Maharani terpaksa harus bertukar peran dengan sang suami yakni Rudi. Karena masalah ekonomi dan juga karena musibah yang baru saja dialami oleh suaminya membuat Rudi dan keluarganya memaksa sang istri untuk mengantikan tugasnya sebagai tulang punggung keluarga. Maharani dipaksa untuk menjadi tenaga kerja wanita di negeri orang karena iming-iming gaji yang besar. Maharani harus menelan pil pahit akibat ulah dari Rudi yang tega berkhianat dan juga menipu istrinya sendiri. Maharani juga harus merelakan putra semata wayangnya itu untuk pergi selamanya karena kesalahan dari keluarga suaminya sendiri. Sebuah rencana telah Rani siapkan untuk memberi pelajaran kepada orang yang sudah menyakiti hatinya itu.
"Rud, kamu sudah menghubungi istrimu?" tanya ibuku saat aku baru saja ingin menyesap kopi yang baru saja di buatkan oleh ibuku tercinta.
"Sudah, Bu. Tapi pesan Rudi belum ada satupun yang di tanggapi oleh Rani." Aku kembali melakukan aktivitas rutin pagi-ku dengan menikmati secangkir kopi dan tentunya di temani pisang goreng yang di buatkan oleh ibuku.
Aku sangat menikmati hari-hariku dengan bersantai ria di rumah. Kalaupun jenuh aku akan pergi ke pemancingan ikan yang ada di desa sebelah. Laki-laki normal pastinya membutuhkan hiburan terutama untukku yang sudah tiga tahun ini di tinggal istriku untuk pergi merantau mencari peruntungan di negri sebrang.
Siapa yang tidak enak. Uang datang sendiri tanpa harus bersusah payah banting tulang jika ada istri yang bisa kita manfaatkan. Toh dia juga mau sendiri dan mengerti kodratnya sebagai seorang istri yang harus patuh pada perintah dari suami. Hidupku saat ini sangatlah nyaman dan bukan aku saja yang merasakan terapi juga kakak, ibu, dan satu adikku kami semua menikmati hasil kerja dari Maharani yang setiap bulannya dia kirimkan ke nomer rekeningku. Tetap bagaimanapun juga aku orang yang berjasa padanya karena aku juga membantu untuk membiayainya ketika mendaftar di PJTKI tempat kami tinggal saat ini, walaupun sebagian besar Rani sendiri yang membiayainya dengan menjual kalung serta gelang pemberian dari orangtuanya di kampung dan aku membantu menyumbang untuk biaya transportasinya menuju tempat PJTKI itu.
Tak ada niatku untuk memaksanya mengantikan peran yang seharusnya itu aku yang menjalankannya. Iya, karena kondisi yang tidak memungkinkan di tambah juga keadaan ekonomi kami saat itu yang membuatnya harus mau bertukar peran dengan diriku.
"Kok tumben gak seperti biasa istrimu itu. Biasanya tiap awal bulan pasti uang masuk ke rekening kamu. Tapi kenapa hampir dua bulan ini istrimu itu sudah sekali untuk di hubungi." cerocos ibu yang dari tadi tidak ada hentinya. Tebal rasanya telinga ini dibuatnya.
"Kemaren Rani itu sempet bilang, Bu. Kalau keluarga majikannya sedang berduka. Jadi Rani juga tidak berani untuk meminta gajinya sedang kondisi di sana sedang dirundung duka. Kita sabar saja dulu, Bu. Nanti juga Rani pasti akan mengirimi uang untuk kita." ucap-ku mencoba untuk menenangkan ibuku. Tapi jujur sebenarnya hatiku juga tidak bisa tenang dengan belum di kirimkan-nya uang istriku itu ke rekening milikku. Sedangkan acara pernikahan ku dan Lasmi janda kembang dari desa sebelah sudah di depan mata.
"Ingat, pernikahan-mu dengan Lasmi juga sudah di depan mata. Mana lagi mahar yang mereka minta itu tidak tanggung-tanggung, lho. Uang setoran dari Zaki juga tidak bisa untuk menutupi kebutuhan hidup kita sehari-hari."
"Iya Bu, Rudi tahu. Makanya untuk beberapa waktu ini kita irit dulu pengeluaran kita. Kasihan Zaki juga, Bu. Sehari harus ikut dua orang yang berbeda."
"Kenapa? Kamu mulai gak tega gitu. Kalau bukan dari istri dan anakmu itu dari mana keluarga kita bisa makan kenyang dan hidup enak seperti ini. Toh, nanti juga kamu bakalan dapat anak yang lebih bagus dari Lasmi. Kan dari fisik si Lasmi jauh lebih bagus dan lebih cantik dari si Rani. Pasti nanti anakmu itu jauh lebih tampan dari si Zaki yang kurus, dekil, pokoknya gak karuan deh, malu ibu mengakui Zaki sebagai cucunya ibu." sungut ibuku yang tidak terima aku sedikit memberi perhatianku pada darah daging-ku sendiri.
kasihan sekali anak itu. Semenjak usianya baru tiga bulan harus berpisah dengan ibunya karena harus mengadu nasib di negri orang. Karena bagaimanapun kewajiban seorang istri adalah patuh kepada suami dan juga keluarganya. Termasuk memenuhi permintaanku juga ibu untuk menjadikannya seorang TKW di negri orang.
Sebenarnya, dulu aku juga bekerja dan aku merupakan salah satu pekerja proyek yang seringkali harus berpindah-pindah tempat di mana perusahaan kami memenangkan tender yang di ajukan-nya. Maka mau tidak mau aku harus mengikuti kemanapun proyek yang harus mandor-ku garap.
Setelah pernikahan-ku dengan gadis bernama Maharani dan satu tahun setelah pernikahan kami. Aku dan istriku ini di karuniai seorang putra. Namun peristiwa nahas yang tidak pernah kami duga sebelumnya, yaitu aku mengalami kecelakaan kerja di tempat proyek. Sebenarnya bukan kecelakaan besar dan parah. Melainkan diri ini harus beristirahat selama beberapa waktu karena kaki kiri-ku ini kejatuhan material berupa tumpukan batu bata.
Karena istirahat yang terlalu lama membuatku engan untuk kembali bekerja di tempat proyek yang lama. Karena terlalu sayang-nya ibu kepada anaknya ini. Akhirnya kami berdua pun bekerja sama untuk meminta Rani bekerja sebagai TKW sedangkan aku akan berpura-pura untuk lumpuh dan tidak kuat jika harus kembali bekerja seperti sebelumnya. Aku yakin jika Rani mau dengan usulan kami ini. Kami yakin hidupku dan keluargaku akan lebih sejahtera dan yang penting tanpa aku harus turun tangan dan banting tulang.
🌺🌺🌺
Ting...
Ting...
Ting...
Baru saja aku menyalakan gawai yang selama aku bekerja, aku harus bebas dari benda tersebut. Dan benar saja pesan beruntun masuk dari nama karena kontak yang sama. Nama milik Mas Rudi suamiku yang memenuhi kontak masuk perpesanan. Aku memang belum memberitahukan perihal gawai android canggih yang aku punya. Sepengetahuan dari suamiku hanya gawai jadul yang aku bawa saat pertama pergi ke tanah rantau ini yang aku punya.
Dari begitu banyak pesan yang masuk tak satupun ia menanyakan kabar dariku di sini. Hanya uang dan uang yang selalu ia tanyakan kapan aku akan mengirimnya.
Dari awal dan sebelum aku berangkat ke negri orang. Suamiku memintaku agar semua gaji yang kudapat harus ku kirimkan semua kepadanya. Dengan alasan agar aku tidak lupa diri juga alasan untuk memenuhi kebutuhan Zaki bayi kecil yang aku tinggal di usianya yang baru tiga bulan. Dan juga alasan untuk mengirim sebagian kepada orangtuaku yang berada di kampung. Tentu saja aku percaya dan mengikuti perintahnya. Namun aku bersyukur bekerja pada sepasang majikan yang bijak dan berhati baik. Mereka menyarankan agar semua gaji yang aku dapat tidak aku kirim ke tanah air. Dari 12 juta gaji yang aku dapat 8 juta yang aku kirimkan pada suamiku tiap bulannya.
Akhir pekan adalah kesempatanku untuk bisa berkomunikasi dengan keluargaku di tanah air. Seperti biasanya aku mulai mengotak-atik gawai yang menjadi hadiah sekaligus kenang-kenangan dari majikan-ku yang sebelumnya. Ia, aku merupakan seorang TKI yang bekerja dengan orang asing. Sebelumnya aku bekerja sebagai pengasuh seorang lansia di negara Hongkong. Namun itu hanya sampai dua tahun saja. Karena lansia, orangtua dari majikan-ku itu meninggal karena sakit yang di deritanya. Karena di keluarga tersebut hanya membutuhkan seorang penjaga lansia saja sedangkan orang yang aku jaga telah tiada. Maka keluarga itupun memberhentikan diri ini. Namun tidak begitu saja mereka menawarkan padaku untuk aku ikut bekerja bersama dengan sanak saudara mereka yang lain. Dan keluarga tersebut, mereka tinggal di negri dengan sebutan negri Paman Sam. Dan dari penuturan mereka. Jika aku bekerja bersama dengan saudaranya maka gaji yang aku dapat akan disesuaikan dengan gaji di sana dan itu jumlahnya jauh lebih besar dari yang aku dapat sebelumnya. Keluarga majikan-ku tersebut merupakan pasangan suami-istri yang kedua merupakan pekerja kantoran dan sedang mencari penjaga untuk bayi mereka.
Benar saja. Setelah aku berselancar di dunia maya di aplikasi biru yang ku miliki, masuk sebuah permintaan pertemanan dari seseorang. Yang setelah aku telusuri sosok pemilik akun tersebut ternyata dia adalah Mbak Yani, yang merupakan istri dari sepupu suamiku, Mas Rudi. nampak dari beranda akun biru miliknya. Mbak Yani sempat aktif beberapa menit yang lalu dan dia juga mengirim pesan untukku melalui pesan inbox.
Bab 1 1. Bab 1
31/01/2024
Bab 2 2. Bab 2
31/01/2024
Bab 3 3. Bab 3
31/01/2024
Bab 4 4. Bab 4
01/02/2024
Bab 5 5. Bab 5
01/02/2024
Bab 6 6. Bab 6
02/02/2024
Bab 7 7. Bab 7
02/02/2024
Bab 8 8. Bab 8
06/02/2024
Bab 9 9. Bab 9
08/02/2024
Bab 10 10. Bab 10
08/02/2024
Bab 11 11. Bab 11
08/02/2024
Bab 12 12. Bab 12
13/02/2024
Bab 13 13. Bab 13
14/02/2024
Bab 14 14. Bab 14
16/02/2024
Bab 15 15. Bab 15
18/02/2024
Bab 16 16. Bab 16
18/02/2024
Bab 17 17. Bab 17
23/02/2024
Bab 18 18. Bab 18
27/02/2024
Bab 19 19. Bab 19
08/03/2024
Bab 20 20. Bab 20
09/03/2024
Bab 21 21. Bab 21
11/03/2024
Bab 22 22. Bab 22
12/03/2024
Bab 23 23. Bab 23
13/03/2024
Bab 24 24. Bab 24
14/03/2024
Bab 25 25. Bab 25
16/03/2024
Bab 26 26. Bab 26
17/03/2024
Bab 27 27. Bab 27
20/03/2024
Bab 28 28. Bab 28
20/03/2024
Bab 29 29. Bab 29
01/04/2024
Bab 30 30. Bab 30
03/04/2024
Bab 31 31. Bab 31
04/04/2024
Bab 32 32. Bab 32
17/04/2024
Buku lain oleh Muninggar88
Selebihnya