Om, I Love You!!
un ber
i Mesir. Bukan tanpa alasan Haris memilih negeri gurun pasir itu, ia sengaja memilih pergi ke sana karena di sana ja
ia, dia sudah menghubungi seseorang untuk membersihkan rukonya. Ia sengaja tidak mau tinggal dengan mam
yang muncul di benaknya adalah saat polisi-polisi itu menghadangnya masuk ke kamar ayahnya. Kamar di mana ayahnya s
tak terawat, besok ia akan ke toko unt
mpiri tempat tidurnya dan merebahkan diri. Sekarang tempat tidur ini terlihat lebih sempit untuknya yang semakin jangkung dan ge
ncarinya. Adik kecil mungil yang lucu, masihkah ia selucu dulu? Haris tersenyum gemas, ia memejamkan matanya yang mulai m
..kring
edari tadi. Entah siapa sepagi ini sudah mengganggu tidurnya. Haris me
s call
Haris memejamkan mata dan menutup telinganya dengan bantal agar tak mendengar
i kepalanya. Lekas ia berdiri dan melangkah cepat ke kamar mand
r di depan Panti saat ia melangkah santai menuju ke sana
pada seorang gadis yang berjalan tergopoh-gopoh sambil merogoh isi tasnya. Haris berdiri mematung
kk...
erlempar jauh di depannya. Sebuah ponsel mahal keluaran terbaru. Haris membungkuk mengambil pon
a Haris sambil meny
bil memperhatikan gadis di depannya, tapi gadis ini
sopan. "Iya gapapa, maaf tadi saya
ak, Om?? Setu
sambil berlari dan masuk
dari ponsel dan mobil yang ia naiki sepertinya dia bukan ora
Bu Shila mengagetkan Haris. Bu S
ingat saya?" ta
aris dari ujung ramb
la terbelalak se
erhambur memeluk wanit
njut Bu Shila masih terheran-heran, mengu
rsenyum haru. Ia bersyukur m
datang." tarik Bu Shila cepat, Haris menurut
*********
s kali. Jam 10 malam, dan Brisya belum juga pulang. Sengaja H
nyak tentang Brisya dan Panti selama Haris pergi. Brisya yang tumbuh menjadi gadis manis dan ri
adi pagi berhenti tepat di depan Panti. Haris melirik jam tan
ca mobil itu gelap, Haris tidak bisa melihat apa yang terjadi
hangat. Ia rindu sekali. Meski Brisya sekarang sudah tumbuh tinggi dan ca
. Mengawasi Haris yang j
isya sambil menunduk s
ti, Om lagi?? Setua it
g. Sesekali Brisya menoleh dan membuang muka cepat saat ia sadar Haris seda
rlari mendekat dan menolehi Haris. Dia
yang dulu tinggal
a tak bergerak, dia diam mematung. Haris merentangkan tangannya un
adan Brisya, seolah Haris memeluk tulang belulang dalam wujud manusia. Wangi r
45
aris tertawa kecil. Brisya kecil yang imut dan lucu sudah dewasa. Sudah punya pacar juga, Haris tersenyum kecut. Seperti
gggg
ia merogoh ponsel
s call
enelefonnya. Pasti mamanya yang cerita kalo Haris sudah pulang ke Indonesia