icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

When We Were In Love

Bab 2 Chapter 2

Jumlah Kata:1072    |    Dirilis Pada: 07/12/2021

ngat kontras dengan matanya yang berwarna coklat hazel. Bentuk hidungnya terpahat sempurna dengan bibir tipis dan rahang tajam. Tubuhnya yang tin

wajah. Ia memang terkadang bersikap manja dan kekanak-kanakan tapi nilai olahraga dan prestasi akademiknya selalu mas

gkuh jika mereka sadar kalau dirinya tampan. Tapi setelah mengenal sosok Douglas selama tiga tahun, Alice tahu kalau ia adalah pria y

_

_

Al

. Tidak ada lagi air mata yang menetes. Semua sudah tumpah saat menemani ibuku di rumah sakit selama berbulan-bulan.

gguk dan tersenyum lemah. Lalu Chloe memelukku erat seperti mencoba untuk menguatkanku. Aku tahu pelukannya tulus tapi entah k

melihat sekeliling. Rumahku sudah sepi. Hanya tinggal beberapa kerabat yang ma

hku. Ayahku hanya mengangguk dan tidak banyak bertanya, m

nuju sebuah pohon besar yang rindang. Aku duduk di sana sendirian, hanya diam

menadahkan tanganku ke atas, berusaha untuk menggenggam tetesan airnya me

membuat dadaku terasa sesak. Air mata yang aku kira sudah habis ternyata hanya tertahan dan akhirnya tumpah. Aku menangis sesenggukan di bawah hujan, melipat

i membasahi tubuhku. Aku mendongakkan kepala dan terkejut melihat sosok Douglas yang sedan

ar kedinginan. "Bodoh, sedang apa kau di sini?" ter

tidak menghiraukan permintaanku. Ia meng

edang bersedih aku tidak punya tenaga sama sekali. Akhirnya aku pasrah mengikutinya berlari. Kam

ar. Douglas menghampiriku dan mengeluarkan sapu tangan

perti yang biasa dilakukannya

erbuat dari apa si

ebodoh ini" lanjut Douglas

pohon saat hujan besar seperti ini. Apa

membantah perkataannya sama sekali seperti yang biasa aku laku

dan mengambil sapu tangan dari tanganku. Douglas mengusap pipiku yang basah. Enta

n berbuat sesuatu yang bisa membahayakan nyawamu sendiri." Nada su

saat ini situasinya tidak seperti ini mungkin aku akan

unggungnya yang lebar. Tidak mengerti apa yang sedang ia lakukan. "Jangan men

punggungku untukmu. Kau bisa menangis sepuasn

ang sudah berhenti akhirnya keluar lagi. Aku menyandar

rasa sesak. Douglas tidak mengatakan apapun dan hanya menatap ke depan. Kemejanya

urku. Douglas mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Dia mengatakan akan mengantarku pula

ampai di depan rumahku, sudah sadar de

pa mandi air hangat" sa

Douglas sama sekali tidak berger

tanyaku

apa yang tahu kalau kau akan pergi lagi dan melakuk

ra masuk ke dalam rumah, sebelum menutup pintu aku melambaikan tanga

ua dan melihat Douglas yang berjalan pulang. Aku memperhatikan sosoknya sampa

uglas tidak masuk s

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka