When We Were In Love
erapatkan coat nya dan bersedekap. Ia terus berjalan sambil berusaha untuk menenangkan pikirannya. High heels yang
ir sepuluh menit berlalu, akhirnya taksi yang ia tunggu datang. Sebelum masuk, Alice melihat nomor plat taksi dan berusaha mengingatnya
dah diingatnya tadi. Supir taksi yang mendengar percakapan Alice di telepon mengernyitkan dahi dari kaca spion tengah. Alice melirik sekilas dan mengangkat bahu
aat mengobrol, Alice menyudahi pembicaraan mereka dan menutup telepon. Lalu ia memandang keluar jendela dan melihat pohon-pohon di jalanan yang sudah menggugurkan da
darinya supir taksi langsung membelokkan kemudinya ke arah tembok pembatas. Alice panik. Beruntung supir taksi masih sadar untuk menge
. Mereka memeriksa apakah orang di dalam mobil baik-baik saja. Supir taksi memeg
ar. Alice segera keluar dari taksi dengan berjalan sempoyongan dan mengabaikan orang-orang
sambil memegang perutnya. Rasa shock masih memenuhi dirinya. Tidak lama Alice mer
_
_
ngnya. Hal yang pertama ia lihat adalah sosok Phobe yang sedan
ka. Alice menggeleng sedikit karena masih merasakan sakit di kepalanya. "
pelan. Saat rasa takut itu memenuhi dirinya, Phoebe datang dengan lelaki paruh baya yang mengenakan jas putih yang Alice tebak sosok itu adalah d
setelah mengalami kecelakaan. Tapi dia harus beristirahat lagi se
a lega. Setelah selesai memeriksa Alice, dokter pamit dan meninggalkan merek
analgetik ya?" tanyanya beruntun. Alice tersenyum lemah. "N
i tatapan Phoebe hanya mengernyitkan dahinya, menunggu jawaban. Phoebe membuka mulutnya dan bersuara
kata Alic
yang mengalami luka tapi tidak serius. Perusahaan taksinya memiliki asuransi
teman seperti Phoebe. Setelah beberapa jam beristir
strasi dulu. Aku juga sudah menghubungi No
ng nanti. Alice duduk menunggu Phoebe di kursi depan Instalasi Farmasi. Tid
di? Kalau memang benar, ia ingin mengacungkan kedua jempol untuk pelayanan di rumah sakit ini yang sedetail itu dalam memberikan pelayanan. Saat sedang melihat kedua kakinya, tiba-ti
ga pada seseorang di ujung telepon. "Baiklah, aku serahkan d
t saat melihat wajah yang selama ini selalu ia rindukan. Wajah yang kadang-kadang hadir di da
ara mereka. Alice mengerjapkan mata beberapa kali dan akhirnya tersadar kalau
"Hai Douglas" sapa Alice. Ia berusaha untuk menampilkan senyum terbaiknya saat mengat
s diam dan mengusap leher belakangnya. Kebiasaannya saat canggung atau merasa
enjenguk tema
ah sakit mengizinkan pasien di besuk pada jam segini. Tapi Alice tidak bertanya lebih jauh dan hanya mengangguk. Mere
pang jelas berjalan menghampirinya. Jujur Alice tidak pernah merasa sesenang ini saat melihat sosok Noah. Tapi malam ini ia merasa senang dengan keh
sedang meneliti apakah Alice mengalami luka parah di tubuhnya. "Kau. Bagaimana bisa kau mengalami kecelaka
Alice mengangguk. Entah ini halusinasinya atau bukan, tapi ia bisa m
irian" kata Noah dengan nada marah. Alice menunduk dan tidak membantahnya. Mungkin k
dak menampilkan ekspresi terkejut saat mendengar berita itu. Padahal Noah jelas-jelas mengatakan dengan keras bahwa Alice baru saja mengalami kecelakaan. Tapi Dou
sini sejak ia datang. Noah memang tidak mengenal Douglas karena Alice
uk di sebelah Alice. "Semoga saja berita tentang kau yang mengalami kece
ampai mendapatkan tajuk utama di surat k
ice tidak mau berita ini menyebar aku bisa me
isa mengurusnya dalam waktu semalam?" tanya Noah
rahat dengan baik agar cepat pulih." Alice cukup tersanjung dengan kata-kata Max.
bantuanmu" ujar Alice sungguh-sungguh.
rusaha menahan rasa senang di balik suaranya. Max te
ministrasi" ajaknya. Alice mengangguk dan
kasih" u
heran melihat sosok Max ya
ilm yang dibintangi Alice" kata Max dengan p
e membalas perkenalan dari Max. Alice hanya tersenyum melihat
i perjalanan pulang, Phoebe yang mengantuk tidur bersandar di bahu Alice. Alice merasa sedikit bersalah melihat tem
ll soon
ang buruk menjadi sedikit lebih baik. Meskipun ada banyak pertanyaan di kepalanya tentang kehadiran Douglas yang tiba-tiba
esokan paginya saat Alice bangun dan membaca surat kabar, ia bersyukur karena tidak ada berita apapun tentang kecelakaan yang menimpanya. Max benar-benar menepati