Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
"Kamu selingkuh!!" tuduh Susan.
Gadis mahasiswi tingkat tiga itu terpancing emosi melihat sikap dingin kekasihnya yang belum lama dia kenal. Baru saja mobil terparkir di halaman, tapi dia tidak sanggup lagi menahan berhari-hari pikirannya tentang pria bule yang masih menjadi tetangga sebelah rumahnya itu.
Eli memicingkan matanya, menggelengkan kepala tidak percaya dengan tuduhan tak beralasan. "Hah? Dapat pikiran dari mana?!"
"Kamu mau main-main aja, kan … sama aku? Jadi ini alasannya kamu ngajak pacaran padahal kita baru kenal. Ya, kan?! Dasar bule!" tukas Susan.
"What?! Kamu pikir aku cuma main-main?" Eli melepas seatbelt-nya dengan cepat dan mencondongkan tubuhnya untuk meraih wajah gadis itu dan langsung menciumnya tanpa ampun.
Rasa gemetar bercampur dan lutut lemas, hanya itu yang bisa digambarkan oleh Susan saat ini. Sentuhan di bibirnya membekukan tubuhnya, bagai digerilya tanpa perlawanan. Wajah gadis itu memerah dengan kedua tangan yang mencengkeram kuat sisi kiri dan kanan kursinya, terhimpit tubuh pria di depannya.
"Gimana aku bisa gerak kalau seatbelt masih terpasang begini. Duh, gimana ini!" batin gadis itu.
Eli menghentikan aksinya, dan memundurkan wajahnya yang hanya berjarak beberapa senti. Bahkan saking dekatnya, Susan bisa melihat detail bulu mata Eli yg lentik bergerak turun ke bawah saat sesekali masih memandangi bibirnya
"Selingkuh? Aku main-main?" Eli tersenyum masih memandangi lalu menyentuh pipi kekasihnya yang terasa panas.
Susan menjawab dengan gelengan kepala, dengan mata yang masih mendelik nyaris tidak berkedip, saking terkejutnya.
"Bule, hah?" Eli menyungging senyum kecil. "Aku bukan tipe suka cium semua perempuan. Hati-hati kalau bicara …," ucap Eli santai.
Pria itu bukan saja malas menjelaskan, ditambah kurang fasih bahasa indonesia cukup menghambat komunikasi. Apalagi sangat sulit baginya merangkai kata-kata bantahan pada gadis yang sedang emosi.
"Ti-tidak," jawab Susan gugup. "Uggh!" Gadis itu baru mampu mendorong sekuat tenaga tubuh Eli, hingga pria itu terdorong ke dashboard mobil.
Eli mengatur napasnya sambil tertawa. "Hahaha, good girl!" Dia mencuil ujung hidung Susan. Pria itu sadar kalau kekasihnya ini kelihatan belum pengalaman atau kah dia yang terlalu mendadak mencium tanpa permisi.
"Itu aja jawabannya?? Abis menyerang mendadak bikin dosa sama orang bukannya minta maaf!" gumam Susan dalam hati.
Kemudian memundurkan tubuhnya, duduk di posisi semula. Menyandarkan kepala dan menghela napasnya. "Anyway, maaf buat kamu kaget. Aku tau kayaknya kamu tidak suka." Eli menunduk dengan nada sesal.
Bagi Susan bukan itu alasannya dia tidak membalas, bagaimana cara mencium saja dia tidak tahu. Kecuali membalas pesan atau balas pukul. Seumur hidupnya segala alat makan dan minum saja dia tidak suka bercampur dengan orang lain.
Namun, tidak seburuk yang dia kira, ternyata gumpalan daging lembut yang menempel di bibir tadi membuat semua aliran darahnya terasa naik ke kepala.
"B-bukan. Aku itu ... belum pernah." Susan menunduk malu, menjawab terbata-bata.
"Kiss? Serious??" tanya Eli tidak percaya.
Bagaimana tahu rasanya dicium. Terakhir seseorang mencium tangan gadis itu saja, dia menampar sang pria hingga kini tenggelam tidak ada kabarnya. Takut atau bisa menghilang karena marah.
"A-aku ... masuk dulu!" Dengan cepat Susan membuka seatbelt, mengambil tas dan keluar dari mobil meninggalkan Eli.
Eli masih berada di dalam mobil memperhatikan sambil tertawa kecil, Susan berjalan cepat masuk ke dalam rumah.
"Unbelievable," gumam Eli.
Sementara itu, Susan kini tengah memperhatikan ponselnya--foto profil Eli, yang ingin sekali dia tanyakan. Perubahan sikap Eli dan seringnya dia memergoki mobil sang kekasih pergi larut malam, apakah Eli diam-diam sering pergi ke Club? Apakah dia pria yang suka bersenang-senang dengan dunia malam ...
****