Kisah persahabatan dua insan yang sudah bersama sejak kecil. Caca yang tidak pernah pacaran justru jatuh hati pada Dafa, sahabatnya yang memiliki sifat playboy. Semakin dewasa hubungan mereka semakin rumit. Dafa yang senang bergonta-ganti pacar kerap kali mengabaikan Caca, membuat gadis itu berkali-kali kecewa dan terluka. Lantas bagaimana hubungan mereka selanjutnya, akankah bersatu sebagai pasangan hidup atau tetap menjadi sahabat sampai akhir hayat?
Cup!
Caca membelalakkan mata saat sebuah benda kenyal dan beraroma mint menempel di bibirnya.
"M--Maaf, Ca, gak sengaja," ucap Dafa terbata-bata. Kakinya tadi tersandung dan tidak sengaja menubruk gadis yang ada di depannya, hingga mereka berakhir berpelukan di sofa dengan bibir saling menempel.
Caca memandang tajam Dafa. Kurang ajar sekali sahabatnya ini, meski tidak sengaja tapi ini adalah ciuman pertamanya, bibir yang selalu ia jaga kini telah hilang keperawanan.
Plakk ...
"Bangun! Ngapain masih meluk gini?"
Dafa buru-buru melepas pelukannya dan berdiri.
"Beneran gak sengaja, tadi kesandung," ucapnya menunjuk kaki meja.
Bisa bahaya kalau tidak segera dijelaskan, sahabatnya ini kalau mengamuk sudah seperti mau makan orang.
"Brengs*k! Gara-gara kamu bibirku udah gak suci lagi kan." Caca memukul-mukul punggung lelaki itu dengan sekuat tenaga.
"Kan enggak sengaja, Ca, harus gimana lagi?"
"Kamu cari tempat lain kek buat jatuh, gak usah nabrak-nabrak segala!" Kata Caca memandang sebal lelaki di depannya.
"Ya udah iya, nih aku cari tempat lain."
Dug
Brukk ...
Cup!
"DAFA!"
Dafa yang semula hanya ingin mencontohkan pendaratan berbeda malah kembali tersandung, menubruk dan mencium bibir Caca, membuat gadis itu sangat murka.
"Sialan! Kurang ajar, brengsek ..."
Caca terus menjambak rambut Dafa dengan kuat.
"Ampun, Ca, ampun! Gak sengaja lagi, akhh ...aduh ...!" Pinta Dafa dengan wajah memelas.
"Abang ...!" Caca hampir menangis, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Dafa terlihat mengenaskan, penampilannya sudah acak-acakan tidak karuan.
"Jangan nangis dong, Ca, aku harus gimana biar kamu maafin, ini coba dilap biar hilang bekas ci*mannya," kata Dafa menyodorkan sekotak tisu.
Caca semakin tidak berani menurunkan tangannya. Wajahnya memerah malu bercampur marah.
"Please, Ca, berhenti nangis, nanti aku dibunuh Bunda loh."
"Nanti aku beliin siomay atau temenin nonton drakor deh," kata Dafa lagi, dia sungguh takut jika sang bunda tau dan marah padanya.
"Ca ...." Dafa menyentuh tangan Caca.
Tangisan gadis itu justru semakin keras, Dafa kelimpungan dibuatnya.
"Ca, duh. Udah dong Ca," rayu Dafa akhirnya memeluk sahabatnya karena bingung.
"Aku malu," ucap gadis itu disela tangisannya.
"Malu kenapa?"
Caca melepas pelukannya, dia menatap nyalang sahabat laki-lakinya itu.
"Kamu pura-pura polos apa emang beneran bodoh sih?" Tanya Caca kesal.
Gadis itu segera berdiri dan keluar dengan membanting pintu kamar Dafa.
"Bodoh-bodoh-bodoh," rutuk Caca dalam hati. Bagaimana bisa sahabatnya itu tidak merasa malu setelah menciumnya?
Ah, sial. Kepala Caca rasanya mau meledak memikirkan kejadian barusan.
"Mama ... Bibirku udah gak suci lagi," rengeknya menelungkupkan badannya di kasur.Andai orang tuanya masih tinggal di Bandung, dia pasti akan mengadukan perbuatan Dafa.
Caca tiba-tiba berdiri dan menelfon pelayan di lantai bawah.
"Tolong bawain aqua gelas sekardus ke kamar saya," ucap gadis itu lalu meletakkan kembali gagang telepon.
Tak butuh waktu lama, sekardus aqua kini telah berada di samping ranjangnya.
"Daripada pusing gini mending aku mabuk-mabukan aja deh, gak masalah kalo nanti kembung toh bisa sembuh sendiri," ucap Caca. Ya, mabuk yang dia maksud adalah mabuk aqua, bukan minuman beralkohol seperti orang lain.
Caca menghabiskan 10 aqua gelas lalu berhenti, karena perutnya sudah tidak mampu menampung lagi. Dia bahkan sudah bersendawa beberapa kali.
***
Caca sedang berada di supermarket. Tadi pagi, dia pergi ke toko buku, saat pulang sekalian mampir ke sini, membeli beberapa snack untuk persiapan beberapa hari ke depan. Selain suka makanan berat Caca juga suka ngemil.
"Sekalian beli buah deh," gumam Caca ketika mengingat beberapa buah yang sudah habis ada di rumahnya.
Gadis dengan balutan kaos putih dilapisi jaket jeans itu menoleh kesamping saat mendengar beberapa perempuan berbisik sambil menyebut namanya.
"Permisi, Kak Caca bukan ya?" Tanya salah satu gadis yang tadi berbisik-bisik.
"Iya, siapa ya?" Caca membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Mereka bersorak pelan, tidak menyangka akan bertemu selebgram di supermarket.
"Kita penggemar kakak, boleh minta foto gak?" Tanya gadis tadi tersenyum senang dan disusul anggukan teman-temannya.
"Boleh," jawab Caca sambil tersenyum.
Mereka pun bergantian foto dengan Caca. Caca yang telah selesai memilih buah segera pamit untuk membayar belanjaannya.
Sesampainya di rumah, gadis dengan rambut diikat satu itu memakan buah sambil memainkan ponsel. Dahinya berkerut saat melihat postingan yang menandai dirinya, ternyata gadis-gadis di supermarket tadi menggunggah foto saat bersamanya.
Gak nyangka bakal ketemu seleb di supermarket.
Kak Caca cantik banget.
Ternyata di dunia asli gak sedingin kayak di video.
Ternyata aslinya ramah.
Gak salah gue ngefans berat.
Gadis itu tersenyum ketika membaca caption juga komentar mereka yang menurutnya terlalu berlebihan.
Menurutnya didepan kamera dia bersikap dingin ya karena memang itu adanya, Caca ingin menunjukkan bahwa itulah sikap aslinya jadi saat penggemarnya bertemu mereka tidak akan kecewa. Tapi untuk kasus ini, justru Caca lah yang kecewa.
"Masuk!" Kata Caca saat ada yang mengetuk pintu kamarnya.
Arga dan Gara masuk lalu duduk bersila di karpet bulu, ditemani puluhan makanan ringan juga beberapa jenis buah yang diletakkan dalam dua keranjang.
"Ini kamar atau pasar?" Gara menggeleng heran melihat kamar adiknya yang memang diisi freezer juga beberapa rak khusus untuk menaruh snack.
"Pasar gratis," jawab Caca yang duduk di depannya.
"Lumayan, tiap hari bisa makan enak," kata Arga membuat kembarannya tertawa, sedangkan adik bungsunya menatap tajam.
"Enak aja, beli dong masa minta terus."
"Kalau ada yang gratis kenapa harus beli," balas Arga lagi. Gara hanya diam menikmati makanan di depannya dan menjadi pengamat pertengkaran kedua saudaranya.
"Ini gak aku bagi-bagiin." Caca mengambil snack-snack nya kemudian menyembunyikan di belakang punggung.
"Orang pelit kuburannya sempit loh, Ca," Gara mencoba membantu kembarannya.
"Kan aku belum mau mati, kalo udah deket kematian nanti aku sedekah makanan yang banyak deh."
"Manusia mana ada yang tau takdir, lagian mau sedekah kok nunggu sekarat dulu," cibir Arga.
"Di TV ada loh yang bisa lihat takdir, bahkan udah prediksi kematiannya sendiri."
"Besok-besok gak usah nonton TV lagi deh, lagian musyrik percaya kayak gitu."
"Iya-iya. Yaudah ini, tapi jangan dihabisin," kata gadis itu mengambil snack di belakang punggungnya kemudian menaruh di depan kakaknya lagi.
"Kamu habis ini mau pergi lagi?" Tanya Gara.
"Iya, mau buat video dance."
***
Caca dan ketiga temannya yang tergabung dalam grup HiDFY (Hi Dance For You), serta beberapa orang lainnya sedang berada disebuah bangunan tak terpakai. Gedung ini sudah ditinggal pemiliknya, namun oleh warga setempat diubah menjadi tempat yang cocok untuk berfoto atau membuat video.
Selesai berdandan, Caca, Fey, Naya, dan Kiara langsung memulai dance nya. Mereka menirukan salah satu girl grup dari Korea Selatan, yaitu Black Pink dengan lagunya Pretty Savage. Disini, Caca berperan sebagai Rose.
"Kalian cuma latihan beberapa jam udah sebagus ini," puji manager mereka saat memberikan minum.
"Karna udah terbiasa kak," jawab Kiara.
"Kalo baru belajar dance pasti butuh waktu lebih lama," sahut Naya.
"Istirahat dulu, kalo udah siap itu baju gantinya disana," kata manager menunjuk rak baju yang sudah dipersiapkan. Setelah ini mereka akan membawakan dance Black Mamba dari grup Aespa.
15 menit kemudian mereka telah berganti baju.
***
Malam ini Caca sedang duduk di sofa sembari memakan cemilan yang dibelinya tadi sore, dia sedang menunggu Dafa yang katanya ingin belajar bersama, namun sudah satu jam dia menunggu belum juga kelihatan batang hidung tetangga sekaligus sahabat kecilnya itu.
"Abang mau ke mana?" Tanyanya saat melihat Gara, abang ketiganya sedang berjalan di tangga dengan pakaian modis.
Tak lama setelah itu Arga, abang keduanya juga keluar dengan pakaian yang tak kalah modis. Gara dan Arga merupakan saudara kembar identik.
"Mau malam mingguan dong..," jawab Gara menyombongkan diri.
Caca mengerutkan dahi kemudian melirik Arga yang sedang memakai sepatu.
"Abang juga?"
"Iya dong, masa mau di rumah aja, ketahuan jomblonya," balas Arga mengejek.
"Dih, kalian keluar palingan juga ke supermarket deket perempatan itu, mau ngapelin mbak-mbak yang pakai wig pirang."
"Lagian ya, aku di rumah gak sendiri kok, nanti Dafa mau dateng," lanjut Caca.
"Sembarangan, yang di supermarket itu bukan mbak-mbak tapi mas-mas, masa jeruk makan jeruk," ucap Gara kesal.
"Tapi rambutnya panjang loh, Arga aja pernah dicium," kata Caca menahan tawa.
Arga yang mendengar itu kalang kabut, dia memelototi Caca agar tidak mengatakan lebih lanjut namun yang dipelototi terus saja mengoceh tanpa takut. Arga hanya bisa pasrah dan buru-buru keluar rumah,saudara kembarnya itu pasti akan mengejeknya nanti.
Tak lama setelah keluar, Arga mendengar gelak tawa dari kedua saudaranya. Dia mengumpat pelan sebelum memakai helmnya.
"Mau kemana, Bang?" Tanya Dafa yang baru datang.
Dafa satu tahun lebih muda darinya, seperti Caca.
"Mau nyari pacar," sahut Arga dibalik helmnya.
"Caca di rumahkan?"
"Ada, masuk aja."
"Oke."
Arga melajukan motornya sedangkan Dafa segera masuk ke rumah, saat melepas sendal dia bertemu Gara yang akan keluar juga.
"Mau kemana, Bang?"
"Mau nyari pacar," balas Gara cengengesan.
Dafa menautkan alisnya bingung, dari tadi jika ditanya jawabannya adalah mencari pacar, apa benar si kembar ini akan mencari pacar? Kok aneh.
"Jagain Caca, jangan di macem-macemin."
"Iya," kata Dafa seadanya.
Caca berdecak ketika melihat plastik snack berserakan di ruang tamunya, dia baru saja membuat minum di dapur, saat kembali ruangan ini jadi sangat berantakan. Sesi belajar bersama sudah selesai 30 menit yang lalu.
"Ini sampahnya dikumpulin dong, Daf. Kamu makan kayak anak kecil aja, berserakan dimana-mana."
Dafa hanya meliriknya sekilas kemudian lanjut menonton tv dan memakan snack nya lagi.
"Daf, kamu denger gak sih? Kalau gak mending kamu pulang aja deh, tugasnya juga udah selesai 'kan," kata Caca yang sudah geram dengan tingkah sahabatnya.
"Gak ah, tadi Abang kamu nyuruh aku jagain kamu."
"Aku di rumah sendiri juga gak bakal kenapa-napa, udah kamu pulang aja."
Caca menarik-narik tangan Dafa, namun lelaki itu tetap tidak mau dan menarik tangannya sehingga gadis tersebut jatuh menimpa tubuh Dafa yang sedang rebahan di sofa.
Bab 1 Satu
05/04/2023
Bab 2 Anak pungut
05/04/2023
Bab 3 Buaya
05/04/2023
Bab 4 Gembel apa gombal
05/04/2023
Bab 5 Rumah stroberi
05/04/2023
Bab 6 Janji
05/04/2023
Bab 7 Pacar baru Dafa
05/04/2023
Bab 8 Bimbang
05/04/2023
Bab 9 Mantan pacar Naya
05/04/2023
Bab 10 Pak Dendi galak
05/04/2023
Bab 11 Ketahuan Fenti
06/04/2023
Bab 12 Bodyguard yang malang
06/04/2023
Bab 13 Kenalan
06/04/2023
Bab 14 Danau belakang rumah
06/04/2023
Bab 15 Gara-gara mantan gebetan
06/04/2023
Bab 16 Sakit
06/04/2023
Bab 17 Mantan sahabat
06/04/2023
Bab 18 Tawaran dari anak UKS
06/04/2023
Bab 19 Fahry
06/04/2023
Bab 20 Pacar baru lagi
06/04/2023
Bab 21 Kesurupan
08/04/2023
Bab 22 Liam & Naya
09/04/2023
Bab 23 Permintaan maaf
11/04/2023
Bab 24 Sifat asli Jenny
12/04/2023
Bab 25 Permintaan maaf
14/04/2023
Bab 26 Mencari pacar
14/04/2023
Bab 27 Coba berubah
16/04/2023
Bab 28 Penakut
16/04/2023
Bab 29 Vania
16/04/2023
Bab 30 Martabak
16/04/2023
Bab 31 Mulai curiga
20/05/2023
Bab 32 Pesan dari mantan
27/06/2023
Bab 33 Bubuk cabai
27/06/2023
Bab 34 Yang nunggu kelaparan, yang ditunggu enak-enakan
27/06/2023
Bab 35 Caca dan porsi makannya
07/07/2023
Bab 36 Performance HiDFY
07/07/2023