Cerbung ini menceritakan tentang seorang suami yang hanya bisa mengandalkan uang dari hasil kerja istrinya yang menjadi TKW. Dalam cerita ini bukan hanya si suami yang memoroti istrinya, tapi ibu dari dan saudara dari lelaki itu juga. Pada akhirnya si istri jemu kemudian pulang secara diam-diam dari rantauan dan langsung mengugat cerai, serta menikah lagi dengan lelaki kaya.
."Bukankah gajimu tuju juta, lalu kenapa yang kau kirim hanya tiga juta?" Aku bertanya kesal pada istriku, dia yang selama ini sangat penurut mengirim hampir semua gajinya padaku menjadi berubah.
"Bukankah rumah sudah jadi, untuk itu aku mengirim hanya untuk kebutuhan Ayara saja, aku yakin uang tiga juta itu lebih dari cukup untuknya." Istruku yang benama Anjani itu menjawab enteng, dia tidak tau jika saat ini hatiku sedang kesal.
"Lalu, kau kemanakan sisanya?" Meski hati kesal, tetap saja bertanya lagi.
"Bukankah tiga bulan lagi kontrakku habis, aku ingin pulang membawa uang itu."
Aku semakin kesal mendengar ucapannya, dari jauh hari aku sudah menegaskan agar dia sambung kontrak, tapi tetap saja ngeyel ingin menyudahi dan pulang. Apa dia tidak berpikir jika modal belum ada, gajinya selama tiga tahun ini hanya cukup untuk membangun rumah.
"Jadi, kau akan pulang, tidak jadi menyambung kontrak?" tanyaku kemudian.
Anjani tidak langsung menjawab, dari sambungan ponsel aku mendengar nafasnya yang dibuang kasar.
"Mengertilah, Kak. Aku rindu pada Ayara, tiga tahun di sini terasa tiga abad bagiku. Aku juga merindukan, Kakak."
Ungkapan Anjani membuatku terpengaruh, tak bisa kupungkiri jika aku juga rindu padanya. Nyatanya bicara lewat telepon dan rutin vc tidak lantas membuat rasa rindu itu terobati, tetap saja aku menginginkan dia yang nyata.
"Jika begitu, pulanglah! Aku juga merindukanmu." Aku ingin berkata begitu, tapi mengingat modal untuk usaha belum ada, kubuang keinginan itu kemudian menolak mentah ucapan Anjani.
"Bukankah kita bisa vc untuk melepas rindu, sambung saja kontrak kerjamu, cari modal dulu! Agar kita tidak kesusahan lagi seperti dulu!" ucapku akhirnya.
Kudengar hembusan nafas berat dari seberang sana, aku tau Anjani keberatan dengan permintaanku, tapi tetap saja dia menjawab.
"Kita lihat nanti," ucapnya pelan.
Setelah itu Anjani meminta pamit, katanya masih banyak pekerjaan yang harus dia lakukan. Akupun memutuskan sambungan telepon dan berbalik, bermaksud untuk keluar kamar. Akan tetapi, aku kaget karena mendapai ibuku sudah berdiri di tengah-tengah pintu.
"Ada apa? Apa istrimu memaksa ingin pulang?" tanyanya ketus.
"Aku pastikan dia akan sambung kontrak," jawabku mantap.
"Lalu, berapa uang yang dia kirim bulan ini?" tanya ibuku lagi.
"Seperti bulan kemarin, hanya tiga juta," jawabku lemah.
"Kurang ajar istrimu itu, apa dia lupa siapa yang berjasa hingga dia sampai ke negri orang itu! Ingatkan dia, jika segala sesuatunya ibumu ini yang tanggung, ibu rela menjual perhiasan untuk dirinya. Setelah bergaji banyak, dia berbuat semaunya, hanya mengirim ala kadarnya!" Ibuku mengomel panjang.
"Aku juga geram dengan tingkahnya ini, Bu. Aku merasa ada yang aneh dari dirinya. Entah pada siapa dia mengirim sebagian gajinya itu."
"Apa mungkin dia selingkuh, mengirim gajinya untuk lelaki lain!"
Ucapan ibu membuatku tersentak, bahkan aku tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. Apa mungkin ucapan ibuku benar, Anjani mengkhianatiku?
"Cari tau semuanya! Juga paksa dia agar mengirim semua gajinya padamu!" ucap ibuku lagi.
"Iya, aku akan melakukannya, karena uang tiga juta tidak cukup untuk biaya hidup kita sekeluarga," gumamku.
"Betul, belum lagi bila saudaramu datang, tak enak bila mereka harus pulang dengan tangan kosong. Telepon lagi istrimu, bilang padanya jika ibu meminta uang lebih, katakan juga dengan jujur bahwa tiga juta itu tidak cukup untuk kebutuhan kita!"
"Baik, aku akan meneleponnya."
Kembali aku mengangkat ponsel, menelepon Anjani via wa. Aku kesal dan sangat marah karena dia tidak menerima panggilanku, padahal dia masih aktif.
"Apa dia tidak menjawab?" tanya ibu yang melihatku resah bahkan ingin membanting hp.
"Iya, dia tidak menjawab, padahal masih online," geramku.
"Mungkin benar yang ibu katakan, dia punya lelaki lain dan kini sedang vc dengan selingkuhnya itu," sambungku sambil melempar ponsel ke atas kasur.
Bersambung.
Buku lain oleh zohrah_bellah
Selebihnya