Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
12.1K
Penayangan
41
Bab

⚠️ 21+ sesuaikan usia kamu sebelum membaca tulisanku yang pasti bukan untuk anak remaja apa lagi anak kecil. "Vanilla, kau tahu apa yang kau lakukan?" "Tentu saja aku tahu." Ia menggesekkan area sensitifnya di benda berotot milik Nick. Bibirnya mengulas senyum penuh kemenangan yang terkesan jail. "Jangan salahkan aku jika... argh!" Nick menggeram, putus asa. "Fuck off!" "Jika apa?" "Jika benda itu tidak sengaja masuk, kau tahu itu risikonya, Vanilla," geram Nick jengkel karena Vanilla semakin menggodanya. Gadis itu terasa lembut, licin, dan hangat, Nick bisa merasakannya. Vanilla semakin menggoda Nick, menggesekkannya dengan lembut sambil mengerang dan menciumi sudut bibir bibir Nick berulang-ulang. "Nick... aku... sepertinya berubah pikiran." Nick mengatur napasnya. "Vanilla, jika kau terus bergerak ada kemungkinan benda itu akan tersesat masuk ke dalam." "Dia tidak akan tersesat kecuali kau menuntunnya." "Vanilla, it's not fucking jokes." Instagram @cherry.blossom0311 Facebook : Sakura Hikaru

Bab 1 Prologue

Prologue

"Sialan...." Vanilla mengumpat pelan kemudian meminta sopir untuk mengantarkannya ke rumah Beck.

Di depan pintu gerbang rumah Beck, Vanilla hanya perlu memasukkan kode akses keamanan tanpa harus repot-repot memanggil siapa pun untuk membuka gerbang. Teknologi sekarang sangat canggih, semua bisa di akses melalui ponselnya. Gadis itu juga hanya cukup memasukkan kode keamanan pada pintu utama rumah yang ditinggali Beck lalu melangkah dengan langkah kaki panjang menuju tangga yang berbentuk setengah lingkaran di tengah-tengah ruangan.

Tiba di lantai atas ia langsung menuju kamar Beck dan mendorong pintu dengan kasar membuat dua orang yang sedang bergumul di atas tempat tidur menghentikan aktivitas mereka dan memisahkan diri.

"Jadi, ini caramu menyambut tunanganmu yang baru kembali?" tanya Vanilla sambil menyandarkan bahunya di tiang pintu. "Suruh pergi jalangmu itu atau aku sendiri mengirimkan bukti kepada Mama." Ia mengarahkan ponselnya menuju ranjang di mana Sophie kekasih Beck menutupi tubuhnya menggunakan selimut yang melingkar di dadanya.

"Vanilla, jaga bicaramu!" hardik Beck. Matanya menyorot tajam Vanilla penuh kebencian.

"Pilihan ada di tanganmu, Beck." Vanilla mengambil beberapa foto Beck dan Sophia. "Aku tunggu lima menit, jauhkan kekasih tersayangmu itu atau foto ini sampai ke Mama," ancamnya sambil menampakkan layar ponselnya kepada Beck, menggoyangkan benda itu lalu membalikkan badannya meninggalkan kamar itu.

Terkutuklah kau, Beck!

"Sudah kukatakan, kita tidak memiliki hubungan apa pun lagi, Vanilla." Beck menipiskan bibinya, menatap gadis di depannya dengan cara yang teramat sinis. Beck baru saja mengantarkan Sophie keluar dari rumahnya lalu ia sendiri menyusul Vanilla yang berada di dapur.

Tanpa menoleh ke sumber suara gadis itu tersenyum manis. Berbeda dengan sikap sinis yang Beck tunjukkan kepadanya. "Aku tunanganmu, Beck." Ia membuka lemari pendingin makanan lalu mengeluarkan sebotol minuman dingin.

Beck menyipitkan matanya. "Tidak lagi sejak kau meninggalkan aku, Vanilla."

Vanilla membuka penutup botol, menikmati air dingin yang mengalir melewati kerongkongannya kemudian menutup kembali botol di tangannya sebelum ia mencampakkan benda itu ke tempat sampah.

"Sayangnya aku tidak merasa kita telah berakhir, pertunangan kita masih berjalan seperti yang orang tua kita sepakati," ujar Vanilla sambil berjalan melewati Beck.

Gadis itu meraih tas tangannya yang tergeletak di atas meja pantri lalu berjalan tanpa menoleh ke arah Beck. "Ganti semua isi kamarmu dan jangan coba-coba membawa Sabun itu ke rumah ini lagi karena aku, tunanganmu telah kembali," ucapnya dengan nada acuh seolah tidak pernah menyaksikan Beck bergumul dengan Sophie beberapa menit yang lalu.

Ia baru saja kembali dari New York setelah empat tahun lamanya menimba ilmu di sana dan mendapatkan gelar sarjananya. Empat tahun yang lalu Beck marah besar atas keputusan Vanilla karena gadis itu lebih memilih studinya, mereka bahkan terlibat dalam perang dingin dan tidak pernah berkomunikasi selama itu. Vanilla tidak pernah berusaha untuk menanyakan kabar tunangannya, begitu juga Beck. Keduanya saling bungkam mempertahankan ego mereka.

Beck adalah tetangga Vanilla, sahabatnya sekaligus penjaganya sejak ia masih kecil. Beck selalu marah setiap kali Vanilla berdekatan dengan anak laki-laki di sekolah tetapi Beck sendiri, ia bergonta-ganti mengencani gadis yang tidak terhitung jumlahnya. Hingga mereka akhirnya memutuskan untuk menerima perjodohan yang di atur oleh keluarga mereka. Vanilla menerima, sedangkan Beck tidak. Tepatnya begitu.

Soap = sabun

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh CHERRY BLOSSOM

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku