Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
82
Penayangan
6
Bab

Sebuah cerita fiktif belaka yang terinspirasi dari berkembangnya zaman. Di tahun 2090, di suatu negara sudah terjadi kekacauan, orang-orang kaya berlomba-lomba untuk bisa menguasai negara. Berakibatkan orang-orang di negara tersebut hidup dengan tanpa aturan, pembunuhan, pemerkosaan dan beberapa perilaku yang kurang ajar sudah dianggap hal wajar. Di balik keserakahan dunia, ada asmara seorang pemuda. Dia bernama Raka. Kehidupanya selalu sengsara, mulai dari kecil hidupnya sudah jauh dari orang tua, ketika dewasa dia dililit hutang yang beratusan juta, bahkan tentang persoalan cintanya yang begitu sulit untuk dia raih. Dan di suatu saat, dia bekerja di suatu tempat yang mana tempat tersebut adalah markas dari musuh negara. Selama Raka bekerja di situ, bosnya pun merubah Raka menjadi seorang super. Kehidupanya pun diambang oleh kekayaan atau membela negara, terutama juga meraih cinta sejatinya.

Bab 1 Wolfman

Di suatu negara sudah terjadi kekacauan, orang-orang kaya berlomba-lomba untuk bisa menguasai negara. Berakibatkan orang-orang di negara tersebut hidup dengan tanpa aturan, pembunuhan, pemerkosaan dan beberapa perilaku yang kurang ajar sudah dianggap hal wajar.

Beberapa kota sudah ada yang dikuasai oleh perorangan. Negara sudah tidak bisa membendung keserakahan mereka, karena negara sudah kalah kekuatan dengan mereka. Pasokan mereka lebih kuat dan banyak daripada pasokan negara tersebut.

Banyak dari mereka mengeluarkan biaya besar demi untuk mendatangkan seorang profesor ternama. Mereka ingin memperkuat diri sendiri, membuat penemuan makhluk yang kuat, hanya untuk bisa menguasai kota-kota.

Cerita dimulai dari sebuah kota yang besar, kota tersebut pokok utama dari negara. Seandainya kota tersebut sudah dikuasai oleh orang serakah, maka negara akan dikuasai oleh orang-orang jahat. Di kota tersebut keamanan sangatlah dipentingkan dari pada kota-kota yang lain, karena kota tersebut terdapat batu mutiara, yang mana apabila batu mutiara tersebut dimiliki oleh orang jahat, maka negara akan dikuasi mereka.

Kota tersebut masih aman dalam kekuasaan negara. Banyak alat-alat perang canggih yang disediakan oleh presiden demi kelangsungan keamanan kota tersebut. Tentara spesial berbentuk manusia atau robot, selalu berjaga 24 jam nonstop di tempat yang menyimpan mutiara tersebut. Akan tetapi banyak ancaman menyerang pertahanan kota. Bertubi-tubi serangan musuh menyerang tempat penyimpanan batu mutiara tersebut.

***

Di malam hari yang begitu sunyi, mobil-mobil modern sudah sepi berlalu-lalang. Seorang pemuda dengan badan berotot akan tetapi tidak terlalu besar, berjalan sendirian di pinggir jalan. Dengan santainya ia berjalan, kedua tangan ia simpan di kedua saku celananya, kaleng minuman yang berada di depanya ia tendang-tendang perlahan. Sungguh ia nikmati perjalanan malamnya.

"Tolong, tolong!" Suara perempuan terdengar agak jauh.

"Diam, diam, saya bunuh nanti." Susul ancaman dari seseorang lelaki.

Pemuda itu segera menghentikan langkahnya. Kedua matanya bergerak-gerak mengamati asal suara tersebut. Kedua telinganya pula ikut berperan membantu menemukan asal suara tersebut. Suara tersebut berasal dari gang yang ada di depanya. Perlahan ia melangkah untuk melihat apa yang terjadi, ia mengendap-endap di depan toko roti yang sudah tutup.

Sedikit demi sedikit nampak pemandangan seseorang perempuan dan beberapa kawanan lelaki yang mengelilingi. Nampak jelas perempuan itu ketakutan. Beberapa lelaki itu membawa pisau dengan menampakan wajah yang garang

Hati pemuda itu tidak tega melihat perempuan yang sedang diancam keamananya. Ia berniat untuk menolong perempuan tersebut. Kedua tanganya ia keluarkan dari sakunya, kedua matanya ia tajamkan biar nampak sangar, dadanya ia tonjolkan biar nampak gagah.

Ketika ia baru melangkah, tiba-tiba datanglah seseorang dari atas gedung. Seseorang tersebut melompat dari atas gedung dan mendarat di antara kawanan orang-orang jahat itu. Nampak gugup segerombolan orang-orang jahat tersebut ketika orang misterius tersebut mendarat di hadapan mereka.

Seseorang yang berotot dan kekar, berpakaian serba hitam, baju yang ketat celana yang ketat dan bersepatu. Semakin terlihat menawan seseorang tersebut dengan corak bajunya berwarna putih dan bertopengkan selayak serigala.

Dialah pahlawan kota itu. Setiap ada kejahatan pastilah ada sang penolong datang, dialah Wolfman. Semua orang menghormati Wolfman, karena dia kota tersebut menjadi lebih aman dan tentram, kekuatanya sungguh tidak diragukan lagi untuk melibas orang-orang jahat yang ingin menguasai kota tersebut. Saking berterimakasihnya penduduk kota tersebut kepada Wolfman, sehingga di tengah kota dibangunkan patung Wolfman.

Semua orang di kota itu mengidolakan Wolfman, termasuknya pemuda itu. setelah datangnya Wolfman, ia pun tidak jadi menolong perempuan tersebut. Pemuda itu hanya mengamati aksi idolanya dari jauh.

"Wolfman, huhuhu, Wolfman." Pemuda itu bergembira riang bisa melihat Wolfman.

Kawanan lelaki itu segera menyerang Wolfman, dengan lincahnya Wolfman melompat ke kanan dan ke kiri untuk menghindari serangan yang bertubi-tubi. Tidak ada satu serangan pun yang mengenai Wolfman. Giliran Wolfman menyerang, dengan jurus cakaran dari Wolfman, kawanan lelaki itu dengan sekejab terkapar tidak berdaya. Memang seranganya begitu cepat bagaikan kilat menyambar, sehingga mata orang biasa tidak bisa mengamati kecepatan serangan tersebut.

Di samping pertempuran tersebut, pemuda tersebut dengan bahagianya merekam aksi idolanya bertarung. Dari pertama Wolfman beraksi, sampai wolfman melompat kembali keatas gedung selayak serigala.

Perempuan tersebut telah aman kembali, ia segera meninggalkan kawanan penjahat yang sudah terkapar.

Pemuda itu pula ikut meninggalkan tempat kejadian dengan rasa bahagia, karena ia bisa menvideo aksi idolanya. Perjalan malam pun ia lanjutkan.

***

Pemuda itu melanjutkan perjalananya. Tujuan ia adalah rumahnya. Akan tetapi sebelum ia pulang ke rumahnya, ia menyempatkan diri untuk berkunjung ke sebuah tempat. Tempat yang dianggap orang-orang adalah tempat yang kumuh dan kotor, bahkan ada yang menganggap tempat larangan bagi anak-anak untuk menuju kesitu.

Akan tetapi tempat itu, menurut pemuda itu adalah tempat yang begitu indah dan nyaman. Banyak sekali tentang pelajaran hidup, ia ambil dari tempat tersebut. Dua minggu sekali atau seminggu sekali ia sempatkan untuk berkunjung ke tempat itu. Walaupun tempat itu kotor, faktor utama ia sering berkunjung di situ karena tempat itulah, banyak anak-anak terlantar berkumpul di situ.

Pemuda tersebut sampai di tujuanya, tepatnya di suatu gang yang jarang sekali orang-orang berkunjung ke tempat tersebut.

"Dewa, dewa." Suara anak-anak ramai menyambut pemuda tersebut.

Memang pemuda tersebut di juluki oleh anak-anak terlantar di situ, dengan sebutan dewa. Sebutan tersebut bukan karena ia mempunyai kekuatan super, magic, sihir dan lainya, melainkan karena dermawanya ia. Sering sekali ia memberikan uang kepada mereka, sehingga mereka merasa ada dewa yang husus untuk mereka.

Untuk menyambut kedatangan dewa mereka, mereka dengan bahagai memeluknya berbondong-bondong.

"Tidak ada dewa, adanya Wolfman. Waaa, waa." Pemuda tersebut memperagakan gaya seolah ia adalah serigala, kedua tanganya membentuk cakar sambil mengaum-ngaum.

"Hay, Bos Dewa." Datanglah seorang lelaki dari belakang anak-anak itu.

Lelaki yang lebih tua dari pada pemuda tersebut. Dialah ketua atau pengurus anak-anak yang malang di situ.

Mereka berdua bejabat tangan dengan bergaya, saling menggempalkan kedua tangan dan saling membenturkan sama lain.

"Sudah sana, main lagi. Jangan ganggu Dewa." Kata lelaki ini kepada anak-anak.

Anak-anak segera mengikuti perintah ketuanya, mereka kembali asik bermain. Karena mereka sebagai anak terlantar, mereka tidak memikirkan kata sekolah, sehingga mereka sesuka hati bermain sampai larut malam.

Mereka berdua mencari tempat duduk yang asik untuk mereka ngobrol. Tempat duduk yang berhadapan dengan api unggun kecil mereka pilih. Ngobrol kurang afdol apabila tidak ditemani dengan hisapan rokok. Pemuda itu mengeluarkan rokok dari sakunya dan ia hisap satu batang.

"Gimana, Jon , kabar anak-anak?" Pemuda itu mengawali bincang di malam itu.

"Semuanya baik-baik saja, Ka." Jawab lelaki itu.

"Oh ya, ini gua ada uang buat anak-anak." Kata pemuda itu sambil mengeluarkan uang dari sakunya.

"Nggak usah, simpen saja buat hari-hari kamu." Lelaki itu menghelak dari pemberian pemuda itu.

"Sudah, terima saja. Gua masih punya simpenan." Pemuda itu mencoba memaksa.

Karena pemuda itu memaksa, lelaki itu pun menerima pemberian dari pemuda itu.

"Oh ya, tadi Jeny cariin kamu." Lelaki memindah pembicaraan.

Pemuda itu kaget dan berdiri, ketika lelaki itu membawa kata Jeny. Wajahnya begitu sangat ceria. Bagaimana tidak ceria, seorang gadis pujaan hatinya mencari dirinya. Ia selalu berusaha untuk mendapatkan cinta Jeny, akan tetapi Jeny selalu menjauh. Tapi di waktu itu, mimpi apa ia semalam, Keny tidak tahunya mencari dirinya.

Pemuda itu memegangi erat kedua bahu lelaki itu. Tatapan pemuda itu mengarah menuju kedua mata lelaki itu dengan bibirnya yang berseri-seri.

"Seius, lo?" Tanya pemuda itu penuh dengan tegang.

"Serius, Raka. Pandanganya biasa saja kali, nanti cinta lo sama saya." Terang lelaki itu sambil menggoda Raka.

"Hehehe." Ketawa Raka seperti orang setres.

Kedua tangan Raka, ia lepas dari bahu temanya. Saking bahagianya ia merayakan dengan joget tidak karuan. Hatinya merasa berbunga-bunga.

"Tadi dia bilang sama saya, suruh sampain ke kamu." Lanjut lelaki itu.

"Apa?" Jawab Raka masih sambil joget.

"Kamu disuruh, cepet-cepet bayar uang kakaknya Jeny.

Perkatan temanya itu, membuat Raka seketika menghentikan jogetnya. Ia mati kutu dan wajahnya berubah datar. Kebahagianya hanya sepatas angan-angan saja. Ia segera duduk kembali dengan raut wajah yang kusut.

"Emang kamu hutang berapa?" Tanya lelaki itu.

"Dua ratus juta." Jawab Raka dengan wajah yang masih datar.

"Apa dua ratus juta!" Lelaki itu kaget mendengar jawaban Raka.

"Emang buat ngapain kamu hutang begitu banyaknya?" Susul lelaki itu bertanya.

"Buat nglunasin hutang paman gua." Jawab Raka sambil ia mengeluarkan sebatang rokok.

"Ngapain kamu hutang begitu banyaknya hanya demi paman kamu?"

"Gimana gua nggak hutang coba, kalau paman gua nggak bayar, dia mau dibunuh. Terpaksa deh gua hutang sama Gustavo, dia satu-satunya temen gua yang kaya." Jawabnya dengan rokoknya masih belum ia nyalahkan.

"Ini biar jadi urusan gua." Sambil ia berdiri.

Raka menyalahkan rokok yang ada di tanganya. Karena malam semakin larut, ia pun berpamitan untuk pulang.

"Udah malem, gua cabut dulu, ya."

"Ya udah, hati-hati, ya."

Mereka usahi pertemuan malam itu dengan berjabat tangan bergaya kebiasaan mereka, saling menggempalkan tangan dan saling meninjukan sama lain.

Suasana malam yang semakin sepi menemani perjalanan Raka. Ia melanjutkan perjalananya menuju ke rumahnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku