I Love You, Mbak
ana segera mengambil smartphone mahal dari dalam tas nya. "Halo, i
a, Li? Mau m
nak soalnya aku ada yang mau dikerjain." Liana se
resepsionis, jan
ap
bimanyu. Sialan memang. Liana membenarkan tas selempang berwarna hitam di bahu
Wanita itu tersenyum ke arah resepsionis yang dibalas dengan kerutan di dahi resepsionis tersebut. Lia
jalan tegap menghampiri Liana. Wanita itu pun tak segan membal
ke arahnya begitu melihatnya di depan pintu masuk. Kemudian, mereka
nganter? Jauh l
anak-anaknya. Menandakan bahwa dia siap mengantar kemanapun Liana pergi. Sepanjang perjal
bimanyu. "Kenapa k
nya, menahan tawa. "
r biasa. Wanita yang terlihat tegar di luar, tetapi di dalam sangat rapuh. Abi in
mpai di rumah keluarga Liana. Disambut penuh haru dan pelukan dari dua orang
nggeh pinten-pinten dinten. Liana wonten urusan.
anak di sini, ya, bebera
eneng ana kanc
eng ada temenn
ana dan Abimanyu pamit untuk
lapar," ucap Abimanyu
sekalian mampir ke restok
bahwa Liana memiliki beberapa restoran hasil je
belok ki
u. Ramai. Waktu saat itu menunjukkan pukul setengah enam.
uangan saya dan bawak
tressnya. Bos kan memang begitu. Memberi perintah dengan sant
ik,
each, karena Liana menyukai warna-warna pastel. Lian
." ungkapnya seray
sedang memejamkan mata dengan nafas yang sengaja di buat ngos
hat sebenta
ta itu membiarkan Abimanyu beristirahat, sementara dia sendiri berkutat dengan kertas-kertas yang bertump
yang baru saja memasu
uk diam sambil menunjuk l
berkas-berkas dan laporan dari Andi. Ya, Andi adalah orang yan
iana itu adalah bos yang sangat murah hati dan tidak pelit. Gaji para waiters mere
s dengan resto mereka, pasti liana langsu
*
parkiran hotel milik Abimanyu. Liana tert
yang tebal, bulu mata yang lentik, hidung mancung, pipi yang me
tu. Sementara Liana perlahan mengerjapkan matanya mem
dengan kedua telapak tangan. Kemudia
khas bang
ingnya. Oh, Liana melihat Abimanyu berja
siap
pak bos
sama janda? Dia
alu didep
bos senyumny
emasuki lantai bawah. Liana hanya menghela napas pelan, sementara
pertanyaan dari mulut Liana saat Abi
an, rua
enar
mar yang dia tempati beberapa hari itu. Sementara Abimanyu
*
k di pinggir jendela yang memperlihatkan keindahan kota Jogjakarta. Mulutnya
ana saat Abimanyu ke
ana sependek itu di hadapannya. Rambut yang terurai se
sembari menyodorkan
ngambil roti yang terletak di sampingnya t
detik. Segera Abi menjauhkan diri d
t kh
pagi hari. Jemarinya menggenggam pagar balkon
kan, Mas Abi mau kerja." Liana mengikuti Abimany
ana menggigit bibir bawahnya sendiri ka
it! Im out!"
meraih kepala bagian belakang wanita
ma
engar memenuhi ruangan. Jemari Liana meraih leher Abi, menyentuh dengan
an Liana ke kasur dengan tergesa. "Ahhh,Ma
rpahat sempurna, membuat wanita di bawahnya meneguk salivanya sendiri. Terlebih
lit wanitanya itu. Liana menggeliat, tentu dia tidak
iana dengan na
wajah wanita itu. Dengan posisi tersebut, Liana bahkan da
an pikiran-pikiran kotor. "Mas, no. Nggak
Merutuki kebodohannya yang tak dapat men
but, not n
a tersebut meletakkan kepala di dada Abimanyu yang sedikit berbulu. Liana menelusuri rambut