Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Love In Bandung

Love In Bandung

Lassma

5.0
Komentar
26
Penayangan
12
Bab

Sejak dulu, Bandung dikenal sebagai tempat indah dan romantis. Namun di balik itu semua, tersimpan banyak rahasia yang luar biasa. Lisa dan Reyhan sudah lama menjalin persahabatan, dimulai saat Lisa pindah ke Bandung. Lisa menyukai Reyhan dalam diam. Suatu hari Reyhan memperkenalkan Lisa kepada temannya yang berasal dari Singapura. Orang itu bernama Louis. Kehadiran Louis membuat rasa suka Lisa kepada Reyhan hilang seutuhnya. Kemudian tumbuh benih-benih cinta di antara Louis dan Lisa, sehingga mereka menjadi pasangan kekasih. Di saat Lisa sudah menambatkan hatinya untuk Louis, Reyhan baru menyadari bahwa dia mulai mencintai Lisa. Di tengah-tengah kisah percintaan mereka, muncul sebuah kenyataan yang membuat Lisa dan Louis tidak bisa bersatu, padahal keduanya sangat saling mencintai. Reyhan berusaha menggantikan posisi Louis, tetapi Louis sudah menempati tahta tertinggi di hati Lisa. Sehingga akan sulit bagi siapa pun untuk menggantikannya. Bagaimana akhir kisah cinta Lisa? Hati siapa yang akan menjadi pelabuhan terakhirnya? Louis atau Reyhan? Atau tidak keduanya?

Bab 1 Malam yang Indah

Lisa duduk bersandar di kursi dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Pandangannya lurus, menatap layar komputer di depannya yang sudah dia matikan sebelumnya. Pandangannya mulai beralih ke layar ponsel yang sejak tadi berada dalam genggamannya. Wajahnya berkerut dan matanya menyipit, terus memandangi layar ponsel itu. Entah apa yang sedang dia tunggu.

Dia mulai mengetuk-ngetukan jari mungilnya di atas meja kerjanya. Merasa mulai bosan menunggu ponsel kesayangannya itu yang tidak kunjung bergetar. Dia tidak habis pikir, kenapa benda berbentuk pipih itu tidak berdering, tidak bergetar, tidak menyala, tidak melakukan hal yang sesuai dengan harapannya.

Dia menaruh ponselnya dengan sembarangan. Tidak lagi berharap ponsel itu untuk menyala, bergetar, ataupun berdering. Baru kali ini dia merasa ponselnya tidak berguna. Entah ponselnya yang tidak berguna atau ponsel orang yang sedang dinantinya.

"Untuk apa memiliki ponsel kalau tidak bisa digunakan? Apa mungkin ponselmu sudah dijual?"

Lisa bermonolog sembari merutuki seseorang yang menjadi alasan, kenapa dia sampai merasa kesal seperti ini.

Dia mulai merasa bosan. Dia memutar kursi kerjanya menghadap jendela yang cukup besar dan menampakkan pemandangan indahnya kota Bandung saat di malam hari. Memerhatikan mobil- mobil yang berseliweran di jalan raya kota Bandung dengan tatapan menerawang.

Dia perhatikan, selama beberap tahun terakhir jalanan kota Bandung semakin ramai. Tidak sedikit kemacetan yang terjadi di kota ini, meskipun pada malam hari. Pemandangan indah jalan raya selalu membuat hatinya bahagia.

Langit sudah gelap. Dia melirik ke salah satu benda kecil yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam delapan lewat. Dia mendesah dan mendengus kesal. Dengan sekali hentakan, dia memutar kembali kursinya menghadap meja kerja.

"Apa kamu tidak punya pulsa atau paket data? Kenapa sampai saat ini tidak menghubungiku juga?" desis Lisa sembari mengetuk-ngetuk ponselnya dengan kukunya yang bening.

"Kamu berdebat dengan ponsel?" tanya seseorang dari arah belakang.

Lisa mengangkat wajah dan menoleh, menatap ke sumber suara yang baru saja didengarnya.

Orang itu tidak lain adalah Rena. Dia baru saja masuk ke ruangan dan tersenyum ketika melihat rekan kerjanya yang sedang berbicara dengan sebuah ponsel.

"Kenapa Kak Ren masih ada di sini? Belum selesai pekerjaannya?" tanya Lisa ringan tanpa beban, sambil mencondongkan tubuh ke depan, menumpukkan kedua siku di meja dan bertopang dagu. Tentu saja hal itu membuat pipi chuby-nya terlihat seperti akan tumpah.

Rena menggelengkan kepala, "pekerjaanku sudah selesai. Hanya saja aku melupakan sesuatu di meja kerja, dengan terpaksa aku kembali ke sini untuk mengambilnya."

Lisa mengangguk dengan mantap. Sepertinya dia mengangguk karena benar- benar paham, bukan asal mengangguk tanpa alasan.

Rena berjalan ke meja kerjanya yang berada tepat di samping meja kerja Lisa. "Bukankah kamu sudah menyelesaikan pekerjaan sejak dua jam yang lalu?" tanya Rena sembari menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Lisa mendengus kesal. "Memang," jawabnya lemas dengan suara yang hampir saja tidak terdengar. Dia lemah karena suatu hal atau dia lemah karena lapar. Entahlah, hanya dia yang tahu tentang dirinya sendiri.

"Lalu ... kenapa kamu masih ada di sini?" sambung Rena kembali, setelah sebelumnya mendapat jawaban dari Lisa.

Bukannya menjawab pertanyaan Rena, Lisa malah menunduk dan menyandarkan keningnya di atas meja, dengan kedua tangannya yang dia gunakan sebagai tumpuan. Kemudian dia mendengus keras.

Lisa dan Rena merupakan karyawan di salah satu perusahaan terbesar di kota Bandung. Perusahaan itu bergerak di bidang produksi. Rena lebih dulu bekerja di perusahaan itu dibanding Lisa, bisa dikatakan Rena adalah seniornya.

Mereka berdua sedang menangani sebuah produksi yang sama. Pembuatan produk mie instan dengan versi baru yang belum pernah ada sebelumnya, menjadi produksi besar yang pertama kali Lisa tangani.

Berbeda dengan Rena. Sebelumnya dia sudah pernah menangani beberapa produksi dari berbagai jenis makanan yang sangat laku di pasaran, sebelum Lisa masuk dan menjadi karyawan baru di perusahaan itu. Bahkan sampai sekarang dia sudah menjadi karyawan tetap.

Perlu digaris bawahi, Lisa dan Rena bekerja di bagian kantor. Sehingga mereka yang merancang dan mengatur, supaya produk yang dikeluarkan oleh perusahaan mereka bisa menembus pasar nasional bahkan pasar internasional.

"Lis, kenapa kamu lesu begitu? Tidak biasanya kamu bersikap seolah tidak ada semangat hidup," ucap Rena sambil menepuk pelan bahu Lisa, kemudian dengan pelan mengelusnya. Dia sudah menganggap Lisa sebagai teman sekaligus adiknya sendiri.

"Kamu lupa hari ini adalah hari jumat? Biasanya kamu merasa senang dan bersemangat di hari jumat," sambung Rena kembali, sembari menarik tangannya dari pundak Lisa.

Lisa mengangkat kepalanya, menoleh ke arah Rena dan menampakkan senyumnya yang terlihat sedikit terpaksa.

Hari jumat memang hari yang paling disukainya karena hari jumat adalah hari terakhir yang akan mengeluarkannya dari dunia pekerjaan.

Dalam kata lain, hari jumat sebagai tanda jika akhir pekan telah menantinya. Dia bisa melakukan semua hal yang dia inginkan di akhir pekan. Namun, hari ini menjadi pengecualian. Dia tidak merasa senang atau bersemangat ketika akhir pekan sudah berada tepat di depan mata.

"Hmm... sepertinya aku mengerti," ucap Rena tiba-tiba sembari menampakkan senyumnya. "Rupanya ... kamu belum mendapat kabar dari dia." Tebakkannya tepat mengenai sasaran.

Lisa menggigit bibir dengan tipis dan mengangguk lemah. Dia kembali melirik layar ponselnya yang masih setia dalam mode gelap dan dalam mode diam. Saking lelah dan bosan menanti sesuatu yang tidak pasti, akhirnya dia membulatkan tekad untuk tidak berharap lagi kabar dari orang itu. Dia mendengus dan meraih ponselnya dengan kasar.

"Sudah. Lupakan saja dia!" ucapnya dengan tegas. Ucapan itu dia tujukan kepada dirinya sendiri.

Dengan sikap acuh tak acuh, dia memasukan ponselnya ke dalam tas selempang, kemudian dengan satu kali gerakan dia berdiri dari kursi kerjanya.

"Kak Rena, ayo kita pulang saja sekarang. Percuma juga terus berada di sini," ajaknya kepada Rena yang masih memasukkan barang-barang yang sempat tertinggal, ke dalam tasnya.

"Duduk melamun dan mengharapkan sesuatu yang tidak pasti, sama sekali tidak ada gunanya," sambungnya kembali dengan raut wajah yang mulai tampak kesal.

Rena menatap Lisa dengan bingung. Dia tidak mengerti dengan apa yang di maksud teman kerjanya itu. "Yang mengharapkan sesuatu tidak pasti itu siapa?" tanya Rena sambil mengerutkan keningnya.

"Tidak ada," jawab Lisa dengan asal. Tentu saja hanya Lisa sendiri yang mengharapkan sesuatu tidak pasti itu. Sementara Rena, dia tidak berharap apa pun.

Rena masih berada di ruangan itu hanya karena ada barangnya yang masih tertinggal, bukan karena berharap akan sesuatu.

***

Sepuluh menit kemudian, Lisa dan Rena sudah berada dalam lift kaca yang membawa mereka turun ke lantai dasar. Lisa berdiri membelakangi pintu lift dan menikmati pemandangan malam kota Bandung yang terbentang di depan mata.

Di saat matanya tengah asik menikmati keindahan malam di kota kembang itu, entah kenapa pikirannya tiba-tiba membawanya kembali mengingat kejadian di masa lalu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku