["Karena kamu. Istriku meninggal."]
["Sehari saja apa kamu tak bisa duduk diam di kamar?"]
Gadis kecil bermata hansel itu hanya tertunduk diam saat sang ayah memarahinya. Penyebabnya hanya satu, ia memecahkan vas kesayangan hadiah dari raja untuk ayahnya. Bukan karena disengaja, tetapi lantainya licin sehabis dibersihkan oleh para pelayan.
["Kamu selalu saja membuatku kesal dan marah."]
Satu sosok yang sebagian orang menganggap ayah adalah seorang pahlawan dan cinta pertama putrinya, hal itu tak berlaku bagi gadis kecil tersebut.
Pria yang dipanggilnya ayah itu tak pernah sekalipun memanjakan atau menyayanginya. Hanya bentakan ataupun tatapan dingin yang selalu ditujukan padanya.
["Kalau saja kamu tak pernah ada di sini."]
Beberapa penggalan kalimat itu menjadi andalan sang ayah ketika memarahinya, ia tak tahu apapun dan tak bisa bertanya mengapa sang ayah begitu emosi kepadanya.
"Nona, kita makan yuk." Sang pengasuh yang sudah dianggapnya ibu mengajak makan. Sejak tadi pagi hingga siang ia takut berhadapan dengan sang ayah.
"Bibi, apa ayah sudah berangkat?" tanyanya sembari menyibak selimutnya dan langsung memeluk sang pengasuh. Pelukan layaknya seorang ibu itu membuat merasa nyaman.
"Tuan besar sebentar lagi akan pergi.
"Aku tunggu ayah pergi saja, ya Bi. Aku tak mau ayah marah lagi."
Dengan penuh kasih sayang Brigith membelai rambut indah nan lembut milik majikan kecilnya. Ia sudah merawatnya sejak masih bayi.
"Tapi ada kakak pertama nona. Tuan muda pertama sudah pulang dari Belanda dan bawa oleh-oleh yang nona pinta. Apa tidak mau melihatnya?"
Gadis kecil itu pun merenggangkan pelukannya dan matanya berbinar. Di antara ketiga kakaknya hanya kakak pertama yang begitu menyayanginya sedangkan yang lain cuek.
"Tapi kalau ayah masih di sana, aku tidak mau." Ia menggelengkan kepala dan menunduk lagi.
"Ya sayang dong. Bagaimana kalau oleh-olehnya diambil nona besar?" Brigith menggodanya.
"Ah bibi. Aku tidak mau oleh-olehku direbut. Ayo kita lekas ke bawah."
"Nona, pakai alas kakinya dulu." Brigith mengejarnya hingga sampai pintu lalu memasangkannya dengan pelan.
"Terima kasih bibi. Aku sayang bibi."
Brigith tersenyum, ia menyayangi nona kecilnya seperti anak kandung sendiri. Ia menjaga dan melindunginya dari amukan tuan besarnya jika gadis kecil itu melakukan kesalahan.
Kaki kecilnya melangkah cepat menuruni anak tangga. Ia ingin sekali menemui kakak pertamanya yang sudah pergi tugas selama sebulan.
Namun langkahnya terhenti tepat di pintu ruang makan, gadis kecil berusia sembilan tahun itu mendengar ayahnya sedang memarahi sang kakak dengan bentakan.
["Jangan lagi memarahi Leanore, Yah. Dia masih kecil."]
["Kenapa ayah begitu membencinya."]
["Tentu saja ayah membencinya. Karena lahirnya dia membawa kesialan. Ibumu meninggal penyebabnya adalah anak itu."]
["Ayah salah. Ibu meninggal bukan karena Leanore tapi penyakitnya. Jangan lagi menyalahkannya."]
["Bagi ayah. Anak itu selamanya membawa kesialan!"]
Eleanore terdiam mematung, ia tak jadi membuka pintu ruang makan dan melangkah pergi. Tak ada tangis ataupun isakan, gadis kecil itu hanya menatap hampa setiap ruangan yang dilewatinya.
****
"Hai Rose, apa kabarmu?"
Satu tempat kesenangannya tentu saja taman bunga milik ibunya. Di sana ia bisa bicara dengan berbagai macam tanaman.
/0/5865/coverorgin.jpg?v=bc7d1d894048e5f8a0f9e449bd685ea1&imageMogr2/format/webp)
/0/16863/coverorgin.jpg?v=d079a5ae4e67f357c1246678ff9c4f3c&imageMogr2/format/webp)
/0/6013/coverorgin.jpg?v=b0ee2f07c39ee854659e7e488aa4fcb0&imageMogr2/format/webp)
/0/4931/coverorgin.jpg?v=d7a373c89e1fcc8a297f8ff8cb39b7a7&imageMogr2/format/webp)
/0/8865/coverorgin.jpg?v=b0f251fb5677da3a58746637023c4f5e&imageMogr2/format/webp)
/0/18497/coverorgin.jpg?v=d760ded4542f05140b1b8aed65f609d5&imageMogr2/format/webp)
/0/5126/coverorgin.jpg?v=ceeff7eb87dc85ba809e8ec68930aa3a&imageMogr2/format/webp)
/0/9939/coverorgin.jpg?v=85c75dd907dead25018e1d788230ee07&imageMogr2/format/webp)
/0/2363/coverorgin.jpg?v=8445b9eabc85f34a17c5fee131e39afc&imageMogr2/format/webp)
/0/5443/coverorgin.jpg?v=ce7f209df604733311e70c10670a5913&imageMogr2/format/webp)
/0/14042/coverorgin.jpg?v=a62ab8552e5eae427a21851970380638&imageMogr2/format/webp)
/0/2438/coverorgin.jpg?v=beaaf55f34562b39518207426ac00cc0&imageMogr2/format/webp)
/0/2461/coverorgin.jpg?v=683a12710704c0b740349e37f56726c5&imageMogr2/format/webp)
/0/3985/coverorgin.jpg?v=266618c9059c3178d5f9ead60dba40fd&imageMogr2/format/webp)
/0/12560/coverorgin.jpg?v=9c36f962e60bf6857902d5f5e76eebf0&imageMogr2/format/webp)
/0/16143/coverorgin.jpg?v=c5bfd7b352b9b2d19c195a898e08f533&imageMogr2/format/webp)
/0/11021/coverorgin.jpg?v=1dd5ec32ffc5c0e26ccb3eb75c2dc0e9&imageMogr2/format/webp)
/0/13500/coverorgin.jpg?v=20250123145320&imageMogr2/format/webp)
/0/22648/coverorgin.jpg?v=da2682ebdede2ab76abd7c8810388e2e&imageMogr2/format/webp)
/0/16087/coverorgin.jpg?v=f425e603ef7efb0b818e541223c50205&imageMogr2/format/webp)