When We Were In Love

When We Were In Love

JK

5.0
Komentar
73
Penayangan
30
Bab

Kalau dulu kita tidak bertemu apa hidup kita sekarang akan lebih bahagia - Alice Reeves Jika saat itu aku lebih gigih apa kisah kita akan memiliki ending yang berbeda - Douglas Handerson Seandainya aku lebih dulu bertemu denganmu apa kau akan memilihku - Maximilliam Callyps Alice Reeves menyukai Douglas Handerson, sahabat sekaligus kakak tirinya. Alice tahu bahwa perasaannya tidak akan pernah terbalas saat lelaki itu memutuskan untuk pergi dari hidupnya. Alice sudah tahu. Sementara itu, Maximilliam Callyps lelaki yang baru dikenalnya mencoba untuk masuk ke dalam kehidupannya dan berusaha untuk membuat hatinya berdebar kembali.

Bab 1 Chapter 1

Restauran mewah yang terletak di lantai paling atas sebuah hotel terlihat tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa meja yang sudah terisi. Seorang gadis yang sedang duduk di dekat jendela menatap pemandangan lampu jalanan yang berkelap-kelip di bawahnya sambil tersenyum puas. Alice Reeves, kembali mengingat moment saat dirinya menerima penghargaan untuk kategori artis pendatang baru terbaik di Festival Film Cannes seminggu yang lalu.

Rasanya masih seperti mimpi ia bisa memenangkan penghargaan itu di film debutnya dan menghalahkan para pesaingnya. Tapi jika ini memang mimpi Alice berharap ia tidak akan pernah bangun dari tidurnya.

"Kenapa kau senyum-senyum sendiri?"

Alice menoleh. Phoebe McCain yang sedang duduk di hadapannya menatapnya dengan pandangan heran. Phoebe, wanita berusia 26 tahun yang memiliki rambut ikal berwarna coklat dan kulit pucat adalah teman baik Alice yang datang untuk menemaninya makan malam.

Alice tertawa kecil. "Hanya mengingat kembali moment malam itu."

Phoebe tersenyum mendengar jawaban Alice. Ia mengangkat gelas wine yang ada di sebelahnya dan berkata "Mari kita bersulang untuk merayakan kemenanganmu." Alice tersenyum mengangguk. Ia mengangkat gelas wine nya dan mendentingkannya dengan gelas Phoebe.

"Cheers" ucap mereka bersamaan lalu meminum wine itu dalam sekali teguk. Rasa manis dan pahit meresap ke dalam indra perasa Alice.

"Aku tidak menyangka kau bisa memenangkan penghargaan ini di film pertamamu" ujar Phoebe sambil mengelap mulutnya dengan tissue.

Alice mengangguk setuju. "Benar. Aku juga memikirkan hal yang sama denganmu. Aku bahkan sempat mengira mereka salah membacakan nama pemenangnya." Phoebe tertawa mendengar gurauan Alice.

Alice saat ini berprofesi sebagai seorang aktris pendatang baru. Ia memulai karir sebagai model untuk pemotretan sebuah majalah fashion selama tiga tahun sebelum terpilih menjadi model MV oleh salah satu penyanyi papan atas yang sedang naik daun untuk single terbarunya. Tema short movie yang dipilih oleh penyanyi itu dan lagunya yang meledak di pasaran membuat nama Alice ikut melambung dan mulai di perhitungkan dalam industri hiburan. Sejak saat itu Alice mulai mendapat tawaran iklan dari beberapa brand ternama.

Puncaknya adalah ketika dia bertemu dengan Sebastian Romson, sutradara terkenal yang sedang naik daun. Ia terkesan dengan penampilan Alice dalam MV itu dan meminta Alice untuk mengikuti casting film yang akan di buatnya. Alice lolos casting sebagai peran antagonis dalam film besutannya.

Dewi Fortuna seakan tidak berhenti berpihak pada Alice. Film pertama yang ia bintangi mendapat sambutan hangat dari kritikus dan para penikmat film. Hampir semua orang yang dia temui memuji keterampilan aktingnya dalam film tersebut. Alice bahkan sempat berpikir dirinya mungkin pernah menyelamatkan negara di kehidupannya yang dulu karena keberuntungannya tidak berakhir sampai di situ. Kemarin malam menjadi pembuktian dari semua hasil kerja keras Alice selama ini.

Ponsel Alice yang tergeletak di atas meja bergetar. Ia meliriknya, pesan masuk dari Noah, manajernya. Alice meraihnya dan membacanya.

'Besok kita akan makan malam dengan Sebastian dan para sponsor. Aku akan datang untuk menjemputmu dan kau wajib ikut Alice karena kau adalah salah satu bintang utamanya. Kalau kau beralasan lagi untuk tidak hadir, aku akan mulai mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan lain.'

Alice menghela nafas setelah membaca pesan dari Noah. Meskipun saat ini dirinya bisa di bilang sebagai seniman tapi ia sama sekali tidak suka dengan yang namanya pesta. Terlalu banyak keramaian di dalam satu ruangan membuat kepalanya pusing saat menghadirinya. Kecuali jika sedang shooting atau pemotretan Alice tidak akan terlalu memikirkan hal itu karena sedang fokus ke hal lain.

"Kenapa dahimu berkerut seperti itu?" tanya Phoebe. Alice memberikan ponselnya pada Phoebe agar dia bisa membacanya langsung.

Phoebe menerimanya dan membaca pesan dari Noah.

"Kau memang harus datang Alice. Mungkin dulu tidak apa-apa kalau kau beralasan tidak hadir. Tapi sekarang aku rasa kau harus mulai membiasakan diri" kata Phoebe sambil mengembalikan ponsel Alice.

Alice memajukan bibir bawahnya mendengar nasihat dari Phoebe, kebiasaannya sejak kecil saat sedang tidak suka dengan sesuatu. "Kau mau ikut?" ajak Alice.

Phoebe langsung menggeleng dengan cepat. "Tidak, terima kasih. Aku lebih baik nonton film di bioskop sendirian daripada harus ikut menghadiri pesta denganmu."

Alice tertawa mendengar penolakan Phoebe. Mungkin karena sifat mereka berdua sama-sama introvert sehingga mereka bisa berteman baik hingga sekarang. "Kau menyuruhku datang, tapi kau juga menolak ajakanku" gerutu Alice.

"Jelas saja. Kau'kan artis jadi kau harus datang, tidak ada alasan bagimu untuk menolaknya. Sedangkan aku hanya seorang guru jadi tidak ada alasan bagiku untuk menghadirinya."

Alice menggelengkan kepalanya, Phoebe memang sangat pintar ketika membalikkan kata-katanya seperti sekarang dan dia juga selalu berhasil membuat Alice terdiam seketika karena tidak bisa membalasnya. Mungkin ini salah satu pengaruh yang dimiliki oleh Phoebe dari pekerjaannya sebagai guru sekolah dasar.

"Baiklah aku akan datang ke pesta besok" kata Alice.

"Bagus" sahut Phoebe tersenyum.

Setelah makan malam selesai mereka memutuskan untuk pulang ke rumah. Alice turun lebih dulu dari taksi karena apartemennya lebih dekat dari hotel dibanding rumah Phoebe.

"Hati-hati" ujar Alice sambil melambaikan tangan pada Phoebe lewat jendela. Phoebe mengangguk tersenyum dan membalas lambaian tangan Alice. Kemudian taksi jalan dan Alice melihatnya hingga taksi itu menghilang dari pandangannya.

____

____

Alice menekan nomor sandi pintu apartemennya. Setelah pintu terbuka, ia masuk dan menyalakan lampu. Apartemen dua kamar yang ia beli dua tahun lalu terasa sangat besar saat ia sedang sendirian seperti sekarang.

Alice menghela nafas sebentar sambil melepaskan sepatu dan menggantung coatnya, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Alice memutar musik sebelum melepas handuknya dan berendam di bathtub. Kegiatan ini adalah favorit Alice. Pemandangan gedung-gedung yang terlihat dari jendela di sisi bathub saat ia berendam mampu memberikan sensasi tenang di dalam dirinya. Inilah salah satu alasan Alice memilih apartemen ini. Karena pemandangan dari kamar mandinya terlihat begitu indah. Alasan sederhana tetapi lebih dari cukup untuk membuat dirinya merasa senang.

Suasana berubah saat lagu All I Want milik Kodaline berputar. Kejadian di masa lalu muncul mendadak di benak Alice secara bergantian tanpa peringatan.

'Kami akan menikah'

'Pulanglah, kita hadapi semua ini bersama'

'Kalau kau mau menangis, menangislah tapi jangan melakukan hal yang bisa membahayakan nyawamu sendiri'

Karena tidak tahan dengan suara-suara yang menggema di kepalanya, Alice langsung menenggelamkan kepalanya ke dalam air di bathtub. Entah berapa lama dirinya seperti itu. Yang jelas saat dadanya mulai terasa sesak karena kekurangan oksigen, Alice tersentak dan segera tersadar kembali.

Alice mengangkat kepalanya dari dalam air dan mengusap wajahnya yang penuh dengan busa. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Alice melakukan hal itu berulang kali sampai emosinya terasa lebih stabil. Ia meraih ponselnya dan mematikan lagu yang sedang diputar. Lagu itu adalah lagu favoritnya. Tapi liriknya yang sangat mewakili perasaannya selalu mampu membuat Alice teringat akan kenangan itu.

Saat lebih tenang ia bangkit dari bathub dan berjalan menuju shower untuk membilas tubuhnya. Setelah selesai mandi, Alice duduk di depan meja rias untuk mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Ia menatap sosoknya di cermin dan termenung. Memang benar perkataan orang bijak, semakinseseorang ingin melupakan sesuatu semakin ia mengingatnya.

Dan sekarang ingatan Alice kembali ke momen tujuh tahun yang lalu saat bersama 'dia' di musim gugur.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gairah Liar Dibalik Jilbab

Gemoy
5.0

Kami berdua beberapa saat terdiam sejanak , lalu kulihat arman membuka lilitan handuk di tubuhnya, dan handuk itu terjatuh kelantai, sehingga kini Arman telanjang bulat di depanku. ''bu sebenarnya arman telah bosan hanya olah raga jari saja, sebelum arman berangkat ke Jakarta meninggalkan ibu, arman ingin mencicipi tubuh ibu'' ucap anakku sambil mendorong tubuhku sehingga aku terjatuh di atas tempat tidur. ''bruuugs'' aku tejatuh di atas tempat tidur. lalu arman langsung menerkam tubuhku , laksana harimau menerkam mangsanya , dan mencium bibirku. aku pun berontak , sekuat tenaga aku berusaha melepaskan pelukan arman. ''arman jangan nak.....ini ibumu sayang'' ucapku tapi arman terus mencium bibirku. jangan di lakukan ini ibu nak...'' ucapku lagi . Aku memekik ketika tangan arman meremas kedua buah payudaraku, aku pun masih Aku merasakan jemarinya menekan selangkanganku, sementara itu tongkatnya arman sudah benar-benar tegak berdiri. ''Kayanya ibu sudah terangsang yaa''? dia menggodaku, berbisik di telinga. Aku menggeleng lemah, ''tidaaak....,Aahkk...., lepaskan ibu nak..., aaahk.....ooughs....., cukup sayang lepaskan ibu ini dosa nak...'' aku memohon tapi tak sungguh-sungguh berusaha menghentikan perbuatan yang di lakukan anakku terhadapku. ''Jangan nak... ibu mohon.... Tapi tak lama kemudian tiba-tiba arman memangut bibirku,meredam suaraku dengan memangut bibir merahku, menghisap dengan perlahan membuatku kaget sekaligus terbawa syahwatku semakin meningkat. Oh Tuhan... dia mencium bibirku, menghisap mulutku begitu lembut, aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, Suamiku tak pernah melakukannya seenak ini, tapi dia... Aahkk... dia hanya anakku, tapi dia bisa membuatku merasa nyaman seperti ini, dan lagi............ Oohkk...oooohhkkk..... Tubuhku menggeliat! Kenapa dengan diriku ini, ciuman arman terasa begitu menyentuh, penuh perasaan dan sangat bergairah. "Aahkk... aaahhk,," Tangan itu, kumohooon jangan naik lagi, aku sudah tidak tahan lagi, Aahkk... hentikan, cairanku sudah keluar. Lidah arman anakku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar. Kemudian kurasakan lidahnya menyeruak masuk kedalam vaginaku, dan menari-nari di sana membuatku semakin tidak tahan. "Aaahkk... Nak....!"

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku