Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
There's Love In KKN

There's Love In KKN

Sung_A

5.0
Komentar
333
Penayangan
13
Bab

Namanya adalah Ataka, lelaki dari program studi Teknik Arsitektur yang menyandang status jomlo bertemu dengan seorang gadis dari dari program studi Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia ketika KKN. Perasaan Ataka dengan gadis itu semakin membuncah selama 30 hari KKN. Lalu apakah Ataka akan menyatakan perasaannya kepada gadis itu atau malah mundur ketika mengetahui bahwa gadis itu sudah mempunyai kekasih? Simak selengkapnya hanya di cerita There's Love In KKN

Bab 1 Awal Pertemuan

Suatu hari, terdapat sebuah kampus swasta ternama di Kota Semarang yaitu Best University yang akan mengadakan KKN di berbagai tempat, baik daerah Semarang hingga Kendal Jawa Tengah. Seperti hari ini, para Mahasiswa diminta untuk menghadiri pembekalan KKN setelah dibaginya kelompok per program studi yang berbeda lewat chat grup kelas, bahkan hingga membuat grup sendiri khusus KKN. Seluruh mahasiswa KKN diwajibkan untuk menggunakan baju atasan putih dan bawahan hitam, juga jas almamater dari Universitas.

Di dalam gedung pertemuan pembekalan KKN tersebut, ada yang saling bertemu lagi ketika magang, ada juga yang murni tidak mengenal siapa-siapa karena memang per program studi ini sangat luas jangkauannya. Semua mahasiswa sedang membahas lokasi desa yang akan segera mereka adakan survey lapangan, terutama satu kelompok mahasiswa yang duduk di pojok tribun atas yang masih bingung ingin memulai dari mana. Jangankan membahas survey, yang mereka bahas lebih dulu saat ini adalah berkenalan satu sama lain supaya tidak bingung dalam memanggil satu sama lainnya dan juga mengisi presensi kehadiran setiap anggota dengan menandatangani kotak tabel yang sudah tertera pada kertas bertinta itu.

Seorang gadis dengan rambut hitam legam sepunggung yang sengaja dikucir tengah bagian atas dan bagian bawahnya digerai itu duduk di kursi bagian depan dekat dengan besi pembatas tribun sembari mendengarkan pembekalan dari para dosen yang sedang menjelaskan di panggung bawah sana menggunakan monitor LCD besar supaya terlihat dari berbagai sudut. Ketika sedang asik mendengarkan dengan serius, tiba-tiba ada tangan yang mecolek sedikit punggungnya. Sontak Ia langsung menoleh ke belakang, melihat siapa yang telah berbuat jahil padanya, atau bahkan orang itu ingin berkenalan padanya.

"Eh, Eya! Kita ketemu lagi di KKN ternyata." Seorang lelaki dengan badan gemuk dan tinggi juga kulit sedikit hitam itu menyapa gadis yang duduk di depannya. Ya gadis, di depannya yang berambut sepunggung itu adalah bernama Freya, yang biasa dipanggil dengan nama Eya.

"Woy, Ternyata kamu, Dit, yang dari tadi di belakangku. Kirain siapa, sumpah aku gak kenal dengan semuanya, hehe."

Ternyata yang duduk dibelakangnya adalah teman magang duanya ketika mengajar di salah satu SMK kota Semarang. Namanya adalah Dito, memang sedikit songong dan menjengkelkan ketika pertama kali mengenal lelaki itu, tapi jika sudah kenal, dia akan lebih menjengkelkan lagi menurut Eya.

"Ya makannya kenalan, bego!" Dito pun menoyor kepala Eya. Sudah biasa, Dito dan Eya memang selalu begitu karena sudah kenal lama meskipun diantara mereka jarang melakukan komunikasi melalui ponsel.

"Ya gak usah pake noyor juga kali," Ekspresi wajah Eya langsung berubah, bukan tidak senang, hanya saja bukan di waktu yang tepat karena bisa saja orang-orang melihat mereka, bukan? Itulah yang ada di pikiran Eya.

"Hehe, ya maap, kebiasaan sih aku tuh. Nih, kamu belum tanda tangan, presensi dulu, sebelum di kumpulkan oleh pak ketua," Eya terkejut mendengar Dito menyebut ketua. Ketua siapa maksudnya? Itulah yang ada dipikirannya.

"Loh, emang udah ditentuin ya ketuanya siapa?" gantian Dito yang terkejut karena Eya tidak tahu, padahal jelas-jelas sudah ada digrup chat mereka kalau ketuanya sudah ditentukan.

"Lah kan digrup chat udah ada, dodol. Makannya punya ponsel tuh di buka, jangan buat main sosmed lain doan," dengan tatapan mata yang memicing, Dito menyindir.

Eya yang merasa tersindir pun tersenyum sambil menandatangani kehadirannya. Lelaki yang duduk di sebelah Dito pun ikut tersenyum dan tiba-tiba saja menyahut.

"Ya udah, kalau begitu mari kenalan dulu, Namaku, Ataka, presensi nomor satu di situ," lelaki bernama Ataka itu mengulurkan tangan kanannya di hadapan Eya yang sedang menulis, refleks setelah tandatangan, Eya melihat ke arah sumber suara.

Yang dilihatnya saat ini adalah seorang lelaki berawakan kurus dengan rambut seperti model korea belah tengah, badan yang putih bersih, dan ada tahi lalat kecil di pipi sebelah kirinya. Senyumannya membuat Eya seakan tersihir oleh ketampanan dari lelaki memperkenalkan diri sebagai Ataka itu. Bahkan Eya hampir tidak berkedip karena terus melihat wajah yang lumayan tampan itu. Eya menerima uluran tangan tersebut sambil tersenyum juga. Hal itu tidak lepas dari pandangan Dito dan teman lainnya yang memandang mereka dengan ikut tersenyum.

"Freya, panggil saja Eya," Teman-teman yang lainnya langsung berbisik-bisik tetangga. Namun tidak dengan lelaki kurus dengan badan kulit hitam dan sedikit kumis itu yang memandang interaksi mereka seakan tidak suka.

'Cantik sekali dia, ah, apa yang kurasa saat ini? Hatiku tiba-tiba berdesir. Aku memang biasanya suka berteman dengan gadis-gadis cantik, tapi kenapa dia berbeda? Cantiknya tidak membosankan." Dalam hati Ataka berbicara sembari tidak melepas pandangan dari Eya.

"Ekhm. Ya gak usah modus juga kali, Ka," Ataka dan Eya pun terkekeh karena bukan hanya Eya yang memandang kagum pada Ataka, melainkan Ataka juga sama. Keduanya yang tersadar pun langsung melepas tautan tangan mereka.

"Hah? Hehehehe, enggak kok, hanya pengen kenalan doang, iya," Ataka menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal.

"Pak ketua, ini Bu ketuanya malah gak ngatur, ini gimana ini lanjutannya?"

"Ini kan kita udah mulai libur, mulai besok, kita survey lokasi bisa?" Ataka meminta pendapat kepada mahasiswa yang lainnya. Anak-anak dalam kelompok itu segera mengiyakan saja.

"Bisa-bisa, aku bisa. Ayok aja sih, biar cepet kelar," seru Nur.

"Beneran bisa kau, Nur?" Gadis yang dipanggil dengan Nama Nur ini adalah wakil ketua dari Ataka.

"Beneran, nanti aku bisa boncengan dengan Dian. Tapi gak tahu kalau yang lain. Mungkin ada yang gak bisa atau apa," mereka mengangguk serentak dan berseru,

"Bisa kok, kami bisa," Jawab yang lainnya serentak.

"Kamu gimana, Eya?" Pertanyaan itu dilontarkan Ataka untuk Eya.

"Bisa, malah lokasi KKN dekat dengan desaku loh,"

"Lho lho lho, gitu kok gak bilang dari tadi," seru Lelaki bernama Andre.

"Hahahahaha,"

"Dekat denganku juga," sahut seorang gadis dengan tampilan tomboy berambut panjang sepinggang yang dikepang ke belakang.

"Nah, bener tuh kata Krizea," pekik Eya.

"Lho, kalian juga sepertinya saling kenal," heran Ali yang duduk di sebelah Ataka.

"Lho iya, orang kita dulunya satu SMA. Terus kuliah ini malah beda prodi, ya alhasil terpisah jauh," Gadis bernama Krizea mencoba menjelaskan.

"Bisa-bisanya ya. Hahaha. Yaudah, besok nih Krizea dan Eya harus jadi pengatur perjalanan ya. Jangan sampai lupa," kekehan Ataka masih terbawa suasana.

"Oh gak bisa pak ketu, aku besok naik busway," seketika tawa Ataka terhenti. Eya menolak menjadi pengatur perjalanan.

"Iya, Eya biasa naik busway. Aku juga harus boncengin Ayuk," sahut Krizea.

"Iya weh, nanti aku sama siapa coba?"

"Iya maksudku, kalau gak si Eya ya si Kriz yang jadi perisai jalan. Kalau si Eya gak bisa, setidaknya ada Kriz, nanti aku ikutin kalian dari belakang," jelas Ataka lagi.

"Owalah, gitu. Ok deh, siap."

_

Keesokan harinya mereka berkumpul di taman kampus untuk melakukan survei menuju desa Kunir, lokasi mereka akan melakukan kegiatan KKN. Karena merasa bingung dengan lokasi yang ada di dalam google maps, mereka memutuskan untuk menunggu Krizea dan Ayuk yang dari tadi belum juga datang untuk kumpul di taman kampus. Padahal digrup chat sudah dijelaskan berkali-kali, bahkan pesan sudah disematkan, tidak mungkin jika diantara mereka belum membuka, bukan? Ataka dan Nur juga sudah berusaha untuk menelpon mereka berdua, tapi nomor ponsel mereka seakan tidak aktif sama sekali.

"Ini tetap akan kita tunggu aja atau tinggal?" Ataka mulai ragu karena yang menjadi perisai perjalanan malah tidak datang juga.

"Pengennya sih langsung berangkat, tapi mereka lama banget, heran dah," sahut Dito yang sudah berboncengan dengan Andre.

"Yaudah kita tunggu 5 menit lagi, kalau belum datang juga kita tinggal aja. Nanti aku mau tanya Eya lewat chat aja jalurnya lewat mana saja," Putus Ataka.

Lima menit berlalu, Kriz dan Ayuk belum juga menampakkan batang hidungnya, membuat rombongan satu kelompok KKN berjumlah 14 orang yang menunggu pun semakin geram dibuatnya.

"Yuk kita tinggal aja ah, udah siang nih," keluh Heny.

"Iya, dikira gak ada kerjaan apa ya. Abis survey ini aku ada jadwal ngelesin nanti setelah dzuhur. Kalau molor gegara dua orang doang mah waktuku bisa terbuang sia-sia pak ketua," seru Sindi.

"Baiklah, berangkat sekarang aja. Lagian aku udah tanya Eya kok, dan dia udah di tengah perjalanan naik buswaynya," Ataka mulai menyalakan motornya dan melajukannya.

"Ini serius?" Tanya Nur.

"Yaudah sih ayok berangkat aja. Lagian si Kriz dan Ayuk kan udah tahu jalurnya. Kalau mereka gabisa diandalkan, mending nanti telpon Eya aja nanti. Tapi minggirnya jangan dadakan ya, supaya gak terjadi hal yang tidak diinginkan di jalan," Saran Dito.

"Siap, yuk."

Mereka akhirnya meninggalkan Kriz dan Ayuk yang lama ditunggu dan segera berangkat mencari lokasi survey di desa Kunir.

.

~Bersambung~

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

Romantis

5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku