Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
I Love You, Mbak
5.0
Komentar
642
Penayangan
20
Bab

"Aku gak pernah marah, Mbak. Aku justru lagi usaha mencari cara agar kamu tetap disisiku." Leon mengepalkan kedua tangannya erat. Menahan amarah yang membuncah di dada. "Mungkin caraku yang salah, tapi asal mbak tau cintaku telah ku jatuhkan padamu mbak. Utuh, bukan separuh." WARNING 18+++ Harap bijak, dosa di tanggung sendiri. Awas ketagihan.

Bab 1 1. Love at first voice

Lelaki tampan yang sedang menyesap kopi di cangkir berwarna putih susu itu, bernama Airlangga Abimanyu. Di sebelahnya, adalah orang kepercayaannya bernama Sam Wisesa. Abimanyu sedang bertamu, bermaksud membeli tanah di area perbukitan sebuah kota tanpa menawar. Kebutuhannya akan area baru untuk usahanya begitu mendesak.

Setelah bercakap-cakap dengan wanita muda di hadapannya itu, dapat diketahui bahwa tanah penjualan itu bukan milik wanita bernama Dyah tersebut. Dyah hanya membantu sepupunya dengan memasang iklan online juga di koran. Tak menyangka akan secepat ini di taksir orang.

"Saya hubungi sepupu saya sek nggih, Mas," ucap Dyah.

Abimanyu hanya mengangguk dan tersenyum simpul.

Cukup lama panggilan tersebut diangkat hingga pada akhirnya Abimanyu terpaku mendengar suara indah di seberang telpon sana.

"Mbak Liana, iki sing meh tumbas tanah dateng kerumahku, piye?"

"Oh, nggih, Mbak Dyah."

Suara yang mendayu-dayu itu membuat Abimanyu memberanikan diri dengan mengisyaratkan kepada Dyah supaya dia saja yang berbicara.

"Halo"

"Ahh iya. Halo, Mas, gimana-gimana?"

"Bagaimana, Bu? Tanahnya saya hargai 450 juta ya?"

"Oh, boleh-boleh, Mas."

"Jadi, saya kirim ke mana ini uangnya?"

"Mmm, aku tanya bapakku dulu, ya, Mas. Nanti aku hubungi lagi soalnya bapakku lagi kerja."

"Oh, kalau begitu saya simpan nomer nya njenengan, ya, Bu. Biar gampang nanti saya hubungi."

"Siap, Mas."

Setelah berbincang sebentar dengan Dyah. Dua lelaki berjas hitam itu pun melenggang pergi. Abimanyu berharap semoga setelah ini, dia bisa bertemu dengan si pemilik suara bernama Liana itu.

***

Malam ini, Abimanyu melepas penat setelah beberapa jam kerja dengan secangkir kopi susu. Abimanyu teringat wanita bernama Liana. Ahh shit! Mengingatnya saja membuat bagian bawah sana perlahan menegak.

Bersamaan dengan makiannya, ponselnya berdering. Sebuah nomor baru nan cantik tertera di layar ponselnya, segera ia menggeser warna hijau ke atas.

"Hallo." suara lelah Abimanyu begitu lirih.

Hmmm. Abimanyu berpikir sejenak, jangankan berbeda pulau, berbeda negara pun akan Abimanyu perjuangkan. Dia sangat penasaran akan seperti apa rupa Liana, apakah se-indah suaranya? Rasa penasaran yang menggebu itu membuat harapannya melambung tinggi.

"Jika saya meminta bertemu langsung, bagaimana?" Ucap Abimanyu.

"Ooo, boleh. Boleh. Nanti saya kirimkan alamatnya."

Klik.

Liana mematikan telepon secara sepihak padahal Abimanyu belum selesai berbicara. Tetapi setidaknya dia puas, sebentar lagi dia akan bertemu dengan Liana ini.

***

Airlangga Abimanyu adalah seorang pengusaha dengan kekayaan di atas rata-rata. Hampir seluruh hotel di tanah jawa adalah miliknya. Lelaki tersebut dilahirkan dari keluarga yang berada dan apapun yang dia mau harus terwujud.

Wanita mana yang mampu menolak ketampanan serta keperkasaan dari Airlangga Abimanyu. Tidak ada. Bahkan mungkin semua wanita rela berada di bawah kungkungannya.

Rahang yang terukir tegas, kokoh, dan bulu-bulu halus di sekitar rahangnya. Matanya yang berwarna hazel dan kuning melingkar di luarnya merupakan pembawaan dari Ibunya. Ayahnya seorang pribumi yang masih merupakan keturunan dari Kerajaan Singosari.

Itu yang membuatnya sulit mencari wanita, selain mencari yang harus jelas asal usul dan juga setara dengan derajatnya, Airlangga Abimanyu tak sembarangan memilih wanita. Dia tak pernah punya pacar. Padahal di usianya yang menginjak 32 tahun, dia sudah mapan untuk menikah. Lelaki tersebut hanya menyukai one night stand. Entah. Hanya Airlangga Abimanyu yang tau apa alasannya.

***

Pesawat pribadi milik Abimanyu terpampang nyata di halaman sebuah bandara. Bukan Abimanyu namanya jika tak membuat kehebohan. Dengan sengaja dia melintasi jalanan umum di dalam bandara, padahal dia bisa melewati jalan khusus untuk pengusaha sepertinya.

Lelaki gagah dengan kaca mata beningnya itu menarik perhatian sebagian banyak wanita maupun gadis-gadis termasuk pramugari yang terbengong-bengong melihat ketampanan yang hakiki itu.

Ganteng banget ya alloh.

Apa dia malaikat turun ke bumi?

Lebih ganteng dari babang minho ini mah.

Kurang lebih seperti itulah komentar netizen yang budiman melihat ketampanannya. Setampan apa sih sampai babang LeeMinHo lewat? Eh, ini beneran tampan loh readers.

"Bos, anggota sudah saya siapkan disana."

"Good."

Itu adalah Sam, kaki tangan Abimanyu sekaligus sahabatnya yang sangat dia percaya. Sam Wisesa, anak dari sahabat Ayah Abimanyu yang juga terjebak cinta oleh gadis luar negeri.

Sepanjang penerbangan Abimanyu lebih memilih untuk mendengarkan musik. Penerbangan dengan waktu lebih singkat dari biasanya pun membuat perasaanya entah bagaimana.

***

Hiruk pikuk kota Balikpapan mengingatkannya dengan tempat tinggalnya di Semarang. Sama-sama ramai, padat kendaraan dan angkot. Dia sangat jarang mengunjungi perusahaan di sini. Dikarenakan Oma-nya selalu melarang pergi jauh. Tapi, kenapa ini boleh? Ya, karena Abimanyu menggunakan alasan akan bertemu dengan calon istrinya.

Melajukan mobil, menuju alamat yang dilampirkan wanita itu melalui WhatsApp menuju sebuah rumah dengan pagar yang menjulang tinggi. Kemudian, Sam menekan klakson agar pagar dibuka.

Di halaman rumah megah itu, dua pria bertubuh tegap menghampiri mobil Abimanyu. Lelaki tersebut lantas membuka kaca mobil untuk memperlihatkan wajahnya.

"Ingin bertemu siapa?" sapa bodyguard berwajah garang itu.

"Ibu Liana. Saya Abimanyu," ucapnya sambil melepaskan kaca matanya.

"Silakan, Pak. Tuan besar dan Nyonya sudah menunggu di dalam. Mari saya antar."

Abimanyu mengendarai mobil mewahnya memasuki pekarangan yang begitu banyak tanaman bunga-bunga. Air mancur dengan patung singa berada di tengah-tengah halaman tersebut.

Suara pantofel Abimanyu menggema pelan di atas lantai marmer berwarna aqua itu. Kemudian, terlihat sosok lelaki lebih tua dari ayah Abimanyu di ruang tamu, sedang duduk sembari memegang smartphone-nya, dan di sebelah lelaki itu ada dua orang anak perempuan sedang memakan kue.

"Selamat pagi, Pak." sapa Abimanyu.

"Selamat pagi. Ini pasti nak Abimanyu ya?"

"Iya, Pak." Abimanyu mengeluarkan senyum terbaiknya mengingat yang ada di hadapannya adalah calon mertuanya.

Sam menaruh koper berisi uang di meja kayu jati yang ukirannya jelas di buat khusus.

"Mbak, tolong buatkan minum untuk dua orang tamu saya ya, sekalian panggilkan Nyonya suruh kemari. Oh,ya, jangan lupa tolong telfonkan Liana suruh cepat pulang." ucap lelaki itu, melalui walkie talkie nya.

Abimanyu menjelajahkan indera penglihatannya ke seluruh arah. Dapat ia tebak lelaki di hadapannya ini suka mengumpulkan benda-benda kuno.

Abimanyu berbincang dengan kedua orang tua yang sudah separuh abad tersebut, tetapi masih segar bugar. Bapak itu ingin menunggu anaknya terlebih dahulu barulah bisa dimulai pembicaraanya karena tanah itu sejujurnya adalah milik Liana.

Suara deru mobil berhenti membuat jantung Abimanyu berpacu lebih cepat. Terdiam, tak berani menoleh ke belakang.

"Halooo, Kung." Seorang wanita menggandeng anak lelaki kecil di samping kirinya. Melenggang masuk dan menyalami Abimanyu dan Sam.

"Yuhuu! Eperibadeh, Luna pulang nih." Selanjutnya seorang wanita dengan pakaian yang longgar, celana panjang robek membuat Abimanyu menganga.

Kedua wanita itu juga cantik. Sepertinya semua anak lelaki dihadapannya ini cantik-cantik.

"Mbaaakk!" Abimanyu menolehkan kepalanya. "Mbak, tolong kuenya di siapkan, ya," ujar wanita itu melalui pintu samping.

Astaga! Cantik. Cantik sekali. Inikah yang dinamakan 'Makhluk Tuhan Paling Seksi?' Oh, tidak! Mungkin inilah 'Bidadari Tak Bersayap' .

Wanita tersebut berjalan dengan anggun. Lihatlah, sepatu besarnya, celana jeans panjang, dan baju berwarna putih yang sedikit ketat menonjolkan buah dadanya yang besar dan padat itu. Abimanyu jelas menelan liurnya.

"Li, ini mas-mas yang mau beli tanah itu," ucap Ibunya menerangkan.

Mata hazel Abimanyu bersitatap dengan mata cokelat gelap milik Liana. Senyum wanita itu mengembang memperlihatkan lesung di kedua pipinya.

Ia mengulurkan tangan, bersalaman dengan Abimanyu dan Sam. Lembut sekali telapak tangan wanita itu. Kulit yang putih bersih, senyum yang menawan dengan lipstik peach nya itu. Apalagi lesung pipi nya saat dia tersenyum, make-upnya yang polos menambah kecantikannya. Wah, Abimanyu bagai terhipnotis.

"Arjun mana mah?" tanya Liana.

Arjun? Siapa dia? Gejolak di hati Abimanyu meronta-ronta. Namun, dia dengan sigap mengendalikan diri dari rasa yang menggebu-gebu ini.

"Masih tidur baru minum susu tadi. Suami mu mana?" Ibunya berkata sembari menyerahkan anak kecil perempuan di sampingnya dalam gendongan Liana.

"Sebentar Bang Fajar nyusul kok, Ma, dia masih nge-gym," jawab Liana.

Suami?

Seketika hati Abimanyu bak tergelindas truk tronton. Hancur berkeping-keping tak tersisa. Haruskah dia menjadi pebinor?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku