Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
TERJERAT PERNIKAHAN SANDIWARA

TERJERAT PERNIKAHAN SANDIWARA

Adin Ulia

5.0
Komentar
5K
Penayangan
25
Bab

Aruna terpaksa menikah dengan Alzam, sebagai penebus kesalahannya pada sang nenek karena telah kawin lari dengan pria yang tak pernah direstui keluarga. Namun, pernikahannya dengan Alzam menyeretnya ke dalam drama rumah tangga yang sangat memilukan saat pertama kali di bawa ke rumah suami, ia melihat seorang wanita cantik yang Alzam akui sebagai istrinya juga. Apa yang akan Aruna lakukan selanjutnya ?

Bab 1 Siapa dia

"Siapa perempuan itu?" Aruna menyipitkan mata saat mobil berhenti di depan rumah, memandangi wanita cantik yang berdiri anggun di depan pintu dengan senyuman yang merekah.

Di sebelahnya Alzam hanya tersenyum memandangi wanita di depan pintu rumah. Membuat pertanyaan dalam benak Aruna semakin besar.

"Dia Calista, istriku."

Deg!

Aruna nyaris tak percaya mendengarnya. Berharap itu hanya gurauan saja. Lidahnya tiba-tiba kelu.

"Istrimu? bagaimana bisa? bukankah istri pertamamu adalah aku?" Aruna bertanya lagi. Namun, respon Alzam hanya terdiam.

Pekarangan rumah sederhana bernuansa modern di pinggiran pulau Bali menyambut kedatangan Aruna dan Alzam dengan kehangatan mentari sore. Dalam hati, Aruna mengira wanita itu adalah seorang pelayan, tetapi terlalu cantik dan modis jika dikatakan seorang pelayan. Dan, setelah mendengar pernyataan dari suaminya, jantung Aruna serasa berhenti berdetak.

"Kamu sedang bercanda ya, Zam?" Aruna masih tak percaya.

"Tidak. Ini adalah kenyataan!" balas Alzam.

Aruna menelan ludah. Jantungnya berdegup dengan cepat. Ia masih sangat tercengang.

Mobil berhenti. Wanita cantik yang bernama Calista itu langsung bergegas menghampiri mobil bersama dengan seorang wanita paruh baya.

"Itu Bi Yuvi. Pelayan di rumahku. Kalau ada apa-apa, kamu bisa tanya sama dia. Segala keperluanmu juga sudah disiapkan olehnya." Alzam berujar singkat. Kemudian langsung membuka pintu mobil dan beranjak keluar.

Aruna hanya terdiam, memperhatikan tingkah suaminya yang sangat dingin. Namun, mata Aruna kembali melebar dan hampir saja ia jatuh pingsan saat melihat Alzam mendekap dan mengecup puncak kepala Calista.

"Berani sekali dia, bermesraan dengan wanita lain di hadapanku!" Aruna menatap tajam. Ia tak menyangka dengan itu semua. Deru napasnya naik turun dengan berat saat Alzam malah bergegas masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan lagi dirinya.

Bukannya mengajak dan memperkenalkan, Alzam malah bersikap sebaliknya.

"Ya Tuhan ... ujian apa lagi ini?" resah Aruna yang matanya mulai berembun. Dadanya berdesir nyeri.

"Apa-apaan ini! Bisa-bisanya Alzam menipu aku!" keluhnya lagi. Ia tak henti menggerutu kesal. Hampir saja Aruna berniat untuk kabur dari tempat itu.

Rasanya ia ingin sekali pergi dari drama kehidupan yang selalu di luar dugaan.

"Permisi, Nyonya." Suara ketukan di kaca mobil membuat Aruna tersadar dari lamunan.

Cepat-cepat Aruna menyeka air mata dan menoleh pada wanita paruh baya yang bernama Yuvi.

"Aku harus kuat. Aku gak boleh lemah, lagipula bukan hanya Alzam yang membenci pernikahan ini, tapi aku juga!" Aruna menarik napas panjang seolah mengumpulkan banyak kekuatan. Mengingatkan dirinya tentang perjanjian bahwa tidak ingin ada cinta lagi di antara mereka. Pernikahan ini tak pernah ia impikan.

"Hai, Bi." Aruna tersenyum menyapa hangat.

Bi Yuvi tersenyum dan mengangguk. "Mari saya bantu bawakan pakaian dan barang-barangnya. Nyonya."

"Loh, memangnya gak ada pelayan laki-laki?" tanya Aruna.

"Tidak ada, Nyonya. Di rumah ini, hanya saya ART-nya. Paling kalau ada pun, hanya tukang kebun saja, itu pun datang hanya 1 minggu sekali," ujar Bi Yuvi.

Aruna mengangguk. Kemudian mengedarkan pandangan ke segala arah. Menilai suasana dri rumah itu. Cukup nyaman jika hanya ditempati untuk keluarga kecil.

"Mari saya bantu, Nyonya." Bi Yuvi langsung berjalan menuju bagasi mobil. Namun, dengan cepat Aruna menahan lengannya.

"Nggak usah, Bi. Barang-barang aku banyak banget. Gimana kalau sekarang Bibi temanin aku keliling rumah. Aku kan orang baru, jadi butuh banyak adaptasi kayaknya," ujar Aruna, membuat Bi Yuvi mengernyit keheranan.

"Loh, tapi Tuan Alzam meminta saya untuk membawa dan merapikan barang-barang Nyonya Aruna."

Aruna tersenyum lebar dan berkata, "Ngapain repot-repot kalau di rumah ada laki-laki. Barang-barang aku banyak dan berat-berat, Bi. Jadi, biar Alzam aja yang bawain ke kamar. Kasian kalau harus Bibi yang beresin sendirian."

"Tapi ...."

"Ada apa ini? kok malah pada ngobrol? udah hampir magrib nih. Bi, bawakan barang-barangnya cepat." Alzam tiba-tiba keluar dan menghampiri mereka. Lalu memerintah.

"Kenapa nggak kamu aja yang bawain?" kata Aruna spontan. Membuat Alzam menatapnya.

"Kamu kan laki-laki, harusnya bisa bantuin juga, dong!" sambung Aruna. Alzam hanya mendengus sembari menggeleng pelan.

Tanpa basa-basi, pria itu langsung bergegas membuka bagasi mobil dan membawakan barang-barang. Dengan cepat Alzam meraih dua buah koper besar milik Aruna, sementara Bi Yuvi hanya membawakan dua tote bag berukuran sedang yang isinya adalah makanan.

"Hati-hati, berat!" ucap Aruna yang langsung mengekor dibelakang Bi Yuvi. Tingkahnya sudah seperti majikan padahal baru beberapa menit ia di rumah itu.

Alzam pun mempercepat langkah sembari menyeret koper-koper itu. Ia sepertinya tak ingin banyak berdebat dengan Aruna, mengingat ada suatu hal juga yang telah ia sembunyikan rapat-rapat dari wanita itu. Membuatnya harus lebih bersabar menghadapi sikap istri barunya.

"Loh, kok kamu yang bawa, Mas?" tanya Calista. Ia pun langsung menghampiri suaminya dan hendak membantu.

"Eh, jangan! Kopernya besar dan berat. Kamu kan lagi hamil, takut kenapa-napa kalau angkat yang berat-berat gini." Alzam langsung merebut kembali koper dari tangan Calista. Kemudian mengusap-usap perut wanita itu.

"Kamu juga pasti capek banget, Mas. Perjalanan dari Jogja ke Bali kan jauh banget! mau aku buatkan teh atau kopi?" kata Calista. Senyumannya begitu manis dan sangat menggoda. Selalu saja berhasil membuat semangat Alzam kembali berkobar.

Alzam melepas genggaman tangannya dari koper, lalu melingkarkan tangan di pinggang Calista. Mereka saat ini dalam posisi yang begitu intim. Sesaat ada kecupan mesra yang mereka lakukan. Seolah melepas rindu yang sudah bergejolak.

"Hmm, aku mau yang manis-manis." Alzam menatap penuh nafsu pada Calista.

Calista hanya tertawa kecil kemudian berkata, "Malam ini kamu akan mendapatkan yang manis-manis itu. Ada madu murni yang kamu bawa ke rumah ini!"

Alzam terkekeh begitu juga dengan Calista. Mereka seolah sudah berdamai dengan keadaan.

"Tapi aku lebih rindu pada permaisuriku!" rengek Alzam. Jika dengan Calista ia selalu saja hangat dan manja. Berbeda saat tadi ia bersama dengan Aruna.

"Tapi selama 1 minggu ke depan. Waktumu hanyalah untuk istri muda. Jadilah suami yang baik!" kata Calista. Kemudian sebuah kecupan hangat dan mesra kembali mereka lakukan.

Dari atas tangga. Aruna mengepalkan tangan dan berdeham kencang. Membuat aktivitas panas itu langsung terhenti.

Dalam hati, Aruna hanya bisa mengumpat kesal. Pasangan norak! tidak tahu malu!

Namun, ia pun kembali tersadar kalau katanya wanita itu adalah istri Alzam, artinya itu adalah istri pertama dan rumah ini adalah milik mereka berdua.

Jadi, sah-sah saja mereka mau berbuat apa pun. Tetapi setidaknya harus tau tempat dan sikon. Dia pun tidak merasa cemburu karena dasarnya dia tak memiliki perasaan apa-apa pada Alzam.

"Sorry. Aku mau mengambil koperku!" kata Aruna yang langsung menuruni cepat-cepat anak tangga.

"Oh, gak apa-apa. Biar aku saja yang mengantarnya. Kamu istirahat saja." Alzam kemudian kembali meraih koper-koper itu dan menoleh sejenak pada Calista, seolah meminta izin untuk beranjak.

"Kopermu berat banget sih, kamu bawa baju apa batu?" keluh Alzam saat sudah berada dihadapan Aruna.

Istri muda hanya menyeringai kecil dan berkata, "Bawa beban hidup!"

Alzam mengangkat alis dan mendengus pelan. "Kamu dari dulu itu senang menimpal ya, Run. Ingat, aku ini suamimu!"

"Terus kalau kamu suami, aku harus bersikap bagaimana, Zam? Eh, tunggu dulu. Suami macam apa yang tega berbohong pada orang tua dan istrinya?"sindir Aruna.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Adin Ulia

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku