dan ambisi orang tua, bukan dari panggilan hati dan kecintaan.
Rubi, seorang pengusaha muda yang mempesona, menapaki jalannya dengan keyakinan dan karisma. Kekayaan dan prestise mengelilingi dirinya, tetapi di balik citra ini, ketidakcocokan dan kekosongan merajalela dalam kehidupan pernikahannya. Pertemuan mereka bukanlah hasil dari cinta yang tumbuh alami, melainkan pengaruh kuat dari kedua keluarga yang bersatu untuk tujuan ambisi pribadi kedua orang tua yang lebih besar daripada kebahagiaan pribadi.
Esok harinya suasana di rumah Rubi terasa semakin tegang. Meskipun matahari sudah mulai menerangi langit, namun kehangatan yang seharusnya ada di antara pasangan suami istri itu seperti menguap begitu saja. Rubi duduk di sudut ruang tamu, wajahnya terlihat lelah dan penuh ketidakpuasan.
"Candy, apa yang sebenarnya terjadi dengan kita?" tanya Rubi dengan suara lembut, mencoba mencari jawaban atas pergolakan di dalam hatinya.
Candy mengangkat bahunya acuh tak acuh, matanya masih terpaku pada ponselnya. "Mungkin kita hanya sedang menghadapi masalah yang biasa terjadi dalam pernikahan," jawabnya dengan dingin.
"Masalah biasa? Ini lebih dari itu, Candy. Kita seharusnya bisa berbicara tentang ini, mencari solusi bersama," sahut Rubi dengan nada penegasan.
Candy menggelengkan kepala, masih enggan untuk melibatkan diri dalam percakapan serius. "Aku punya banyak pekerjaan, Rubi. Aku tidak punya waktu untuk masalah ini."
Rubi merasa semakin frustrasi. Ia merasa seperti berbicara kepada tembok batu yang tidak dapat memahami perasaannya. "Candy, pernikahan bukanlah tentang satu orang saja. Kita harus saling mendukung dan memahami satu sama lain."
Candy akhirnya menoleh, tetapi ekspresi wajahnya tetap dingin. "Rubi, aku tidak ingin membahas ini sekarang. Aku memiliki tanggung jawab yang lebih penting dari sekadar masalah rumah tangga."
Kata-kata itu menusuk hati Rubi seperti pisau. Ia merasa terluka dan tidak dihargai. Begitu banyak usaha yang ia curahkan, begitu banyak waktu yang ia korbankan untuk mencoba menjaga keharmonisan pernikahan mereka. Namun, Candy tampaknya mengabaikan semuanya.
"Dengarlah, Candy. Aku mencoba keras untuk membuat segalanya baik-baik saja, untuk menjaga kebahagiaan kita. Tapi aku juga butuh dukunganmu, aku butuhmu di sini bersamaku," ujar Rubi dengan nada yang penuh perasaan.
Candy menatap Rubi, tatapannya agak tergugah dari keterpurukan sebelumnya. Namun, masih ada ketidakberdayaan dalam matanya. "Rubi, aku tahu kamu mencoba. Tapi aku juga punya impian dan tujuan pribadi. Aku butuh kebebasan untuk mencapainya."
Rubi merasakan kebingungan dan keputusasaan yang semakin mendalam. Ia mencoba keras untuk memahami Candy, tetapi perasaannya juga terlalu kuat untuk diabaikan. Ia merasa seperti di persimpangan jalan, di mana pilihannya adalah antara mengorbankan perasaannya sendiri atau merusak harapan dan ambisi Candy.
Dalam diam, pertengkaran mereka terus berlanjut. Tidak ada kata-kata yang bisa memperbaiki kebuntuan ini, tidak ada cara untuk mengatasi kesenjangan yang semakin lebar di antara mereka. Mereka terjebak dalam lingkaran konflik yang tak kunjung usai, sebuah pertarungan antara cinta, tanggung jawab, dan ambisi.
Rasa sakit semakin mendalam dalam hati Rubi. Ia menyadari bahwa pernikahan mereka, yang awalnya didasari oleh kepentingan dan ambisi, kini semakin terperangkap dalam labirin pertentangan dan kebingungan. Dan sementara pabrik-pabrik ponselnya terus beroperasi, di dalam dinding rumah mereka, kehampaan semakin meluas. Rubi merasa bahwa kehidupan rumah tangganya semakin hari semakin terasa hambar dan sangat tak menarik baik bagi dirinya sebagai suami maupun Candy seagai istri. Semua ini memang berasal dari ketiadaan rasa cinta diantara mereka berdua sebagai sebuah pasangan suami istri.
Bab 1 NCS Bab 1
04/03/2024
Bab 2 NCS Bab 2
04/03/2024
Bab 3 NCS Bab 3
04/03/2024
Bab 4 NCS Bab 4
04/03/2024
Bab 5 NCS Bab 5
04/03/2024
Bab 6 NCS Bab 6
04/03/2024
Bab 7 NCS Bab 7
04/03/2024
Bab 8 NCS Bab 8
04/03/2024
Bab 9 NCS Bab 9
04/03/2024
Bab 10 NCS Bab 10
04/03/2024
Bab 11 NCS Bab 11
04/03/2024
Bab 12 NCS Bab 12
04/03/2024
Bab 13 NCS Bab 13
04/03/2024
Bab 14 NCS Bab 14
04/03/2024
Bab 15 NCS Bab 15
04/03/2024
Bab 16 NCS Bab 16
04/03/2024
Bab 17 NCS Bab 17
04/03/2024
Bab 18 NCS Bab 18
04/03/2024
Bab 19 NCS Bab 19
04/03/2024
Bab 20 NCS Bab 20
04/03/2024
Bab 21 NCS Bab 21
15/03/2024
Bab 22 NCS Bab 22
16/03/2024
Bab 23 NCS Bab 23
17/03/2024
Bab 24 NCS Bab 24
18/03/2024
Bab 25 NCS Bab 25
19/03/2024
Bab 26 NCS Bab 26
21/03/2024
Bab 27 NCS Bab 27
06/04/2024
Bab 28 NCS Bab 28
08/04/2024
Bab 29 NCS Bab 29
09/04/2024
Bab 30 NCS Bab 30
10/04/2024
Bab 31 NCS Bab 31
11/04/2024
Bab 32 NCS Bab 32
12/04/2024
Buku lain oleh irbapiko
Selebihnya