Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
YAKUZA IN LOVE

YAKUZA IN LOVE

Usagi Rei

5.0
Komentar
918
Penayangan
18
Bab

Kanae, seorang gadis 17 tahun biasa yang tiba-tiba dipaksa masuk ke dalam dunia Yakuza. Bukan hanya itu, Iyoto Matsumoto yang mengaku sebagai kakeknya memaksa Kanae untuk menjadi seorang pemimpin dari kelompok berbahaya tersebut. Kanae harus berjuang melawan banyak musuh dan belajar dengan intens mengenai kehidupan barunya dengan bantuan Haru Shima yang telah ditunjuk sebagai mentornya selama hidup di Jepang. Bersekolah di Jepang dan bertemu dengan Daiki Koga, murid berandal yang ditakuti banyak siswa di sana. Bersama pria itu, Kanae belajar lebih mengenal dunia hitam yang tengah digelutinya saat ini.

Bab 1 Yakuza : 1

Malam yang dipenuhi rintikan air hujan saat itu menutupi kejadian ramai di jalan, di mana sebuah mobil berwarna hitam nampak melaju begitu cepat menghindari kejaran dari dua mobil yang ada di belakangnya.

Mobil yang melaju kencang dengan dikemudikan oleh seorang pria paruh baya yang ditemani oleh wanita cantik yang merupakan istri sahnya nampak fokus melaju membelah jalanan kota dan akhirnya melewati area pegunungan di sana.

Keadaan yang nampak begiu sepi akan pengendara lainnya segera dimanfaatkan oleh kedua mobil pengejar di belakang untuk semakin mendekati mobi tersebut. Kedua penupang di dalamnya nampak terlihat begitu panik terlebih wanita di sebelahnya yang tidak henti menoleh ke belakang untuk melihat seberapa dekatya jarak mereka saat ini.

Tiada henti wanita tersebut berdoa untuk keselamatan mereka berdua, sementara suami di sebelahnya berusaha tetap fokus melarikan diri dari kejaran kedua mobl tersebut. Dan ketika salah satu mobil tersebut sudah mendekati mobil mereka bahkan hampir sejajar dengan posisi mobil yang ditumpanginya, sementara mobil yang lain sudah berada di belakang mobil mereka, sang istri akhirnya menyadari bahwa mereka tidak akan bisa selamat dari kejaran dua mobil itu.

Tidak lama setelah itu mobil yang berada di sebelah tiba-tiba mendekatkan diri dan dengan keras menghantamkan sis mobil ke arah mereka. Membuat mobil yang ditumpangi langsung bergeser dan menabrak pembatas jalan.

Sang suami berusaha keras tetap mengendalikan laju mobil ketika mobil itu semakin jatuh terpersok ke bawah, namun ketika mobil tersebut menabrak sebuah batu besar dan terpental jatuh semakin ke bawah, saat itu juga keadaan sudah tidak bisa dikendalikan olehnya lagi.

Sementara kedua mobil yang sebelumnya tengah mengejar mereka berdua ini ikut berhenti di tempat. Beberapa pria yang memakai baju berjas hitam-hitam berubuh besar dan nampak mengerikan segera keluar dari mobil mereka untuk melihat lebih dekat apa yang terjadi di bawah sana.

Mobil yang jatuh itu nampak telah hancur dengan api yang sudah menyala membakar bagian mobil tersebut. Para pria berbaju jas hitam tersebut saling berpandangan satu sama lain di tengah derasnya air hujan yang jatuh membasahi jalanan pegunungan tersebut.

Di antara mereka, satu orang pria yang masih berada di dalam mobil, kini ikut keluar dari mobil tersebut. Nampaknya pria tampan dengan rambut yang disurai ke belakang tersebut merupakan salah satu pemimpin di antara mereka, sehingga kedatangan pria tinggi tersebut langsung menarik perhatian para pria bertubuh besar di sana. Mereka menatap hormat ke arah pria yang terlihat berusia lebih muda tersebut.

"Bagaimana keadaannya?" suara yang terdengar dalam dan seksi tersebut tercampur dengan suara rintik hujan yang cukup keras. Suara itu cukup meredam keramaian area pegunungan tersebut malam ini sehingga membuat mereka semua berbicara dengan suara lebih keras satu sama lain. selain itu, mereka semua menggunakan bahasa Jepang dengan fasih. Penampilan dan bahasa mereka sungguh menunjukkan bahwa mereka bukanlah penduduk asli di negara Indonesia tersebut.

"Saya yakin mereka sudah aman, Shima-san!" jawab salah satu dari pria bertubuh kekar tersebut dengan hormat. Semua pria di sana sudah paham bahwa maksud dari kata 'Aman' yang digunakan oleh pria tersebut merupakan sebuah istilah yang dipakai mereka dalam menjelaskan bahwa tugas yang mereka lakukan telah berhasil dituntaskan. Atau bisa disebut juga mereka telah berhasil menghabisi target yang mereka incar.

Pria yang dipanggil Shima tersebut mendekat lebih ke tepi pembatas jalan untuk menatap lebih dekat ke arah bawah di mana jurang yang cukup dalam di sana berada. Terlihat bekas gesekan mobil di sana yang menuju ke bawah.

Pria bernama Shima tersebut mengira bahwa cepat atau lambat keadaan di bawah sana akan tercium juga oleh penduduk setempat terebih dulu, atau bahkan pihak kepolisian yang bertugas. Pria berwajah oriental Jepang tersebut mengalihkan pandangan mata tajamnya ke arah sekitar.

Keadaan area yang cukup gelap dengan pencahayaan minim, ditambah tidak banyak kamera pengintai yang dipasang di sekitar tempat tersebut membuat pria tampan tersebut cukup merasa lega. Mereka tidak perlu bersusah payah menyembunyikan bekas tangan mereka pada kejadian malam ini.

Hujan yang deras dengan tanpa adanya saksi yang melihat kejadian malam ini akan semakin membantu memudahkan tugas mereka di negeri asing ini.

"Baguslah. Ayo kita pergi dari sini. Kita harus mencari gadis itu secepatnya, sebelum mereka yang mendapatkan gadis itu lebih dulu," titah pria bernama Shima tersebut. Pria bertubuh tinggi dan proporsional tersebut lalu membalikkan tubuh kembali menuju ke arah mobil mereka.

Tanpa kata para pria tersebut juga ikut mengikuti langkah Shima dan sama-sama masuk ke dalam mobil. Tidak lama kemudian kedua mobil tersebut sudah meninggalkan area kecelakaan itu.

***

Hujan sore itu tidak henti jatuh membasahi alam di sekitarnya. Tidak memedulikan keadaan seorang gadis berbaju hitam yang tengah berdiri di atas gundukan tanah berbatu bertuliskan kedua nama yang paling berarti dalam hidupnya.

Baju dan rambut panjangnya sudah basah akan air hujan. Membuatnya terlihat seperti anak anjing yang menyedihkan sendirian berdiri di bawah derasnya hujan yang seakan ikut berkabung atas kematian kedua orang tuanya. Menutupi air mata yang jatuh deras membasahi kedua pipinya saat ini. Ingatan gadis itu mengenang di hari terakhir dirinya berinteraksi dengan kedua orang tuanya.

"Kanae, bunda akan pulang secepatnya. Kau baik-baik saja di rumah ya. Tunggu bunda dan papa pulang, lalu kita akan merayakan hari ulang tahunmu nanti, oke?!" Suara lembut itu terdengar merdu di telinga gadis yang dipanggil Kanae itu. Gadis yang saat ini masih berdiri diam di tengah-tengah makam kedua orang tuanya. Menundukkan kepalanya dengan wajah sendu menatap kedua pusaran orang tuanya.

"Iya Bunda. Hati-hati di jalan ya. Papa tidak lupa kado buat Kanae kan Bun?"

"Hahaha tentu saja tidak. Kadonya sudah ada di dalam mobil. Kita akan sampai saat pagi nanti. Kamu lebih baik istirahat, tidur di rumah. Ini sudah malam, Sayang."

"Ya, baiklah. Kanae mau tidur Bunda. Titip salam sama papa ya."

"Ya Sayang. Selamat malam. Kami mencintaimu." Dan panggilan pun diputus. Kanae tidak pernah menyangka itu adalah panggilan dan percakapan terakhir yang bisa dilakukannya dengan bundanya. Karena pagi harinya gadis itu tidak kunjung mendapat kabar kedatangan kedua orang tuanya dari perjalanan bisnis.

Hingga hari menjelang siang, barulah dirinya menerima kabar mengejutkan itu. Mobil kedua orang tuanya jatuh ke jurang. Laporan kepolisian mengatakan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan karena keadaan cuaca yang malam itu memang sedang hujan deras, dan didukung dengan jalan pegunungan yang cukup licin sehingga mobil tersebut tergelincir ke samping lalu menabrak pembatas jalan dan jatuh ke dalam jurang. Tidak ada korban selamat di dalam mobil itu.

Kanae tidak pernah menyangka dirinya akan menjadi sebatang kara secepat ini. Di usianya yang 17 tahun, Kanae telah kehilangan kedua penopang hidupnya.

"Hiks hiks Bunda! Bunda! Papa! Kenapa kalian tega ninggalin Kanae sendirian di sini?! Kanae harus bagaimana hiks hiks!" tangis gadis itu semakin keras. Berkali-kali gadis itu mengusap genangan air mata yang terus menerus mengalir di kedua pipinya. Hingga dirinya tidak bisa menahan lagi. Gadis bernama Kanae itu akhirnya menutup wajah sembabnya dengan kedua tangan. Setelah itu tubuhya meluruh jatuh ke bawah, jongkok sendirian di sana sembari melipat kedua tangan di atas kedua lututnya. Kanae menyembunyikan wajah manisnya di sela lipatan lengannya itu dan menangis kencang di sana. Tdak memedulikan air hujan yang semakin deras jatuh membasahi tubuh kecilnya.

Beberapa hari setelah itu, Kanae terbaring lemas di atas ranjangnya, sendirian di dalam rumah yang terasa begitu sepi setelah kepergian kedua orang tuanya. Kanae jatuh sakit, demam tinggi karena kehujanan dalam waktu lama pada malam itu. Dirinya mau tidak mau harus ijin tidak masuk sekolah karena sakit.

Gadis itu hanya bisa terdiam di tempat tidur dan mengurus dirinya sendiri. pagi ini mata jernih itu sudah terbuka dengan wajah sayunya. Beberapa menit berlalu dan gadis itu masih terdiam di tempat. Kanae merasa malas bergerak dari atas ranjang.

Tubuhnya terasa begitu lemas, namun perutnya sudah terasa lapar. Semalam dirinya sengaja meninggalkan jam makan malam karena merasa tidak enak makan. Dan pagi ini perutnya sudah terasa keroncongan, namun rasanya gadis itu tdak memiliki tenaga lebih hanya untuk sekedar membangunkan tubuh kecilnya saja.

Dunia terasa berputar dalam pandangan mata gads itu. kanae bisa merasakan demam dalam tubuhnya nampak semakin parah. Bahkan napasnya sudah terasa memberat. Meski begitu, Kanae masih tidak berminat meminta pertolongan siapa pun atau bahkan mendaftarkan dirinya ke rumah sakit. Kanae hanya ingin berbaring dan tidur di atas ranjangnya.

Andai manusia tidak membutuhkan makan agar tetap hidup. Batin Kanae menyayangkan hal itu. sebentar saja. tunggu sebentar lagi saja. kanae mengatakan pada dirinya sendiri untuk menunggu waktu lebih di atas ranjang sebelum drinya harus bangkit dan membuat sesuap nasi untuk dirinya memuaskan cacing-cacing dalam perutnya.

Gadis itu menarik selimut semakin ke atas hingga hampir menutupi seluruh tubuh kecilnya yang sudah basah akan keringat. Kanae mencoba memejamkan kedu matanya sekali lagi. Gadis itu ingin mengistirahatkan tubuhnya kembali walau sejenak, sebelum bangkit untuk beraktivitas.

Gadis itu baru memejamkan kedua matanya untuk beberapa detik saja ketika kemduian suara bel pintu mengusik istirahatnya. Kanae mengernyitkan kedua alisnya karena merasa terganggu dengan suara bel pintu rumahnya sendiri. Dalam hati gadis itu bertanya-tanya siapa gerangan yang datang sepagi ini ke rumahnya.

Kanae berharap seseorang itu hanya pergi saja. gadis itu mencoba mengabaikan suara bel pintu itu. namun semakin dirinya mengabaikan suara bel pintu, semakin orang itu membunyikan belnya dengan tidk sabar. Hal itu semakin membuat Kanae merasa bingung sekaligus heran sendiri. gadis itu dengan kesal membuka kembali selimut yang menutupi wajahnya. Dalam hati Kanae bertanya-tanya.

Siapa gerangan orang itu?

Kenapa dia tidak pergi saja jika tahu tidak ada orang yang akan membuka pintu itu?

Detik kemudian kedua mata Kanae membulat dan menatap pintu kamarnya dengan wajah horor. Jangan-jangan orang yang datang itu merupakan salah satu rentenir yang tanpa Kanae ketahui telah meminjamkan dana kepada papa dan bundanya?

Batin Kanae semakin merasa tidak tenang. Gadis itu menelan ludahnya dengan kasar. Meski begitu dengan menguatkan seluruh tenaganya, Kanae akhirnya turun dari atas ranjang dan melangkah dengan perlahan mendekati pintu kamarnya. Napas Kanae masih memberat.

Gadis itu bahkan tdak mmedulikan wajah pucat tanpa riasan sedikit pun, dan membiarkan rambut panjang indahnya terurai berantakan menutupi punggung kecil dan area dadanya. Setelan piyama tipis berwarna kuning dengan corak gambar anak ayam melekat pantas dalam tubuhnya yang kurus. Kanae melangkah mendekati pintu dengan perlahan. Sungguh, tubuh kurusnya terasa begitu berat terlebih rasa lapar sudah menggerogoti perut datar gadis itu. dalam perjalanannya yang terasa begitu lama itu, Kanae berpikir akan memesan makanan instan secara online saja. gadis itu merasa tidak akan kuat berdiri lebih lama dari ini. pandangannya sudah memburam. pendengarannya terasa berdengung menyadari suara bel pintu yang juga disertai gedoran keras di pintu tersebut.

"Ya ... tunggu sebentar," suara lirih Kanae yang berusaha membuat gedoran pintu itu berhenti. Kanae berpikir jika orang itu tetap menggedor pintu dengan kencang seperti itu, bisa-bisa pintu rumahnya akan hancur begitu saja, dan itu akan sangat merepotkn dirinya nanti. kanae meraih kunci pintu dan mulai membukanya. Bahkan tangan kurus gadis itu sedikit bergetar ketika memutar kunci tersebut dan membukanya.

Cklek! Pintu akhirnya berhasil dibuka. Pandangan mata Kanae langsung melihat sekelompok pria berbaju hitam dan bertubuh besar yang sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Mereka langsung menoleh ke arah Kanae. Dan gadis itu tidak mengenal satu pun dari pria-pria tersebut. Kanae mengerjap-kerjapkan kedua matanya yang sayu untuk mempertajam dan memfokuskan penglihatannya pada sekelompok pria itu.

"Sia--pa ...?" suara lirih Kanae terasa mengambang ketika pandangan gadis itu semakin menggelap dan Kanae jatuh tidak sadarkan diri di depan mereka semua. Untunglah dengan sigap salah satu dari mereka yang berdiri tepat di depan Kanae langsung menangkap tubuh kurus itu sebelum terjatuh menghantam kerasnya lantai teras rumah.

"Nona?!"

Pria berbaju hitam yang berhasil menangkap tubuh Kanae itu menyibak rambut gadis itu untuk melihat wajah pucatnya. Tangan besarnya menyentuh sisi wajah Kanae dengan lembut dan merasakan suhu panas dari kulit putih pucat tersebut.

"Shima-san?"

"Dia demam." Jawab pria yang bernama Shima tersebut dengan wajah datarnya. Tanpa menunggu lagi pria asing tersebut segera mengangkat tubuh Kanae dan membawanya masuk ke dalam. 4 pria berbaju hitam itu tanpa sungkan masuk ke dalam rumah Kanae dan menutup pintu rumah tersebut. Pria bernama Shima itu membawa tubuh Kanae ke dalam kamar terdekat. Dengan perlahan pria bertubuh tegap tersebut meletakkan tubuh kurus Kanae ke atas ranjang. Diperhatikannya wajah gadis itu dengan lekat. Wajah Kanae pucat, namun masih menunjukkan kecantikan alaminya yang nampak manis dan imut. Disibaknya anakan rambut yang menutupi sebagian waja gadis itu.

"Shima-san, apa yang harus kita lakukan?" tanya salah satu rekan satu timnya yang juga ikut memerhatikan wajah gadis itu di belakangnya. Dan pria bernama Shima itu lalu menoleh ke arah 3 orang di sana.

"Yang pertama, kalian membagi tugas. Kau cari obat penurun panas," pesan Shima menunjuk salah satu dari mereka dengan tegas.

"Dan Gonjo-san tolong buatkan sesuatu untuk nona Kanae-san. Aku yakin dia belum mengisi perutnya pagi ini. Juga tolong siapkan air hangat!"lanjutnya membagi tugas.

"Baik Shima-san!" jawab ketiga pria tersebut dengan serempak. Tanpa menunggu lagi mereka bertiga segera berbalik langkah dan melakukan tugas masing-masing dengan sigap.

Sementara itu, pria bernama Shima itu menoleh kembali ke arah Kanae yang masih tidak sadarkan diri di atas ranjang. Pria berwajah tampan itu menghela napas pelan memerhatikan Kanae. Di tempatnya berdiri, pria tinggi itu memerhatikan kamar yang dimasukinya kini.

Kamar yang cukup sederhana. Pria itu menoleh ke arah almari pakaian dan lalu mendekatinya. Tanpa segan sekali lagi pria asing itu membuka almari pakaian dan melihat isi di dalam sana. Pria itu mulai mengambil beberapa setel pakaian yang bisa dipakai Kanae dan lalu menutupnya kembali.

Setelah itu Shima bergerak mendekati Kanae kembali, dan mulai mengulurkan kedua tangannya ke arah kancing baju Kanae. Shima akan mengganti baju basah tersebut dengan baju yang baru untuk membuat gadis itu tetap nyaman dalam tidurnya. Dibukanya satu per satu kancing baju itu dengan cepat dan melepasnya.

Pandangan mata Shima langsung disuguhkan engan belahan dadaa gadis itu yang ternyata cukup besar dari yang seharusnya terlihat. Tubuh Kanae nampak begitu kurus di mata Shima. Kulitnya berwarna putih pucat dan bersih. Nilai tambah untuk gadis itu. sayang sekali, sepertinya tubuh indah itu sebentar lagi akan dipenuhi luka-luka di tangannya nanti.

Ketukan di depan pintu kamar mengalihkan perhatian pria bernama Shima tersebut. Salah satu rekannya datang dengan membawa sebuah baskom berisi air hangat dan handuk bersih yang dipesankannya tadi. shima datang mendekat dan mengambil alih kedua barang tersebut dari tangan sebelumnya.

"Mulai dari sini kalian perlu mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam. Mengerti?!" pesan pria tersebut yang langsung diangguki mengerti oleh rekannya itu.

"Baik Shima-san!"

Setelah itu Shima menutup pintu dengan rapat dan kembali mendekati Kanae. Pria itu mulai mencelupkan handuk bersih itu dan memerasnya sedikit sebelum mulai menyeka tubuh yang dipenuhi keringat milik Kanae.

Dengan telaten dan lembut pria tampan itu membersihkan tubuh Kanae dalam diam. Setelahnya pria itu kembali memakaikan baju untuk Kanae dengan rapi dan memeriksa suhu tubuh gadis itu sembari menunggunya terbangun dari tidurnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku