/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
"Mas, kamu udah pulang?" tanya Nayla yang kini berjalan menuruni anak tangga.
Bayu segera mengarahkan pandangannya ke arah Nayla.
"Sayang, kamu darimana saja. Daritadi aku panggil kok nggak ada jawaban?" Pertanyaan yang terdengar begitu di paksakan bagi Nayla.
Saat Nayla sudah berdiri di hadapan Bayu. Pria tampan dengan jambang halus di dagunya itu segera mencium Nayla, istrinya.
"Aku baru saja merapikan kamar," jawab Nayla sambil tersenyum kecil.
"Siapa wanita ini, Mas?" Pandangan Nayla langsung terpaku saat melihat seorang wanita muda berdiri tidak jauh dari suaminya.
"Kenalkan, dia Indri sepupuku," ucap Bayu yang langsung menggeser tempatnya berdiri menjadi di sebelah Nayla.
"Dan ... Indri, kenalkan ini Nayla. Istri yang paling aku cintai sampai kapanpun."
Bayu langsung mencium pipi Nayla di hadapan Indri, membuat wajah Nayla memerah karena malu.
"Halo, Mbak. Aku Indri sepupu Mas Bayu." Indri mengulurkan tangannya.
Sepupu? Sejak kapan Mas Bayu memiliki sepupu bernama Indri? Dan kenapa selama ini ia tidak pernah menceritakannya kepadaku? Pertanyaan itu tiba-tiba terlintas di pikirannya.
"Kok aku nggak pernah tahu, ya, kalau kamu punya sepupu bernama Indri?"
Pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Nayla membuat Bayu langsung salah tingkah.
"Itu karena Indri tinggal di desa, jadi kami jarang bertemu dan memang kurang akrab juga. Makanya aku juga jarang menceritakannya padamu."
Sebuah alasan yang terdengar sangat masuk akal, tapi entah kenapa hati Nayla berkata lain, seolah ada hal yang sedang berusaha di tutupi oleh Bayu, suaminya.
"Lagi pula apa pentingnya kamu tahu tentang Indri?"
Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari kejauhan.
"Tante Ratna." Indri segera menghampiri Ratna yang baru saja keluar dari kamarnya.
Pelukan hangat di berikan Ratna kepada Indri. Nayla yang melihat kedekatan ibu mertuanya dan Indri terasa begitu sakit, bagaimana tidak, hampir 3 tahun ia menjadi istri Bayu, Ratna tidak pernah memeluknya sehangat itu.
"Bagaimana kabar orang tuamu? Mereka sehat, 'kan?"
Ratna melepaskan pelukannya, ia kini menatap wajah Indri dengan penuh kasih sayang.
Sambil tersenyum kecil. "Papa dan Mama sehat kok, Tante. Kalau Tante sendiri bagaimana, sehat 'kan?" tanya Indri.
"Ya beginilah ... terkadang terasa jenuh harus berduaan dengan orang kampung, nggak se frekuensi." Ratna melirik ke arah Nayla yang masih berdiri di samping Bayu.
Nayla Saputri adalah seorang gadis lugu dari sebuah desa kecil, kehidupan sulit membuatnya memilih untuk mengadu nasib ke kota besar. Sampai akhirnya dewi keberuntungan berpihak padanya, Nayla yang saat itu bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah restoran anpa sengaja bertemu dengan Bayu yang saat itu menghadiri sebuah acara kantor.
Pertemuan yang tidak sengaja tersebut rupanya membuat keduanya semakin dekat. Bayu yang begitu sangat mencintai Nayla memutuskan untuk menikahi gadis pujaannya itu walaupun tanpa restu sang ibu.
"Sayang, kamu yang sabar ya." Tangan Bayu tiba-tiba menggegam tangan Nayla dengan erat. Ia seolah merasakan apa yang di rasakan istrinya saat ini.
Nayla hanya menatap wajah suaminya dengan lembut, sebuah senyuman terlihat di bibir Nayla. Walaupun terkesan seperti di paksakan.
"Ma, bagaimana kalau kangen-kangenannya di lanjutkan nanti," ucap Bayu yang kini berdiri di samping Ratna. "Lebih baik kita biarkan Indri istirahat dulu."
"Kamu benar, Mama sampai lupa." Ratna tertawa lepas, dengan tangan terus menggegam tangan Indri.
"Eh, Nayla!" bentak Ratna. "Ngapain kamu masih bengong di situ? Cepat antar Indri ke kamarnya."
"I-iya , Ma." Nayla yang sedang melamun langsung tersentak mendengar suara bentakan Ratna. "Indri, ayo aku antar ke kamarmu."
"Terima kasih, Mbak," ucapnya lembut.
Keduanya segera berjalan beriringan meninggalkan ruang tamu. Namun, baru beberapa lagkah suara Ratna terdengar memanggil nama Nayla.
/0/23788/coverorgin.jpg?v=49b7e99d293c396a41c9a16456321089&imageMogr2/format/webp)
/0/6523/coverorgin.jpg?v=8e0004fc35f893d47a86f931aafe544d&imageMogr2/format/webp)
/0/15159/coverorgin.jpg?v=3a71ec34291e2bd259b4575096d502d8&imageMogr2/format/webp)
/0/4382/coverorgin.jpg?v=f9c51cb1841bd06ffa357aea457d8f41&imageMogr2/format/webp)
/0/15560/coverorgin.jpg?v=1abf4e9093069af78f34ad8dffc00a3f&imageMogr2/format/webp)
/0/2941/coverorgin.jpg?v=a113f933c51b68be507cce6d077e3c5a&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=10956731975730da070c19fa4f539b70&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/17149/coverorgin.jpg?v=9e8822e567909a5e504ab1ee583fe92b&imageMogr2/format/webp)
/0/5487/coverorgin.jpg?v=5f14fba69636ed885f8b73f7a02fe96c&imageMogr2/format/webp)
/0/4586/coverorgin.jpg?v=651c662242c05b47245fd41f214c5dc9&imageMogr2/format/webp)
/0/8922/coverorgin.jpg?v=122f60a4aa4007bf4763bc7735e28281&imageMogr2/format/webp)
/0/18873/coverorgin.jpg?v=b8baa94752614edd376b3e18297a1c9e&imageMogr2/format/webp)
/0/3334/coverorgin.jpg?v=6e6d8f37662ef09cd884581b5c644618&imageMogr2/format/webp)
/0/3872/coverorgin.jpg?v=e9a4e6acc2dfae4e5b73afa34ec542aa&imageMogr2/format/webp)
/0/6494/coverorgin.jpg?v=d70cbc9e0fbe54e08469c203f165324f&imageMogr2/format/webp)