Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Disebuah rumah terlihat ada seorang anak yang sedang di marahi oleh ayahnya.
"Gisel! Kamu lihat ini, kenapa semuanya seperti ini! Apa kamu bercanda dengan papa saat ini! Kamu lupa iya dengan peringatan yang papa berikan? Atau papa terlalu manja mendidik kamu?" Ucap ayah dari anak yang diketahui bernama Gisel itu.
"Maaf pa, Gisel salah, maafkan Gisel, tolong jangan hukum Gisel." Ucap Gisel sambil menangis memohon ampun pada ayahnya.
"Maaf, kamu lihat ini, nilai kamu semua hancur, kamu disuruh mengerjakan pekerjaan rumah juga tidak ada yang benar, bahkan kemarin terakhir kali kamu papa suruh mengelap mobil, malah yang ada timbul goresan di mobilnya."
"Kamu mau menghancurkan semua barang yang ada dirumah ini iya!" Ucap ayahnya membentak lagi.
"Tidak pa, Gisel tidak sengaja, Gisel tidak bermaksud melakukan itu." Ucap Gisel dengan tangis yang menjadi-jadi, apalagi ketika sang ayah sudah main tangan dengannya.
Seperti itulah kehidupan sehari-hari seorang gadis bernama Gisel Larasati. Dia merupakan putri kedua di keluarga ini, tapi sayangnya nasibnya tidak seberuntung kakaknya, bahkan diusia yang masih 10 tahun Gisel sudah sering mengalami penganiayaan. Bahkan orang tuanya sendiri menyebutnya pembawa sial.
Gisel seperti menjadi tumbal untuk kemarahan kedua orang tuanya dirumah ini. Bahkan bukan hanya sekali melainkan berkali-kali Gisel mendapatkan perlakuan seperti itu.
Gisel kecil tumbuh tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya, dan karena itulah dia menutup diri dari dunia luar, bahkan dia tidak memiliki teman, disaat anak seumurannya harusnya masih banyak bermain, Gisel justru mendapat perlakuan yang berbeda, orang tuanya menyuruh Gisel melakukan pekerjaan rumah, tak jarang Gisel kecil selalu kelelahan. Dan jika dia melakukan kesalahan maka hukuman siap diberikan padanya. Dia bahkan pernah tidak makan seharian karena memecahkan gelas saat hendak menuang air minum.
Gisel memang sangat kurang beruntung, bahkan jika dipikir-pikir, dia sama sekali tidak beruntung, tidak pernah satu kalipun Gisel kecil merasa bahagia, atau diberikan kebahagian oleh kedua orang tuanya, dan Gisel kecil bahkan sering diperlakukan seperti seorang pembantu. Padahal dia masih sangat muda, dan belum seharusnya merasakan hal-hal seperti itu.
Nasib Gisel memang berbeda sekali dengan sang kakak Alina, Alina sangat disayang oleh kedua orang tua mereka, semua keinginan Alina pasti dituruti, tidak pernah sekalipun saat Alina menginginkan sesuatu orang tua mereka tidak menurutinya. Walaupun diperlakukan dengan berbeda, Alina menyayangi Gisel, dia bahkan tidak segan membela Gisel jika orang tua mereka sedang memarahi Gisel.