Talak tiga itu terlanjur diucapkan Danu pada istrinya di hadapan saksi sesaat sebelum Laras terus terang soal permintaan bapak dan ibunya agar mereka segera pulang kampung untuk mengurusi uang ganti rugi senilai 10 miliar rupiah hasil jual tanah ke perusahaan kilang minyak karena tak sabar lagi hidup sederhana bersama istrinya. Lalu apakah Danu menyesal sudah gegabah menjatuhkan talak dan bagaimana ia akan melewati penyesalannya serta masih adakah harapan baginya untuk kembali pada Laras? Atau justru wanita itu akan meninggalkannya tanpa sedikitpun penyesalan? Simak kisahnya di sini ya.
"Ras, mas ceraikan kamu sekarang juga dengan talak tiga. Mulai hari ini kamu bukan lagi istriku! Silahkan pergi dari rumah ini sekarang juga! Karena mulai saat ini kita bukan lagi suami istri!" ucap Mas Danu, lelaki berwajah tampan yang sudah dua tahun ini menjadi suamiku.
Aku nyaris jatuh tersungkur ke atas lantai jika tak berpegangan pada dinding di belakangku saat mendengar ucapan laki-laki yang sangat kucintai itu. Tega ia menceraikan aku tanpa tedeng aling-aling. Tanpa sedikitpun penjelasan apa salah dan kurangku padanya.
Selama ini meski hidup sederhana, hubungan kami nyaris tidak ada masalah yang berarti.
Meskipun belum dikaruniai keturunan, dan keluarga Mas Danu juga tidak terlalu dekat dan menyukaiku, tetapi karena aku banyak mengalah, maka rumah tangga kami cenderung adem ayem saja.
Tak banyak percekcokan terjadi di antara kami. Semua baik-baik saja.
Lantas jika tiba-tiba Mas Danu menceraikan aku, bahkan tak tanggung-tanggung lagi dengan talak tiga, salahkan jika aku mempertanyakannya dan nyaris tidak bisa mempercayainya sama sekali?
Bak petir menyambar di siang hari bolong, kalau tidak ada Pak Brahma dan Pak Dicky, tetangga sebelah rumah yang dimintai Mas Danu untuk menjadi saksi, mungkin aku benar-benar tak akan percaya jika Mas Danu sudah mengucapkan kata cerai itu padaku.
"Tapi kenapa, Mas? Apa salahku hingga kamu harus menceraikan aku seperti ini?" aku masih terisak, menuntut penjelasan gamblang dari suamiku itu.
Namun, mendengar pertanyaan yang keluar dari mulutku, Mas Danu hanya berdecih. Lama, hingga aku harus mengulangi kembali pertanyaan itu. "Mas, tolong jawab apa salahku?"
"Maaf, Laras. Kamu nggak salah. Mas yang salah karena mas nggak sabar hidup dalam kesulitan dan kesusahan bersama kamu. Mas capek harus kerja keras banting tulang setiap hari tapi nggak kaya-kaya juga, Ras! Makanya mas ingin bercerai dari kamu. Mas ingin hidup sukses tanpa perlu capek kerja keras lagi setiap hari!
Tadi siang mas sudah menerima tawaran menikah dengan Sonia, janda tempat mas bekerja sebagai tukang angkut barang selama ini di toko sembako miliknya.
Bu Sonia mengajak mas menikah tapi tidak mau dimadu atau diduakan, dia mau jadi satu-satunya istri mas. Itu sebabnya mas terpaksa menceraikan kamu, Ras. Maafkan, mas ya. Mas nggak bisa memenuhi janji awal kita menikah untuk tetap setia sama-sama dalam suka dan duka, sehidup semati.
Mas nggak kuat menghadapi cobaan dan ujian pernikahan kita. Itu sebabnya mas minta maaf. Pergilah, Ras. Pergilah. Semoga kelak kamu berjodoh dengan lelaki lain yang lebih baik dari mas," ucap Mas Danu panjang lebar sembari menunduk menyembunyikan raut wajah yang kelihatan getir, tapi tetap saja mendengar perkataan Mas Danu itu, kedalaman hatiku serasa disiram air cuka. Pedih dan perih.
"Ya, sudah, Mas. Kalau kamu memang sudah bertekad bulat menceraikan aku, aku bisa apa. Talak ada di tangan suami dan kamu sudah mengucapkan itu di depan dua orang saksi. Jadi, talak yang kamu ucapkan itu sudah pasti sah.
Tapi aku mohon beri aku waktu hingga besok pagi karena hari ini sudah sore. Bus antar kota antar propinsi yang biasa rute ke desa bapak dan ibu mungkin sudah nggak ada lagi. Jadi izinkan malam ini aku menginap ya. Besok pagi-pagi insyaallah aku pulang," sahutku akhirnya berusaha menerima kenyataan dengan terpaksa.
Hati ini masih sakit rasanya. Tapi mau bagaimana lagi, talak sudah diucapkan dan tidak mudah dicabut kembali.
"Tadinya aku mau ngajak kamu ke desa, Mas, karena ibu dan bapak habis jual tanah ke perusahaan minyak yang mau menggunakan tanah di desa kami sebagai lokasi pengeboran minyak, tapi syaratnya bapak dan ibu harus pindah ke daerah lain. Itu sebabnya bapak dan ibu nyuruh pulang. Nyuruh kita nyari rumah, kendaraan dan bikin usaha dagang. Tapi karena Mas sudah mentalak aku, terpaksa aku pulang sendiri. Mungkin ini sudah nasibku, Mas. Semoga Mas bahagia dengan Sonia ya," sahutku dengan ekspresi sedih yang tidak bisa kutahan.
Mendengar perkataanku, tiba-tiba Mas Danu melebarkan matanya, menatapku ingin tahu.
"Memangnya berapa hasil penjualan tanah itu, Ras?" tanya laki-laki itu seolah ingin tahu.
Mendengar pertanyaannya, aku menghela nafas sambil menyahut ringan.
"Kata bapak, semuanya sepuluh miliar rupiah, Mas. Ibu minta aku mengelola uang ganti rugi itu bareng Mas, karena mereka sudah tua jadi ibu dan bapak akan beli rumah kecil aja buat mereka dan sisanya buat kita. Tapi kamu sudah mentalak aku, jadi gak mungkin lagi aku ngajak kamu pulang ke bapak dan ibu besok pagi, Mas. Terpaksa aku pulang sendiri. Doakan ya, aku selamat dalam perjalanan," ujarku berusaha tenang lalu masuk ke dalam kamar untuk mulai berkemas karena besok pagi aku harus segera pergi meninggalkan rumah ini.
Bab 1 Talak Tiga
29/01/2022
Bab 2 Penyesalan Danu
29/01/2022
Bab 3 Biar Aku Temani, Ras!
29/01/2022
Bab 4 Bu Sonia
29/01/2022
Bab 5 Mas Danu Batal Nikah
29/01/2022
Bab 6 Mas Danu Mulai Mencari Alasan
29/01/2022
Bab 7 Tidak Semudah Itu Memaafkan, Mas!
29/01/2022
Bab 8 Rujuk Maaf Aku Tak Sudi, Mas!
29/01/2022
Bab 9 Mas Danu Memaksa Rujuk
29/01/2022
Bab 10 POV Danu
29/01/2022
Bab 11 Membuntuti Laras
29/01/2022
Bab 12 Laras Pulang Kampung
29/01/2022
Bab 13 Bertemu Pengacara
29/01/2022
Bab 14 Tiba di Kampung Halaman
29/01/2022
Bab 15 Balik ke Kota Asal
29/01/2022
Bab 16 Menginap di Hotel
29/01/2022
Bab 17 Danu Kecele
29/01/2022
Bab 18 Membahagiakan Ibu
12/02/2022
Bab 19 Bercerita pada Dina
12/02/2022
Bab 20 Menghubungi Dicky
12/02/2022
Bab 21 Kekesalan Bu Sundari
12/02/2022
Bab 22 Laras Beli Mobil Baru
12/02/2022
Bab 23 Panggilan Sidang
12/02/2022
Bab 24 Danu Menghadiri Sidang
12/02/2022
Bab 25 Ajakan Kerjasama dari Danu
12/02/2022
Bab 26 Menyewa Pengawal
12/02/2022
Bab 27 Danu Mendatangi Sonia
12/02/2022
Bab 28 Danu Beraksi
12/02/2022
Bab 29 Aksi yang Gagal
12/02/2022
Bab 30 Rencana Menculik Laras
12/02/2022
Bab 31 Salah Culik
12/02/2022
Bab 32 Salah Culik 2
21/02/2022
Bab 33 Musibah Menimpa Imas
21/02/2022
Buku lain oleh Aura_Aziiz16
Selebihnya