Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Om, I Love You!!

Om, I Love You!!

LaLovi

5.0
Komentar
17.7K
Penayangan
80
Bab

Jangan lupa pencet ❤️, tinggalkan komentar dan tip juga boleh 🫰🏻. Jatuh cinta pada pria seusia ❌ Jatuh cinta pada Om-om ✅ Seorang gadis yang ditinggalkan di Panti Asuhan bernama Brisya, harus dilema memilih pria yang mencintai dia atau yang dicintainya. Haris, putra pemilik ruko di sebelah Panti Asuhan, lelaki yang mengidap omrophobia pergi ke Mesir untuk kuliah setelah ayahnya meninggal. Ia memutuskan kembali ke kota kelahirannya setelah lima belas tahun kemudian dan bertemu lagi dengan gadis kecil dari Panti Asuhan yang kini sudah menjadi gadis cantik dan mempesona. Aji, sahabat Brisya semenjak SMP yang sangat bucin padanya. Aji akan melakukan segala cara agar Brisya bahagia dan selalu ada di sisinya. Lantas bagaimana kisah cinta segitiga antara Brisya, Haris dan Aji? Siapakah yang akhirnya Brisya pilih menjadi pemilik hatinya?

Bab 1 Storm

2 Januari 2008.

Langit masih saja menumpahkan seluruh isinya. Hujan, angin dan petir yang tak berhenti sejak sore. Jalanan sepi, basah oleh air hujan yang menggenang dibeberapa bagian yang berlubang..

Sebuah mobil berhenti tepat disebuah bangunan bertingkat. Seseorang membuka pintu mobil belakang, melebarkan payungnya dan turun. Usai memastikan sekelilingnya sepi, ia mengulurkan tangan pada seseorang di dalam mobil.

Lama tangannya terulur sebelum kemudian sebuah tangan kecil meraihnya, mendekat dan turun juga dari mobil.

"Tunggu di sini, ya! Mami akan kembali," ucap wanita itu sambil tetap memayungi gadis kecil tadi.

Gadis kecil itu mengangguk, wanita paruh baya tadi melepas genggamannya dan memberikan payungnya pada gadis itu. Buru-buru ia masuk kembali kedalam mobil. Meninggalkan gadis mungil berjaket biru itu sendiri di tengah hujan yang masih turun deras.

Ia tak paham mengapa ditinggalkan ditempat ini, yang ia tahu sekarang ia merasa dingin. Sepatunya basah oleh cipratan air hujan. Sekelilingnya gelap, ia menoleh pada rumah di belakangnya yang terang oleh temaram lampu.

Ia masih menunggu..

Meski tak paham sudah berapa lama ia berdiri dipinggir jalan itu. Bersama dengan hujan dan petir yang tak membuatnya takut sedikitpun. Ia menoleh lagi pada rumah di belakangnya. Sepertinya hangat berada di dalam sana, dan ia mulai mengantuk. Kembali ia menatap jalanan yang masih sepi, maminya tak kunjung datang.

"Hallo..sedang apa hujan-hujanan di sini?? Di mana orang tuamu??"

Gadis itu tersentak, ia menoleh. Seorang perempuan setengah tua sudah berdiri dibelakangnya dengan membawa payung besar. Ia tak menjawab.

"Siapa namamu?" lanjut wanita itu halus, gadis itu diam tak menjawab.

Seorang perempuan datang lagi, yang ini lebih tua. Ia menatap gadis itu iba.

"Mau ibu buatkan coklat hangat didalam??" ucap perempuan yang baru datang itu pelan, berjongkok dan menepuk bahu gadis itu lembut.

Gadis itu mengangguk, ia tersenyum. Sudah lama ia berdiri dipinggir jalan, kakinya lelah. Tangannya dingin membeku. Ia ingin coklat. Tangan perempuan itu terlulur untuk menggandeng tangan mungil yang kedinginan itu. Perlahan mereka semua masuk, diiringi suara petir yang bergemuruh dan hujan yang tak kunjung berhenti.

Sementara di seberang jalan tak jauh dari sana, mobil SUV hitam yang tadinya menurunkan gadis kecil itu mulai melaju perlahan. Seorang wanita yang berada di dalam mobil menangis meraung-raung, sementara sang supir terus melajukan mobilnya tanpa berhenti lagi.

"Panti Asuhan Pelita Kasih"

Seorang wanita paruh baya mendekap syalnya lebih erat. Ibu Rahmi, kepala panti asuhan yang sudah 15 tahun membuka panti asuhan yatim piatu. Dihadapannya berdiri seorang wanita yang menjadi tangan kanannya, Ibu Shila, demikian anak-anak panti asuhan itu memanggilnya.

Ibu Rahmi berusia 40 tahun, ia mengabdikan hidupnya di panti asuhan yang ia dirikan sejak masih muda. Ibu Rahmi pernah menikah, namun suami dan anaknya meninggal karena kecelakaan. Sejak ia hidup sendiri, ia mulai mengasuh beberapa anak terlantar yang hidup dijalanan untuk mengusir sepi dan rindu pada suami dan anaknya.

Ibu Shila, berusia 35 tahun. Ia bekerja pada ibu Rahmi sejak awal mula panti asuhan dibuka. Ibu Shila tak pernah menikah, ia mengabdikan hidupnya untuk panti asuhan dan anak anak terlantar yang ia sayangi sepenuh hati.

"Apa anak itu sudah bangun?" tanya bu Rahmi memecah sunyi.

Bu Shila menggeleng, ia menunduk sedih. "Baru kali ini ada anak menyedihkan seperti dia, selama 15 tahun di sini, baru dia yang dibuang disaat usianya sedang lucu-lucunya," sahut bu Shila pelan.

Ibu Rahmi kembali merapatkan syalnya, hatinya sakit bila mengingat kejadian semalam. Gadis mungil itu sangat cantik, pakaiannya bagus, tapi mengapa ia dibuang??

"Kita tunggu dia bangun, nanti kita coba tanya mengapa dia ada di jalanan."

"Ibuk, anak itu kabur!!" Teriak sebuah suara dari luar ruangan.

Bu Rahmi dan Bu Shila tersentak. Buru-buru mereka berhambur keluar. Benar saja, gadis itu tengah berlari membuka pintu. Bu Rahmi dan bu Shila mengejar di belakangnya. Cepat sekali gadis itu berlari dan berhenti tepat di pinggir jalan. Ia berdiri disana. Tak lagi berlari.

Bu Rahmi dan bu Shila berhenti di belakangnya sambil mengatur nafas mereka yang kembang kempis di usia yang tak lagi muda. Mereka berdua saling bertatapan, memandang gadis itu sedih. Bu Shila mendekat, berjongkok di sebelah gadis itu.

"Siapa nama kamu?" tanyanya halus.

Gadis itu menoleh, tapi tak menjawab. Ia membuang muka lagi dan mengawasi jalanan yang ramai mobil lalu lalang. Berharap mobil yang ia kenal datang dan menjemputnya.

"Kamu sedang menunggu siapa? Ayah??" lanjut bu Shila, gadis itu menggeleng.

"Mamamu?"

Gadis itu menolehi bu Shila, matanya berkaca-kaca. Mulutnya terkatup rapat.

Bu Rahmi mendekat, ia mengelus pundak gadis mungil itu. Mencoba menenangkannya.

"Tidak apa-apa, nanti mamamu pasti datang menjemput, kita tunggu di dalam saja, yuk!" ucap bu Rahmi halus.

Gadis itu menolehi bu Shila dan bu Rahmi bergantian. Lalu menunduk sedih, air matanya menetes.

"Mami..." desisnya lirih.

Ia rindu maminya. Wanita yang meninggalkannya sendirian di tempat asing ini.

"Hallo, Bu Rahmi, Bu Shila!" sapa sebuah suara, mereka semua menoleh.

Seorang anak laki-laki berdiri dibelakang mereka.

"Hay, Haris, mau berangkat sekolah??" sapa bu Rahmi ramah.

Anak laki-laki bernama Haris itu mengangguk dan tersenyum. "Iya, ini hari pertama masuk sekolah usai libur semester kemarin," sahutnya riang.

Haris menolehi gadis kecil di belakang bu Rahmi dan bu Shila yang berdiri mematung.

"Siapa itu? Anak baru??" tanya Haris tersenyum manis pada gadis mungil itu.

"Ahhh iya, tapi entahlah, semalam seseorang meninggalkannya di sini," sahut bu Rahmi sopan.

Haris mendekat, berdiri di depan gadis itu. Ia lantas merogoh saku jaketnya dan memberikan sebungkus permen.

"Hay, siapa namamu??" tanyanya ramah.

Gadis kecil itu meraih permen yang Haris ulurkan, lalu berbalik memandang jalanan lagi. Haris mengawasinya iba.

"Haris, c'mon!! Kamu sudah telat!" teriak sebuah suara dikejauhan.

"Iya, Ayah!!" sahut Haris sambil melambaikan tangan pada ayahnya yang sudah bersiap masuk ke dalam mobil.

"Bu Rahmi, Bu Shila, sampai nanti!" pamit Haris sopan, berlalu pelan dan melambai pada gadis kecil yang mengawasinya dikejauhan.

"Yuk, masuk, yuk! Ibu bikinin coklat panas di dalam, yuk." Bu Rahmi mulai merayu, gadis itu menolehinya lalu menurut. Ia suka coklat panas.

Seminggu berlalu.

Setiap pagi dan sore gadis mungil itu selalu berdiri di pinggir jalan di depan panti asuhan. Ia masih menunggu maminya datang menjemput.

"Hay, Brisya!" sapa sebuah suara.

Gadis itu menoleh, namanya memang Brisya. Bu Rahmi dan bu Shila mengetahui namanya dari bordiran nama di jaket yang ia pakai saat pertama kali ditemukan. Ia juga memakai kalung berliontin huruf B. Hal itu membuat mereka semakin yakin nama gadis itu adalah Brisya.

"Sedang menunggu lagi?" lanjut Haris yang sudah berdiri di sampingnya.

Brisya kecil tak menjawab. Ia tidak sekalipun membuka mulut sejak tiba di panti. Haris perlahan duduk di samping Brisya.

"Kamu mau permen?" tawar Haris sambil mengulurkan sebungkus permen.

Brisya mengawasi Haris dan mengambil permen itu ragu.

“Ambil saja, kamu suka permen coklat, kan?" lanjut Haris riang.

Brisya diam tak menjawab, ia memungut permen di tangan Haris cepat dan berbalik.

"Kamu suka bermain apa? Aku temani, yuk!" tawar Haris lagi. Brisya meliriknya.

"Besok sepulang sekolah aku belikan boneka barbie, ya! Kamu suka barbie?"

Brisya mengawasinya cepat, ia punya banyak boneka barbie di rumah.

"Baiklah, besok aku belikan, ya. Tapi setelah itu kamu harus janji jangan berdiri sendirian lagi di sini, bermain saja di dalam dengan yang lain, oke?" linta Haris meminta persetujuan.

Brisya diam tak menjawab, ia ingin pulang. Ia hanya tahu bahwa maminya akan datang menjemput, entah kapan.

"Aku ingin sekali punya adik perempuan, beruntung ada kamu, jadi aku nggak kesepian lagi dirumah!” cetus Haris pelan.

Brisya mengawasinya lalu melirik rumah besar disamping panti asuhan tempatnya berdiri.

"Iya, itu rumahku, tapi hanya ada aku dan ayah dirumah, sepi. Harusnya kamu senang di panti banyak teman," ucap Haris saat melihat Brisya melirik rumahnya. Ruko yang ia tempati berdua dengan ayahnya.

"Kamu sudah makan??" tanya Haris pelan, Brisya menggeleng.

"Eh, akhirnya kamu merespon!" pekik Haris senang.

"Aku temani makan di panti, yuk, Bu Rahmi pasti masak enak hari ini," lanjut Haris menarik tangan Brisya cepat, dan entah mengapa Brisya si gadis mungil itu menurut. Ia mengikuti Haris masuk ke dalam panti. Berbaur dengan anak anak lain yang asyik bermain.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku