Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bodyguard I'm In Love

Bodyguard I'm In Love

Zhang Ayu

5.0
Komentar
260
Penayangan
37
Bab

Jhon Christy jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Aleta Louison. Tahun demi tahun berlalu. Cintanya tumbuh semakin mengerikan. Suatu hari, demi cintanya, Jhon Christy meninggalkan semua kenyamanan untuk terbang ke Rusia dan berakhir menjadi bodyguard. Impian Jhon Christy hanya satu, yakni selalu berada di sisi Aleta Louison, sekaligus mengubah menjadi gadis normal dari yang mulanya gadis psikopat.

Bab 1 Jhon Christy

Di tengah padatnya pusat kota Moscow, di atas hamparan tanah rata dan di bawah langit ke-7. Pria entah-berantah, tak tau kapan dan darimana ia muncul, tiba-tiba menodongkan benda hitam berisi timah panas, atau sebut saja pistol.

Dorrr.

Suara tembakan terdengar nyaring, memporak-porandakan semua umat. Mereka yang tampak seperti tentara semut dari ketinggian 3000 kaki, berhamburan kesana-kemari.

Aaa ... tolong ... tolong ...

Ibu ...

Ayah ...

Hanya sekali tembakan ke atas sana, para manusia tersebut sudah tak kalap. Tiada seorangpun yang tidak melarikan diri, terkecuali seseorang di balik kamar telepon umum.

Di luarnya orang-orang sibuk menyelamatkan jiwa dan raga, tapi ia malah bercanda-tawa bersama suara di seberang sana.

"Iya ... iya, di depan mataku sedang ada peperangan, Bu," katanya, sambil menghitung setiap detik yang ia habiskan.

"Tentu saja ramai, Bu. Suaramu sampai terdengar tidak jelas."

57 ... 58 ... 59.

"Sudah yah, Bu. Koinku hanya cukup untuk satu menit saja. Telepon akan segera berakhir, dahhh."

Sang pria menghela lega, seakan beban terberat yang ia panggil telah hilang.

Ia berdiri lama, memperhatikan setiap orang yang melalui pintu kamar telepon umum di depannya.

Kemudian, seorang pria seumuran berhenti tepat di depan pintu. Pria itu berjaket tebal serta terdapat kamera yang ia kalungi. Ia memberi kode supaya pintu kamar telepon umum dibuka.

Dan kini di dalam kamar tersebut terisi dua manusia saling memfokuskan diri pada kekacauan kota.

"Hei!" Sapa pembawa kamera.

"Aku Jhon Christy, seorang penulis terbaik di Negeri rempah-rempah," ucap pria bernama Jhon, memperkenalkan diri.

"Kau tau aku akan menanyai namamu?"

"Aku akui semua orang ingin bertanya, tapi kau termasuk paling beruntung."

"Aku?" Tunjuknya pada dada sendiri.

"Iya, karena aku sendiri yang memperkenalkan bukan teman atau teman dari temanku."

Si pembawa kamera meringis kecil, antara mentertawakan atau menyambut kelucuan Jhon Christy.

"Baiklah, selamat tinggal."

Tanpa ada perbincangan lain, Jhon Christy mendorong gagang pintu. Suasana kacau yang belum mereda ia lalui amat santai. Saking santainya, ia mampu mengambil sebatang rokok yang tersimpan rapi dalam saku kemejanya. Kemudian kepulan tipis membumbung tinggi secara perlahan.

"Pria yang aneh," lontar si pembawa kamera.

Kekacauan belum usai, dari kejauhan mulai terdengar sirene mobil Polisi. Tak terhitung jumlah mereka, semuanya datang dari segala arah hingga mengepung jalanan kota.

Si pembawa kamera menyempatkan diri mengambil beberapa jepretan sebelum akhirnya ia diminta keluar untuk mengungsi oleh Polisi.

Teknologi terbilang canggih. Seluruh dunia pun mendengar kabar teror di tengah kota melalui pemberitaan layar TV masing-masing.

Begitup Jhon Christy, ia tahu menaung ketika kejadian berlangsung. Namun, seperti yang lain, ia juga menonton pemberitaan tersebut hanya untuk mencari sosok dirinya yang tertangkap kamera.

"Hem, mengapa tidak terlihat?" Pikirnya terdengar menyayangkan.

Tok ... tok ...

"Tuan Jho!"

Mendengar ketukan pintu sekaligus nama legendnya disebut, Jhon bergegas bangkit dan membuka pintu selebar ukuran kepalanya.

"Nyonya Maria ..." sapa Jhon.

Wanita berparas ayu, tubuh berisi, kulit kemerahan serta rambut pirang tergerai. Mengangkat baki berisi semangkuk mie panas. "Pesananmu," ucapnya.

"Oh wah, terimakasih, Nyonya Maria," balas Jhon, mengambil alih semangkuk mie panas dari baki Nyonya Maria, "katakan kalimat ajaibnya!"

"Pria gagah pemegang kendali ..." suara Nyonya Maria menggoda.

Lantas Jhon merogoh saku celana, mengeluarkan selembar uang kertas berangka 100 Rubel Rusia. "Ambil ini."

Nyonya Maria menerima penuh suka-cita, ia membungkuk setengah badan lalu berbalik pergi.

Jhon menutup pintu, kembali duduk bersila di depan TV, sembari menyeruput makanan panjang dan berkuah tersebut.

"Hem, sang pembawa kamera?"

Jhon tak menduga jika si pembawa kamera yang saat kejadian sempat bertanya dengannya, ternyata bisa selamat dari serangan teroris.

"Menarik," celetuknya begitu saja.

**

Kekacauan telah berakhir, menyisakan kerusakan tanpa ada korban. Jhon menapaki jalan yang sama seperti kemarin atau lebih tepatnya jalan pasti untuk ia lalui menuju tempatnya bekerja dan lokasi hunian.

"Selamat pagi, saya Jhon Christy. Lulusan Universitas Indonesia tahun 2015, sudah bekerja di kantor perhubungan antar negara sampai terakhir satu bulan lalu sebelum saya memutuskan pindah ke sini."

"Jhon Christy ..." ulang pria berdasi hitam, berwajah hitam legam dan berambut hitam memanjang. "Refrensi pengalamanmu sangat baik dan luamyan, kau bisa memilih bidang lain yang lebih nyaman. Misal saja kau hanya perlu duduk dan memerintah, tapi kenapa kau ingin bekerja sebagai bodyguard?"

"Karena aku merasa kasihan jika keberanian dan keahlian bela diriku tidak terpakai."

Sontak jawaban Jhon Christy membuat pria legam di depannya tertawa terbahak-bahak. Baginya, jawaban Jhon Christy sebuah lelucon, padahal Jhon menjawab jujur apa adanya.

"Sepakat!!" Selesai tertawa, pria legam pemilik ID card bertuliskan Romis, mengulurkan tangan kanannya pada Jhon. Dan mereka saling berjabat tangan.

"Terimakasih, Pak Romis."

**

Hari ini juga Jhon mulai menjalankan profesinya. Sebagai karyawan baru, Jhon memasuki tahap pemula dalam menjadi bodyguard. Yakni menjaga orang-orang kelas bawah/menangani kasus paling ringan.

Contohnya seperti yang saat ini Jhon lakukan. Ditemani sekaligus dibantu Pak Romis, Jhon mengawal rombongan pekerja legal untuk transit pesawat tanpa halangan.

Kenapa mereka dikawal?

Alasannya, terlalu sering kasus penembakan liar pada pekerja legal tersebut. Jadi pemerintah Negara meminta para bodyguard mengawal mereka sampai ke dalam pesawat yang mereka tumpangi.

Wush ...

Pesawat membumbung tinggi, meninggalkan gulungan angin dari baling-baling yang membuat rambut panjang Pak Romis berterbangan.

"Pakai ini!" Sebuah ikat rambut merah muda Jhon ulurkan.

Pak Romis sempat terdiam, terpaksa Jhon sendiri yang mengikatkan ikat rambut darinya.

"Jangan biarkan kutu di rambut anda menemukan sarang baru," ucap Jhon datar.

Pak Romis tertawa renyah, ia menepuk-nepuk pundak Jhon. "Aku lupa, putri kecilku telah merampas ikat rambutnya."

Kini mereka berdua berjalan keluar bandara. Mereka tampak gagah berani, kacamata hitam memukau serta setelan jas menjadikan semua mata terkagum-kagum.

Brammm.

Derung mesin mobil kedengarannya tak nyaman di telinga, Jhon tidak menduga jika fasilitas kendaraan untuk bekerjanya sangat jauh dari ekspetasi. Mungkin karena Jhon masih memasuki tahap pemula.

Berbeda fasilitas untuk bodyguard kelas utama. Kendaraan mereka bukan main-main. Yakni sebuah Lamborghini hitam mengkilap dengan kaca dan ban anti peluru.

"Bagaimana hari pertamamu?" Tanya Pak Romis, mengepulkan asap rokok.

"Terasa datar dan tak menantang."

"Maka kau butuh sesuatu agar kau merasa tertantang."

"Iya," jawab Jhon menambah kecepatan mobil.

"Belokan mobilnya ke sisi kanan ... lurus terus ... kiri ... kurus ... kiri, berhenti!!"

Cittt ...

Gedung para petarung, ucap Jhon dalam hati ketika kepalanya menjulur keluar jendela mobil.

"Kau lolos tahap awal, selanjutnya tubuhmu akan dilatih di sana sebelum tahap ketigamu."

"Bagus, aku suka ini."

"Tunggu apa lagi ..." kode Pak Romis, menyuruh Jhon masuk ke gedung tersebut.

Tanpa ada rasa keraguan, Jhon mendorong pintu mobil. Ia melangkah pasti menuju pintu pembatas dirinya dari sekelompok orang yang akan membuat ia mandi keringat.

"Selamat datang, Jhon Christy."

Jhon tertegun, tatapannya tertuju pada semua orang. Ia tak menduga jika para pelatih di sini bertubuh tiga kali lipat lebih besar darinya.

"Pakai ini!"

Ia dilempari setelan baju dan celana pendek, tak lupa sepasang sarung tangan petinju.

Di hadapan semua orang, Jhon Christy melepas satu-persatu pakaian yang melekat ditubuhnya, terkecuali celana dalam.

"Oh, wah!" Degup kagum peserta bodyguard wanita, melihat roti sobek Jhon Christy mengkilap terkena lampu penerangan.

Semua ini ku lakukan untukmu, Aleta. Hati Jhon berucap.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Zhang Ayu

Selebihnya

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku