Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
ISTRIKU BOCAH NAKAL

ISTRIKU BOCAH NAKAL

Rhaniie

4.9
Komentar
543
Penayangan
6
Bab

Cinta itu nyata dan benar adanya. Begitulah kata seorang Pria yang pernah tersakiti oleh masa lalunya. Ia harus menerima dan menjalani sebuah pernikahan yang tidak sama sekali ada rasa cinta di dalamnya. Yap. William Wijayakusuma. Anak pertama dari keluarga Wijayakusuma. Dia harus melanjutkan hidupnya berdampingan dengan seorang gadis yang tidak ia kenal sama sekali, dan itu adalah pilihan keluarganya sendiri. Yareta Arga Dinata. Putri pertama dan satu-satunya dari keluarga Dinata, yang mempunyai akhlak dan kepribadian cukup menjengkelkan. Bukan hanya itu, ia juga sangat manja dan sedikit labil. Mungkin karena usianya yang masih terbilang muda. Ya. Yareta baru menginjak usia 19 Tahun, dan ia masih masih menjunjung pendidikan di sebuah fakultas ternama di kotanya. Ia salah satu Mahasiswa terfavorit disana. Karena apa? Karena parasnya yang cantik juga kemewahan yang ia miliki, dan.... Di balik semua itu, ada sebuah sikap tersendiri dari dirinya, yang bisa membuat orang gemas sekaligus jengkel bila berhadapan dengannya. Ya! Dia sangat nakal. Begitu nakal. Sampai-sampai, William suaminya --- orang yang baru dalam hidupnya itu ikut merasakan kejengkelan tersebut. Tapi, Lama-kelamaan ia bisa mengendalikannya, seiring perasaan itu datang menghampiri dirinya tanpa permisi. Cinta itu ada! Dan itu nyata! Kelakuan nakalnya berhasil menyembuhkan luka lama dalam hatinya, dan menggantinya dengan perasaan cinta dan sayang terhadapnya. Senakal apakah dia? Sampai-sampai ia bisa membuat William takluk, dan masuk ke rating teratas? Apakah dia benar-benar sangat menjengkelkan? Penasaran? Yuk ikuti kisah cinta mereka yang unik ini. Jangan lupa, tinggalkan jejak kalian juga. Biar aku semangat update-nya. Hihi.... Happy reading....

Bab 1 Perjodohan

"Mah. Ini serius orang yang mau Mamah jodohkan denganku?" William menatap tidak percaya sama sebuah foto yang mamanya berikan.

"Memangnya kenapa, Willi?"

"Dia masih Bocah, Mah! Apa Mamah gak lihat wajah juga tubuhnya?" Ia memperlihatkan kembali foto Wanita yang ada di tangannya ke hadapan sang Mamah.

"Memangnya kenapa? Wajahnya cantik. Tubuhnya bagus lagi!" jawabnya sambil melirik foto tersebut.

"Terima aja, Wil. Toh dia juga Perempuan!" ucap papanya sambil bersedekap tangan.

"Iya, Pah. Tapi, Pah...,"

"Willi. Pokoknya ... Mamah gak mau ada penolakan. Mau gak mau kamu harus menerima perjodohan ini."

"Tapi kenapa, Mah? Kenapa harus Willi?"

"Terus harus siapa, Bang? Gue? Oh, no! Gue udah punya Mawar, Bang!" ucap sang Adik dengan bangganya menyebut nama pacarnya.

William berdecak kesal. Mau nggak mau, ia harus menyetujui perjodohan ini. "Oke, Mah. Willi akan menerima perjodohan ini. Asal...,"

Ia menggantungkan ucapannya sambil menatap mereka semua yang berekspresi tegang menunggu lanjutan ucapannya.

"Apa, Wil?" tanya mamanya tidak sabar.

"Willi mau pernikahan ini diselenggarakan secara privat. Gak boleh ada orang luar ... maupun saudara kita yang hadir di pernikahan ini."

Mereka semua tersenyum. Termasuk Adelard sang Adik yang memang sudah jenuh menunggu kakaknya untuk menikah.

Yap. Umur William sudah tidaklah muda. Makanya, ia selalu di jodoh-jodohkan oleh kedua orang tuanya, terutama mamanya. Ia sangat ingin segera melihat sang Putra pertamanya bisa melantunkan janji suci di hadapan kedua orang tuanya.

Oleh karena itu, mereka juga malu dan takut. Jika anaknya itu tidak akan menikah untuk selamanya, seperti apa kata dia saat dikhianati oleh pacarnya dulu.

~~~~

Kediaman Arga Dinata

Setelah kelas selesai, seperti biasa. Yareta tidak langsung pulang. Ia selalu menyempatkan dirinya untuk bersantai dan bersenda gurau bersama seorang temannya di sebuah cafe yang tidak jauh dari kampusnya.

Mereka berdua disana hanya sekedar untuk melepas penat, setelah berpikir seharian. Itulah kata mereka berdua, yang sedang menikmati sekaleng minuman di tangannya.

"Aza. Lo tahu gak?"

"Mana gue tahu," jawabnya tanpa menunggu apa pertanyaan yang akan Yareta lontarkan padanya.

"Wehhh! Dengerin dulu apa yang akan gue bilang, dodol!" ucapnya sambil menoyor kepala Azalea sedikit kasar.

"Komnas HAM!" ucap Azalea sedikit kesal.

"Widih. Gitu aja ngadu, lo?"

Azalea mendelik, "buru! Apa yang mau lo tanyain ame gue?" ucapnya kemudian meneguk minumannya lagi sampai habis.

"Em?" Yareta menatapnya sedikit bingung dan ragu untuk mengatakannya. Namun, "Lo tau, atau...em, kenal sama orang yang bernama William?"

Azalea sedikit menyunggingkan bibirnya. "William ape? William Wijayakusuma? Orang yang keren beken itu!" jawabnya dengan nada sedikit meledek.

Yareta mengangguk antusias. "Lah, lho kok kamu tahu, Za?"

"Seriusan dia?" tanyanya tidak percaya. Ternyata, tebakannya benar.

Yareta mengangguk lagi.

Uhuk! Uhuk!

"Serius lo?"

"He'em."

"Tapi, lo serius juga nggak tahu sama dia?" ucapnya tidak percaya.

"Hm." Yareta memonyongkan bibirnya imut.

"Ya ampyun, Yare! Lo makan ape, sih?"

Ish!

Yareta berdecak kesal. "Lo pikir gue makan karung, hah! Ya makan duit, 'lah!" jawabnya bercanda pula.

"Gue serius, Yar. Lo gak kenal doi?"

Yareta kembali menggelengkan kepalanya. "Emangnya kenapa, sih? Apa dia Idol? Atau orang spesial di dunia ini?"

Pertanyaan tersebut membuat Azalea geleng-geleng kepala. "Dimana-mana tuh, hanya martabak dan nasi goreng yang spesial. Ini orang yang lo kata spesial!" ucapnya seraya mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Kemudian ia perlihatkan padanya.

"Nih! Lo liat tuh foto ampe nge-blur tuh mata!" ucapnya sambil meletakkan ponsel tersebut di atas meja di hadapan Yareta.

Wow!

Kedua mata Yareta hampir terlepas dari kelopaknya. Ia tidak percaya sama foto yang Azalea perlihatkan padanya.

"Ini seriusan William, Za?!" tanyanya sambil meraih ponsel sahabatnya itu kasar.

Azalea mengangguk, "keren, 'kan? Tamvan lagi," ucapnya mengagumi.

"Hooh, Za. Kalau begini... gue rela, 'dah dijodoin ama dia," ucapnya keceplosan.

"Whit, whit, whit!" Azalea menatapnya penuh penyelidikan, "apa lo bilang tadi? Dijodohin? Gak salah? Lo ma...," Belum juga tuntas Azalea mengucapkan rasa kecurigaannya. Yareta sudah langsung menutup mulutnya.

Psstt!

Ia memelotot sambil berisyarat untuk diam, dan perlakuannya itu berhasil mencuri perhatian banyak orang yang ada disana.

"Apa, sih, Yar!" Azalea menepuk tangannya kasar.

Shut!

Yareta kembali menutup mulut Azalea, namun kali ini hanya menggunakan satu jari tangannya.

"Jelasin ame gue, Yar! Kalau gak...,"

Yareta mendelik, "yolah. Gue jelasin sambil pulang," katanya seraya berdiri dari duduknya.

Sebelum keluar, Yarera membayar minuman tersebut terlebih dahulu.

"Yar?"

"Masuk dulu, Aza. Baru gue jelasin!" tegasnya sambil membuka pintu mobil bagian penumpang.

Yap. Yareta berangkat dan pulang sekolah selalu diantar oleh sopir pribadi keluarga.

Bukannya keluarga dia tidak mampu untuk membelikan Yareta sebuah mobil, namun... mereka masih belum mengijinkan Yareta untuk mengemudi sendirian.

~~~~

Sepanjang perjalanan, Azalea terus mendesak Yareta untuk menjelaskan tentang semua yang tadi ia ucapkan.

"Buruan, Yar! Gue udah naik tangga ini," ucapnya bercanda.

Yareta malah terkekeh mendengarnya.

"Yare," Azalea menatapnya kesal sekaligus marah.

"Oke, oke." Ia mulai menarik nafasnya cukup dalam, lalu dihembuskan secara kasar.

"Lo mau terbang... apa jelasin ame gue?" Azalea dibuat gemas oleh tingkah sahabatnya ini. Dia itu selalu ngeselin, namun ia juga sangat perhatian dan baik hati pada siapa saja yang dekat dengannya.

"Pak War! Di depan, 'kan ada jurang, tuh...,"

"Wih. Serem amat, sih, anceman lo, Za?"

"Makanya!"

Yareta sedikit menarik ujung bibirnya merungut. "Sebenarnya... gue nggak sreg sama permintaan nyokap bokap gue, Za. Tapi,"

"Lo seriusan mau dijodohin?"

Yareta mengangguk. "Awalnya gue mau nolak, Za. Tapi,"

"Tapi lo mau,... karena tadi sudah liat mukenya yang adem itu?"

Yareta terkekeh sambil mengangguk pasti. "Jujur, Za. Awalnya gue tuh beneran nolak dia. Ampe gue gertak nyokap bokap gue... kalau gue akan mogok makan! Mogok segala deh, pokoknya!"

"Hanya segitu anceman, lo?" Azalea menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Gue bukan lo, Rontok! Gue masih punya hati, keles!"

"Bwahaha... hati empedu lo punya!"

"Dahlah...." Yareta mengibaskan sebelah tangannya untuk berhenti bercanda.

Kemudian...

"Gue pikir tuh orang udah tuir banget. Secara, 'kan... umurnya itu loh? Astagahhh.... bikin gue ama dia tuh kayak langit dan bumi."

"Nyatanya?"

"Nyatanya kita itu kek sepantar, ya? Dia bumi... dan gue bulannya."

"Wasyik. Ngegombal nih, ceritanya?"

"Hahaha. Belajar, Za. Kali aja tuh orang butuh hiburan dari gue."

"Terus-terus?"

Yareta menatap sahabatnya itu tidak percaya. "Teruss... lo tengok ke arah samping!" dan Azalea menurut,

"Ini waktunya lo buat turun!"

"Ck. Lo banyak bercanda, sih? Jadinya lo cerita belum tuntas, Yar!"

Wlee....

"Selamat berkepo ria... Azalea ku tersayang!" ucapnya seraya melambaikan tangan, setelah Azalea benar-benar turun.

"Lo utang penjelasan banyak ama gue, Yar!"

Yareta hanya terkekeh. Kemudian ia menyuruh supir pribadinya itu untuk kembali melajukan mobilnya.

"Ish!" Azalea masuk sambil terus ngedumel sambil menyebut-nyebut Yareta.

Sementara Yareta? Ia sedang cekikikan merasa terhibur sama tingkah sahabatnya yang mempunyai penyakit kepo akut itu.

Begitulah persahabatan mereka. Selain satu fakultas, mereka juga saling berkomitmen untuk ada! Dimana mereka saling membutuhkan, dan berbagi suka maupun duka, sesakit dan sebahagia apapun, mereka harus selalu berbagi.

Tidak ada keraguan diantara mereka untuk saling mengejek, atau apalah itu. Yang jelas, itu hanyalah sebuah banyolan belaka di sela-sela percakapan yang berfaedah maupun yang tidak berfaedah

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku